Seperti janji Raline dan Keenan sebelumnya, bahwa mereka akan membuat banyak kenangan bersama, mengingat keadaan Keenan yang sudah tidak seperti dulu. Pria itu bisa pergi kapan saja dan mereka hanya tinggal menunggu waktu. Oleh karena itu sebisa mungkin keduanya ingin melupakan sejenak kemungkinan terburuk yang akan mereka hadapi kedepannya nanti, untuk saat ini mereka hanya ingin menjalani hari-hari dengan bahagia.
Kemarin, saat keduanya bicara dari hati ke hati, sebenarnya momen itu bisa Raline manfaatkan jika ia ingin bertanya pada Keenan tentang apa hubungan pria itu dengan orang-orang terdekatnya seperti Anne, Aland dan Rachel. Tapi ia mengurung kan niatnya karena berpikir bahwa tidak sepantasnya ia bertanya diluar konteks saat pria itu sedang berada dalam situasi yang sulit. Jujur dari semua pembicaraan nya dengan Keenan kemarin, ada satu hal yang menjadi bahan pikirannya. Apa benar ketika mereka terbangun nanti mereka akan melupakan segalanya? Apa semua hal yang beberapa bulan ini mereka jalani akan hilang begitu saja? Apa mungkin tidak akan ada yang tersisa walaupun hanya berupa potongan ingatan kecil? Apa saat terbangun nanti mereka akan menganggap semua ini layaknya seperti bunga tidur? Raline hanya berharap semoga diantara banyaknya ketidakmungkinan, ada satu hal yang dapat berubah menjadi mungkin.
Saat ini Raline dan Keenan sedang berada disalah satu taman kota. Dari pagi tadi mereka sudah mulai menjalankan misi 'membuat kenangan bahagia bersama'. Raline melihat Keenan berada di kerumunan anak-anak yang sedang mengantri membeli permen kapas, tentunya pria itu tidak perlu mengantri hanya untuk mendapatkan permen kapas, ia hanya ikut meramaikan suasana saja disana. Sejauh ini Raline bisa melihat Keenan sudah memegang empat buah permen kapas mulai dari ukuran kecil, sedang, besar, hingga yang paling besar. Apa pria itu ingin menaikkan berat badan? Karena lihatlah bangku taman yang diduduki Raline saat ini sudah terisi dengan berbagai jenis makanan, buah-buahan, serta berbagai macam minuman. Mulai dari jus buah sampai minuman bersoda dari berbagai merek pun ada, tidak lupa pula ada beberapa bungkus mie instan dengan berbagai varian rasa. Siapa yang akan menghabiskan semua makanan ini? Baru melihat nya saja Raline sudah kenyang duluan.
Mentang-mentang keberadaan mereka tidak terlihat oleh mata manusia, Keenan jadi memborong semua makanan dan minuman yang dijual disekitaran taman. Sebenarnya ada enaknya juga saat menjadi jiwa yang bebas, enaknya karena kau bisa mengambil makanan ataupun barang sepuas hatimu tanpa perlu mengeluarkan uang. Sudah pernah dikatakan sebelumnya 'bukan? Jika kau mengambil makanan atau minuman maka yang sebenarnya kau ambil hanyalah sari pati dari barang tersebut. Dulu Raline pernah mencoba pergi ke toko handphone dengan tujuan ingin mencoba menggunakan ponsel tersebut, mungkin saja dengan ponsel itu dia bisa menghubungi Aland atau Anne? Ponsel itu memang berhasil ia dapatkan dan tetap berfungsi seperti ponsel pada umumnya, tapi ponsel itu sama sekali tidak bisa menangkap jaringan. Mungkin karena memang ponsel dibuat untuk kaum manusia, jadi tidak mungkin jika jaringan seluler nya bisa melewati jalur lintas dimensi.
Raline melihat Keenan datang dengan kedua tangan yang memegang permen kapas, pria itu duduk disampingnya, menaruh permen kapas tersebut ditumpukan cemilan dan mulai mengambil potongan semangka. "Kenapa kau belum makan? Apa masih ada makanan yang kau inginkan? Aku akan mengambilkan nya untukmu."
"Kau berkata 'akan mengambilkan nya' seakan akan makanan disini diberikan secara gratis saja, kau harus membayarnya tau!" Balas Raline.
Keenan terkekeh. "Bagaimana caranya aku membayar semua ini? Mereka tidak bisa melihat kita. Lagipula aku kan tidak mencuri, buktinya semua makanan ini masih ada ditempatnya tanpa bergeser satu sentipun." Ia kembali memasukan potongan buah semangka kedalam mulutnya.
Raline balas tersenyum. "Tetap saja makanan dan minuman ini akan menjadi hambar saat kita mengambil sari patinya."
"Aku akan membayar nya saat aku terbangun nanti, anggap saja ini utang." Ucap Keenan.
Raline tertawa mendengar ucapan Keenan. "Aku tak bisa membayangkan sebanyak apa utang mu. Bayangkan saja selama 4 bulan koma, sudah berapa banyak barang yang kau ambil? Jangan sampai saat aku juga terbangun nanti aku harus menemuimu di penjara."
"Tenang saja, saat kau terbangun nanti kita akan bertemu di altar." Sahut Keenan santai sembari membuka pembungkus roti ditangannya.
Raline berdecih. "Memangnya kapan aku bilang kalau aku mau menikah denganmu?"
Keenan yang sedang meminum soda mengerutkan keningnya, ia menatap bingung Raline. "Memangnya tadi aku bilang akan menikah denganmu? Aku hanya bilang 'kita akan bertemu di altar' tapi dengan aku yang menjadi mempelai pria sedangkan kau akan menjadi tamu nya." Setelah itu ia tertawa terbahak-bahak melihat perubahan ekspresi Raline.
Wajah Raline berubah merah karena malu, tampaknya ia terlalu percaya diri ketika Keenan mengatakan bahwa mereka akan bertemu di altar. Ia melempar sebungkus roti pada Keenan dan langsung dengan mudahnya ditangkap oleh pria itu.
"Bercanda mu tidak lucu tau!" Jawabnya ketus.
Keenan masih tertawa terbahak-bahak sambil memegang perutnya, wajah pria itu bahkan sampai memerah karena merasa puas bisa mengerjai Raline.
"Baiklah-baiklah maafkan aku, oke?" Keenan lalu memberikan potongan cheese cake dan Raline menerimanya masih dengan wajah cemberut.
"Setelah ini kita mau kemana?" Raline bertanya sembari mengunyah cheese cake pemberian Keenan.
Keenan sempat berpikir sejenak sebelum kembali bicara. "Bagaimana kalau nonton bioskop? Lalu besok pagi kita pergi ke pantai. Apa kau mau?"
Raline mengangguk. "Boleh, kebetulan aku sudah lama tidak ke pantai. Tapi sebelum ke pantai alangkah baiknya jika kita berbelanja keperluan yang akan kita bawa besok."
"Jadi, bioskop dulu atau belanja dulu?" Sahut Keenan.
Raline berdecak kesal, ia menatap Keenan tajam. "Tentu saja bioskop dulu! Memangnya kau mau membawa barang belanjaan itu kesana kemari?"
"Astaga nona Kaestner, kesabaran mu bagaikan tisu yang dibagi 2 tau."
"Aku begini karena kau terlalu bodoh." Balas Raline.
"Hey kita sudah berjanji untuk menjadi akur 'bukan? Ini belum genap 24 jam dari perjanjian dan kau sudah berubah lagi jadi ibu tiri. Astaga, bagaimana bisa kau menjadi seorang model papan atas jika punya tempramen buruk seperti ini?"
Raline memukul lengan Keenan menggunakan botol air mineral kosong. "Aku tidak sejahat itu! Asal kau tau, aku ini seorang model berbakat, murah senyum, ramah serta baik hati. Makanya penggemar ku ada dimana-mana, aku juga punya dua orang kepercayaan yaitu manager dan asisten pribadi yang selalu berada di dekatku. Manager ku bernama Anne, wanita yang kita liat diruangan mu waktu itu dan asisten ku bernama Aland. Jika kau melihat seorang pria muda yang selalu mengikuti kemanapun aku pergi, maka pria itu adalah Aland."
"Asisten merangkap pembantu maksud mu? Biar ku tebak, nasib asisten mu pasti lebih buruk dariku yang selalu mendapat pukulan darimu. Bagaimana bisa anak itu begitu sabar punya majikan galak seperti mu? Ku yakin kau memberinya gaji yang tinggi hingga dia bekerja padamu dengan begitu lapang dada." Selidik Keenan.
Raline kembali ingin memukul nya dengan botol kosong tapi Keenan sudah lebih dulu menjauh. "See? Sudah ku katakan kau wanita tempramen tapi kau masih menyangkal."
Raline menatap Keenan teduh, ia sempat terdiam sejenak sebelum kembali bersuara pelan. "Aku senang berteman dengan mu Keenan. Ku harap kita masih punya banyak waktu."
Mood swing Raline benar-benar tidak bisa ditebak, beberapa detik yang lalu wanita itu begitu galak dan bar-bar tapi sekarang tiba-tiba ia berubah menjadi seperti anak kucing yang akan ditinggalkan majikannya. Terdengar helaan napas berat dari Keenan, pria itu mendekat dan menarik Raline kedalam pelukannya, mengusap pelan rambut Raline. "Aku juga senang bisa berteman dengan mu."
🪄🪄🪄
Tbc

KAMU SEDANG MEMBACA
THE LAST ANGEL
FantasyMendapat kesempatan untuk bisa hidup kembali setelah mengalami kecelakaan tragis, siapa yang tidak mau? Apapun akan Raline Adellene Kaestner lakukan agar bisa kembali hidup untuk membalas dendam pada orang2 yang memanfaatkan keuntungan dari kecelaka...