🥀 FRIENDZONE 08

40 11 15
                                    

KINI tinggal Cindy sendirian di kelas itu sambil berharap Dimas segera datang.

Tiga jam berlalu hingga sore pun tiba, namun sepertinya Dimas tak kunjung datang untuk menjemput Cindy. Berulang kali Cindy menelepon Dimas, namun telepon tidak tersambung. Pikiran Cindy mulai tak tenang, takut Dimas kenapa-kenapa. Wajar saja kalau Cindy berpikir macam-macam, karena ini di luar kebiasaan Dimas, Dimas tak pernah seperti ini, apa yang terjadi dengan Dimas-nya Cindy yang selama ini dia kenal?

Cindy lalu ke lantai dasar menunggu Dimas sambil berjalan mondar mandir tanpa arah karena rasa cemasnya yang semakin menjadi, hingga akhirnya Cindy lelah dan memilih berjongkok sambil menundukan kepala dengan mata yang sendu. Namun seseorang ternyata memperhatikan Cindy sedari tadi, orang itu kian melangkah mendekat ke arah Cindy.

"Ini udah sore menjelang malam, cuaca juga udah semakin dingin, pakai gih hoddie gue," ucapnya sambil melemparkan hoddie miliknya kearah Cindy. Dia adalah Teo.

Cindy mengangkat kepalanya  lalu menatap ke arah orang yang berbicara itu, dia sedikit terkejut melihat orang itu masih di kampus, padahal jadwal latihan basketnya telah selesai dari tadi. Cindy pun bertanya kepada Teo. "Eh? Teo? Lo ngapain jam segini masih di kampus?"

Teo tersenyum mendengar pertanyaan itu. Seolah mengatakan bahwa dialah yang harusnya bertanya seperti itu kepada Cindy. "Gue yang harusnya nanya ke lo, ngapain cewek cantik ini sendirian di kampus? Nggak takut ada yang culik? Mana udah sore banget," kekeh Teo.

Cindy tersenyum mendengar pujian dari Teo yang mengatakan dirinya cantik. Dengan narsisnya Cindy mengatakan bahwa memang benar dirinya cantik dan bahkan cewek tercantik di dunia ini. Tetapi Teo tak setuju dengan Cindy. Teo mengatakan bahwa Cindy adalah cewek tercantik ketiga, karena cewek tercantik pertama dan kedua adalah nenek dan bundanya Teo. Mendengar itu, Cindy tak bisa protes lagi.

"Nggak juga, bagi gue lo bukan cewek tercantik di dunia ini karena cewek tercantik itu nenek dan bunda, jadi lo masih nggak terima?" tanya Teo penasaran.

"Kalau itu sih, gue nggak bisa protes lagi hehe, gue terima kok," ucap Cindy sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Hahaha yaudah, kalau gitu mulai hari ini kita fix pacaran yah? Lo kan bilang 'terima' tadi," ucap Teo usil.

Cindy dengan panik menjelaskan maksud perkataannya. Cindy juga mengatakan bahwa pertanyaan Teo tadi tidak membicarakan tentang perasaan apalagi menembak.

Teo hanya tersenyum mendengar Cindy yang menjelaskan panjang lebar. Tetapi Teo kembali mengusili Cindy. "Jadi mau gue tembak nih? Tapi harus diterima yah, gue nggak mau ditolak loh, awas aja kalau lo nolak, gue pelet lo," ucap Teo mulai mengancam Cindy.

Cindy terlihat semakin panik dengan ancaman Teo tadi. Namun rasa panik itu kian memudar dan beralih kepada perasaan salah tingkah, karena Teo memasangkan helm kepada Cindy sambil menatap dengan lembut. Cindy tak menduga Teo akan memasangkannya helm, hari ini Teo bersikap sangat perhatian kepada Cindy.

Cindy merasa wajahnya mulai memerah karena perasaan salah tingkahnya. Dengan cepat Cindy mulai menyadarkan dirinya sendiri dan mengendalikan ekspresi wajahnya. Cindy memarahi Teo yang tiba-tiba memasangkannya helm tetapi Teo hanya tersenyum dan menyuruh Cindy untuk segera menaiki motornya. Cindy pun menurut dan motor mulai melaju dengan kecepatan tinggi hingga Cindy terdorong memeluk Teo.

"Ih Teo modus," ucap Cindy.

"Hahaha iya iya, gue emang modus, lagian lo nggak mau diantar cowok lain selama ini, gue jadi gemas sendiri kan." Teo mengatakannya dengan ekspresi cemburunya. Sedangkan Cindy sedang berusaha mengotrol perasaan salah tingkahnya, karena Teo langsung mengakui perasaannya dengan jujur.

FRIENDZONE [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang