"Aku takut ini hanya mimpi, Rain. Kita bersama sejak kemarin, aku takut tiba-tiba terbangun dan tidak ada kau di sisiku," lirih Caitlin.Menghabiskan setengah hari di kantor Kyle, mengamati bagaimana kerennya dia, membuat perasaan Caitlin membuncah. Belum pernah dia merasa begitu hangat seperti sekarang, hingga dia berharap bahwa ini semua nyata. Lalu, dia datang dan mencubit lengan lelaki yang sejak tadi menatap laptop sambil terus mengetik entah apa.
"Argh! Apa yang kau lakukan, membuatku terkejut saja!" teriak Kyle mengejutkan Caitlin, lalu refleks melompat mundur dan memasang kuda-kuda.
"Kau! Haruskah sekeras itu berteriak? Kau mengejutkanku, Rain," bentak Caitlin, lalu wajah yang tadinya semringah itu berubah cemberut.
"Untuk apa kau mencubitku?" tanya Kyle menarik tubuh kekasihnya.
"Aku takut ini hanya mimpi, Rain. Kita bersama sejak kemarin, aku takut tiba-tiba terbangun dan tidak ada kau di sisiku," lirih Caitlin, Kyle merengkuh tubuh gadis itu dan memeluknya.
"Aku di sini, Cait. Meski pun aku tak bersamamu, aku tidak pernah membiarkanmu lepas dari pengawasanku."
Berada dalam pelukan lelaki yang diinginkannya seumur hidup, mendengar kata-katanya yang menenangkan, membuat gadis itu teringat pada papanya. Apa kabar pria tua itu setelah kepergiannya? Apakah kesepian atau malah senang?
"Aku merindukan papa, Rain," aku Caitlin sambil mendongak, menatap mata tajam itu.
"Dia baik-baik saja, tetap bernapas dan menjalani hari sibuknya," ejek Kyle melihat sisi kekanakan matenya, membuat Caitlin cemberut.
***Beberapa hari berada di bawah pengawasan Kyle, Caitlin merasakan betapa laki-laki itu menghalangi lingkup geraknya. Begitu kesalnya gadis itu, hingga beberapa kali terlibat pertarungan demi melampiaskan rasa bosan. Kyle tahu, Caitlin terlatih sejak kecil karena Peterson tua itu mendidik gadisnya dengan sangat disiplin. Namun, dia tidak menyangka jika sekuat itu tenaga kekasihnya, pantas saja Jasper dan Theo sempat mengeluh setelah amukan gadis itu tempo hari.
"Aku harus pergi ke sekolah, Rain. Toh ada Jasper dan Theo di sana. Aku janji, tidak akan terjadi apa-apa, sungguh," janji gadis itu sambil merajuk.
"Mengapa tidak memanggil guru untuk datang, bukankah lebih baik begitu?" usul Kyle.
"Tidak!" teriak gadis itu sambil berlari ke kamarnya.
Meski seharusnya Kyle lebih bisa mencegah keinginan matenya, tapi dia juga tahu Caitlin bukanlah orang yang mudah diatur. Pagi itu dia telah bersiap berangkat dan aura yang dirasakan lelaki itu begitu negatif hingga sekali lagi dia mencoba menghentikannya.
"Kau tahu, moon goddess hanya menciptakan satu Caitlin untukku. Jika terjadi sesuatu padamu, bagaimana Pack Wolf Waterfall? Aku tidak akan bertahan tanpamu, Cait," ucap Kyle pelan, seolah berharap dapat melunakkan hati gadis itu.
"Aku janji akan baik-baik saja, Rain. Bukankah selama ini tanpamu aku tetap dapat bertahan?" ucap Caitlin sambil berlalu.
Merasa tak dapat menghentikan matenya, Kyle memutuskan untuk mengawasi di sekitar sekolah dan berharap kekhawatirannya tidak terjadi. Theo memastikan rogue itu tidak hanya satu orang. Beberapa rogue yang bergabung hanya untuk memburu keturunan campuran seperti Caitlin.
"Beta, puterimu dalam bahaya dan dia memaksakan diri seolah tidak peduli keselamatannya sendiri. Kirim beberapa petarung ke sekolah karena sepertinya kita menghadapi kelompok asing yang mengendus keberadaanya."
Kyle menyerobot masuk di sebelah Caitlin yang membuat gadis itu menjerit karena terkejut. Dia kembali merasa kesal saat Kyle mengatakan akan berada di sekolah hingga gadis itu pulang. Namun, melihat wajah Kyle, membuat Caitlin tak berani untuk merajuk. Lalu, tangan kekar itu melingkari bahunya dan mengelus lembut seakan mencoba menenangkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Half Souls Mate (I'm the Wolf Girl)
FantasyJangan lupa untuk follow aku sebelum baca. Kalian boleh minta follback dengan DM atau lebih mudah di messenger FB ku Mirea. Half Souls Mate bercerita tentang Caitlin yang berdarah campuran tetapi lebih dominan sebagai werewolf. Mamanya yang seoran...