Malam sudah berganti pagi. Seseorang yang masih membungkus diri nya dengan selimut akhirnya terbangun karena gangguan sinar matahari.
" Hoamm "
Dia merubah posisi yang awalnya tiduran menjadi duduk di tepi kasur. Dia duduk diam untuk mengumpulkan kesadaran nya. Saat sudah sadar dia mengernyit bingung.
" Eh aku dimana? "
" Di kamar saya "
Sebuah suara orang lain masuk ke pendengaran nya. Dia segera menoleh dan melihat laki laki lain yang baru selesai mandi terbukti dari handuk yang melilit di pinggang nya.
" Eh. Mor-morgan? "
" Hmm? Kenapa? "
Devian, seseorang yang baru terbangun tadi memasang wajah heran. Banyak pertanyaan di kepala nya.
Morgan yang tidak mendapat balasan menoleh pada Devian yang ternyata hanya diam melamun. Morgan mendekat, dia mengungkung tubuh Devian.
Devian langsung tersadar. Devian refleks berteriak namun tidak ada suara yang keluar. Ternyata mulut nya dibungkam tangan besar Morgan.
" Sttsss diam lah. Saya hanya ingin mengambil dasi "
Ternyata benar apa yang dikatakan Morgan. Dasi nya memang terletak di bawah ranjang tepat tidur.
Selesai mengambil dasi, Morgan menegakkan badan kemudian berlalu pergi ke kamar mandi untuk memakai pakaian.
Devian hanya bisa diam mematung. Devian bahkan tidak sadar kalau tadi Morgan sempat tersenyum tipis.
Menit berlalu hingga Morgan keluar dengan setelan kerja nya. Dia bisa melihat Devian yang masih diam di atas ranjang nya.
" Mandi lah. Saya akan membawa sarapan kemari "
Morgan berlalu pergi untuk mengambil sarapan. Devian menurunkan kaki nya dan saat berdiri dia tidak terjatuh lagi.
" Huh aman. Tidak ada yang sakit juga. Haish apa yang kau pikirkan Vian. Bagaimana bisa kau berpikir kau habis menghabiskan malam panjang. Lagipula aku masih berpakaian lengkap seperti kemarin malam. Tidak ada yang aneh juga "
" Kalau kau mau, kita bisa melakukan nya sekarang "
Devian yang mendengar suara Morgan sangat terkejut. Devian berakhir terjatuh dengan pantat yang menyentuh lantai.
" Aduh "
Morgan buru buru menghampiri Devian kemudian membantu Devian berdiri. Morgan mendudukkan Devian di atas ranjang.
" Maaf. Saya tidak bermaksud mengagetkan kamu. Saya kemari untuk mengambil handphone yang tertinggal "
Muka Devian sangat sangat merah. Antara terkejut dan malu. Mungkin malu yang mendominasi. Devian menunduk untuk menyembuhkan wajah nya yang memerah.
Morgan tersenyum tipis. Diangkat nya dagu Devian agar menatap wajah nya. Morgan dan Devian bertatapan beberapa detik.
" Sekali lagi maafkan saya. Mandilah, saya akan membawakan sarapan untuk kamu. Kamu jangan berpikir yang tidak tidak. Kita tidak melakukan apa pun tadi malam. Kita bahkan tidak tidur satu ranjang. Saya tidur di sofa "
Devian mengangguk pelan dengan wajah yang masih merah. Menyalahkan otak nya yang berpikir terlalu jauh.
Devian kembali dikejutkan dengan sudut bibir nya yang baru saja bersentuhan dengan bibir Morgan. Morgan tersenyum tampan kemudian mengusak rambut Devian.
" Jangan terlalu manis. Saya tidak akan kuat "
Morgan berlalu, kali ini Morgan benar benar keluar dari kamar. Sementara Devian masih diam. Harus nya dia marah saat tadi Morgan mengecup sudut bibir nya. Tapi dia malah diam saja.
Devian menyentuh rambut nya yang tadi diusak Morgan. Tanpa sadar Devian tersenyum.
" Sepertinya aku memang sudah gila "
Devian bangkit berdiri lagi kemudian masuk ke tempat tadi Morgan keluar. Berniat membersihkan badan tentu saja.
~•~
Sementara di salah satu kamar yang besar terdapat seorang laki laki yang sedang ribut. Bukan ribut dalam arti buruk." Sayang.... ini bagaimana? Aku takut menjatuhkan baby luva "
" Tenang lah kak. Jangan panik "
Elvano dengan telaten mengajari Luke untuk memandikan Cheluva. Ini pertama kali Luke memandikan anak anak nya.
Luke memutuskan untuk tinggal di mansion Elvino bersama Elvano dan anak anak nya sampai mereka menikah bulan depan.
Setelah itu mereka akan pindah ke rumah yang menjadi hadiah ulang tahun untuk Elvano.
Luke memperhatikan dengan seksama saat Elvano memandikan Cashel. Luke mengikuti setiap pergerakan Elvano dan mempraktikkan nya pada Cheluva.
Akhirnya acara mandi si kembar yang berjalan dengan penuh drama sudah berakhir. Elvano yang melihat calon suami nya seperti itu tidak bisa berhenti tertawa.
" Sayang.... jangan tertawa seperti itu. Kakak malu banget tahu "
" Tidak. Itu tidak memalukan. Saat pertama memandikan si kembar, vano juga kaya gitu "
" Emang kamu dulu belajar dari siapa sayang? "
" Dari bibi Ana. Beliau kepala para maid di sini. Mendengar bahwa si kembar sudah lahir, bibi Ana dengan antusias membantu ku merawat si kembar "
" Oh begitu. Baiklah, aku juga ingin belajar "
Luke dan Elvano sedang fokus memberi minyak telon pada tubuh Cheluva dan Cashel.
Karena jujur saja, Cheluva dan Cashel daritadi bergerak lucu dan tidak bisa diam. Kedua orang tua nya sedikit kewalahan.
20 menit kemudian Cheluva dan Cashel sudah tampan dan wangi. Luke yang gemas menciumi perut gembul bayi bayi tampan nya.
" Kak udah jam setengah sembilan. Kakak ga berangkat kuliah? "
" Oh iya lupa. Yaudah kakak mandi dulu ya "
Luke buru buru pergi ke kamar mandi. Elvano memutuskan untuk menyusui bayi bayi nya dulu.
Sekarang Luke sudah selesai bersiap untuk pergi kuliah. Dia melihat Elvano yang sedang memperhatikan Cheluva dan Cashel yang tertidur di box bayi.
Luke mendekat ke Elvano dan memeluk perut nya. Beberapa kecupan dirasakan Elvano di leher nya.
" Kak ..... geli. Udah sana berangkat "
" Kiss dulu dong "
Elvano membalik badan nya kemudian mengalungkan tangan nya ke leher Luke. Elvano menempelkan bibir nya pada bibir Luke. Luke dengan tidak sabaran mencium Elvano.
Ciuman terlepas setelah kedua nya sama sama kehabisan oksigen. Luke mengecup kening Elvano lama.
" Kakak kuliah dulu ya. Hari ini kakak juga mau mulai bekerja. Doakan kakak agar semua nya berjalan lancar "
" Tentu. Papa dan baby's akan selalu mendoakan daddy. Semangat daddy "
" Terimakasih papa. Daddy berangkat dulu "