4 | adu mulut berujung hati kusut

21 3 0
                                    

Sekarang hubungan kita udah jalan hampir tiga tahun terhitung sampai sekarang. Di tahun ini rasanya berat banget, banyak cobaannya. Tapi di tengah cobaan itu Sena nggak pernah sekalipun berpikir buat putusin gue. Yang ada gue yang ngeyel minta udahan. Ya iyalah, Sena yang cari gara-gara, dia nggak ngerasain jadi gue. Dia anggap semua fine-fine aja.

Buat masalah Sena yang mulai sering berantem mungkin gue bisa sedikit memaklumi, ya walaupun gue nggak membenarkan juga perbuatan Sena. Karena berantem nggak akan menyelesaikan masa kan? Yang ada ujung-ujungnya masuk BK lagi, dihukum lagi, terus aja begitu sampai lulus.

Tapi untuk Sena yang katanya suka 'main cewek', gue rada skeptis. Sebrengsek-brengseknya Sena, nggak pernah nyeret cewek karena dia tau konsekuensinya. Dia udah punya gue sebagai pacarnya dan selama ini gue tau kalau Sena bukan tipe yang kayak gitu. Oke, gue banyak kurangnya, tapi apa harus cari kekurangan yang gue punya ke cewek lain supaya puas?

Masalah berawal dari Sahda, dia denger ada yang ngomong tentang itu sampai suatu hari gue denger sendiri pakai kuping gue. Jadi adalah satu geng yang isinya cewek-cewek genit. Alay banget pokoknya, lu pikir ini sinetron? Parahnya mereka ini adik kelas gue yang otomatis lebih muda dari gue. Tapi kelakuannya, nggak tau gue harus sabar model gimana lagi?

Sahda bilang kalau salah satu dari mereka dibonceng sama Sena waktu pulang sekolah. Gue nggak masuk sekolah karena sakit, make sense sih kalau jok belakang Sena kosong. Gue sempat nggak percaya omongan Sahda, tapi beberapa hari kemudian gue denger sendiri. Waktu antre buat beli batagor di kantin kebetulan pas banget di belakang gue ada cewek yang katanya dibonceng sama Sena.

Wina namanya. Dia tiba-tiba aja nyerocos, "Eh, kemarin gue dibonceng sama Kak Sena tau. Padahal gue nggak minta, apa dia suka sama gue? Akhirnya cinta gue nggak bertepuk sebelah tangan nih?" Terus aja gitu sampai kuping gue panas. Gue rasa dia tau kalau gue ceweknya, sengaja tuh dikeras-kerasin waktu ngomong.

Padahal Sena di kelas sepuluh sampai sebelas jauh banget dari kata bad boy dan semacamnya. Tapi di kelas dua belas ini kelakuannya mencerminkan predikat itu. Rusak banget. Sena terkenal gara-gara tingkahnya yang ngebuat dia sering masuk BK. Anak yang sering masuk BK, namanya bakal terpampang di 'Daftar Siswa dengan Pencetak Poin Pelanggaran Terbanyak Minggu Ini'. Otomatis ada nama Sena dong di sana, mana daftar itu ditempel di setiap mading sekolah. Karena saking seringnya masuk BK, namanya nggak pernah lengser dari daftar itu.

Kurang famous apa coba sekarang kalau begini? Terus malah dinotice si Wina. Maka dari itu, gue mau ngelurusin ke Sena gimana benarnya kejadian waktu itu. Karena selama ini gue belum berani nanya itu. Kemarin Sena habis beres masuk BK, gue nggak mau ngehancurin mood dia. Nah, maka dari itu saat gue pulang diantar Sena ini adalah waktu yang tepat buat mengulik pertanyaan-pertanyaan di kepala gue.

"Sena, gue mau nanya deh."

"Nanya apa, Cil?"

Langsung nyaut kan. Sena tuh kalau ngebonceng gue, kecepatan motornya nggak pernah nyampai 50 km/jam, makanya dengar jelas omongan gue. Pelan-pelan kaya keong, mana dia ambil jalan kampung kalau antar gue pulang. Katanya, "Ini quality time kita, Cil. Di sekolah gue sibuk kelahi sama anak orang." Nggak masalah sih, gue juga suka lama-lamaan di jok motor Sena sambil ngobrol. Kenyataannya di kelas dua belas ini kita memang semakin jarang ada waktu di sekolah.

"Mulut lu Cal Cil Cal Cil, gue bukan bocil lagi, ya!"

"Buat gue lu masih adek kecil yang gemesin. Mau nanya apa?"

Kaget nggak kalian, kita berdua masih pake gue-lu buat ngobrol. Sena udah pernah nyoba buka obrolan pakai aku-kamu tapi jatuhnya jijik banget di kita, nggak romantis sama sekali, nggak tau deh kenapa. Sena dan gue sepakat deh buat tetep pakai gue-lu.

"Kemarin waktu gue nggak masuk, lu bonceng si Wina, ya? Ngaku nggak lu?"

"Kamu nanyea?" Refleks gue tepuk agak keras pundaknya Sena.

"Kasihan, Cil. Nggak ada yang nganter pulang dia, mana sekolah udah sepi."

"Oh." Gampang banget ya ngomongnya? Gue memang cuek, tapi gue masih punya perasaan yang bisa cemburu. Apalagi Sena udah konfirmasi kalau kejadian yang gue dengar dari mulut orang lain itu benar adanya.

"Oh aja?"

"Banyak berubah ya Sena yang sekarang. Sering berantem, kadang berani bolos, ditambah main cewe nih?"

Sena kepancing sama omongan gue, dia langsung jawab, "Maksud lu main cewe?"

"Buktinya si Wina?"

"Gue cuma nolongin, Cil."

"Winanya nggak minta diantar pulang kan?"

"Gue sebagai cowok masa tega ninggalin dia sendiri di sekolah?"

"Terus gue gimana sebagai cewek lu? Gue sakit di rumah lu mesra-mesraan sama cewek lain?"

"Lu bisa bedain peduli sama mesra-mesraan nggak, sih?!

"Sen, awas!" Sena bentak gue, karena sambil adu mulut dia nggak fokus bawa motor. Hampirlah nabrak kucing oren kampung yang lewat. Untung sempat direm motornya, walaupun mendadak.

Di situ gue campur aduk, kagetnya tuh ada dua. Kaget karena Sena bentak gue, ditambah kaget mau nabrak kucing. Hati gue gimana gitu rasanya. Sena kelihatan banget marah, pertanyaan gue keterlaluan ya?

"Mau lu apa sekarang?" Sena nanya dengan nada sinis. Kita berhenti dulu dan dia turun dari motor,  begitu pun juga gue. Untung kita udah keluar dari area kampung dan lagi lumayan sepi tempat sekarang kita berhenti. Dekat pabrik yang nggak kepakai gitulah.

"Mau lu apa sekarang gue tanya?" Dia nanya lagi karena gue belum berani jawab. Masih nunduk. Sena tambah emosi, kelihatan dari nada bicaranya.

"Ditanya orang tuh jawab! Mau lu apa? Putus?" Gue langsung natap dia, dari yang tadinya nunduk, kita lansung tatap-tatapan mata.

"Kok gitu?" lirih gue yang lemes waktu denger kata 'putus'.

"Terserah lu deh. Intinya gue cuma mau nolong Wina." Parahnya Sena langsung pergi setelah dia ngomong begitu. Iya, gue ditinggal.

Motornya ngejauh dari pandangan gue, mata gue langsung berkaca-kaca. "Tapi Winanya nganggep lu serius, Sen." Gini-gini gue kalau dibentak nangis juga kok. Ini kedua kalinya Sena bikin gue nangis selama hampir tiga tahun pacaran. Pertama kali dia bikin gue nangis gara-gara bentak gue waktu gue kerjain. Dia takut sama kecoa kan ya, gue kerjain sampai mampus tuh. Sena marah ke gue dan gue langsung nangis detik itu juga. Anti bentak bangetlah gue orangnya.

Sekarang gue juga langsung nangis. Kayak anak ilang aja, masih pakai helm, di depan pabrik tua yang samping-sampingnya lahan kosong. Sepi banget. Ini pertama kali Sena ngantar pulang lewat sini. Gue bener-bener asing sama tempatnya. Dan tas gue dibawa Sena, dia taruh tas gue di tempat kaki motor matic (biasanya buat bocil berdiri), tau kalian kan? Pasti taulah. Kalau antar pulang pasti tas gue ditaruh di sana. Katanya, "Kasihan pundak bawa tas gitu, berat banget kayak dosa lu."

HP sama dompet gue juga ada di sana. Tolol banget memang tuh anak. Yaudah gue jongkok di depan pabrik sambil berharap Sena sadar kalau gue nggak bisa pulang. Gue nunduk terus, sesekali mainin rumput liar yang tumbuh. Kalaupun bisa gue langsung pesen ojol. Tambah overthinking gue di situ, mana udah sore banget.

Nunggu lumayan lama, jam lima lebih seperempat ada orang berdiri di depan gue. Fix itu pasti Sena, gue bersyukur banget dia akhirnya sadar dan muter balik. Waktu gue berdiri, ternyata itu bukan Sena. Dia mas-mas sekitar umur 20an. Dia natap gue heran, terus nanya, "Ngapain Dek di sini? Udah sore kok belum pulang."

Gue jawab asal aja, "Kesasar, Mas."

"Saya antar mau?" Gue belum jawab ya, tapi mas-mas itu langsung pegang tangan gue. "Jangan nangis, ayo Mas antar pulang." Awalnya gue nggak mempedulikan itu, tapi lama-lama dia pegang tangan gue tambah naik. Pergelangan tangan, siku, lengan, bahu. Gue langsung hempas spontan.

"Eh, kasar banget sih." Dia mau raih tangan gue lagi, tapi gue mencoba mundur. Mas-mas itu jalan deketin gue, tanpa pikir panjang gue langsung lari. Gue teriak minta tolong, sayang banget ini tempat sepi yang udah ngelewati perkampungan.

"Tolong! Ada orang mesum, tolong!" Gue tetap berusaha teriak sambil nyari orang dan mas-mas itu tetap ngejar gue di belakang.

agistari : long journey of love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang