12 - Dark Luna

10 14 0
                                    

Angin malam berhembus menembus kulit Luna yang putih seputih susu.
Dimalam ini Luna menghabiskan waktunya dihalaman belakang rumah Franklinc sambil duduk dibangku sedikit mewah, dan menghisap rokoknya lalu ditemani dengan secangkir kopi hangat.

Luna sangat pusing dan cape seharian karna besok nya pertandingan Luna akan segera dimulai.
Bukan Luna namanya kalo gampang nyerah, dia sedikit memikirkan gimana besok nya.

"Hufttttt lo ga boleh nyerah Luna",gumam dirinya sendiri sela menghela napas yang panjang.

Teriakan seorang laki-laki pun berhasil membuat Luna menoleh ke belakang.
Ya dia Franklinc berlari tergesa-gesa yang membawa bantal ke arah Luna.

"Woy lo ngapain disini emang lo ga takut napa sama kunti?",tanya Franklinc sedikit meneriaki Luna.

"Apaan sih",jawab Luna datar.

"Eh lupa kan lo kunti nya hahaha",balas Franklinc lalu lepas landas ketawa terbahak bahak layaknya seorang pelawak.

"Jokesnya ga lucu",jawab Luna lalu menggelengkan kepalanya.

"Anjir lo, eh kenapa lo diem disini ada masalah ya sini cerita sama gue",balas Franklinc memberhentikan kata-katanya lalu.
"Kalo ada apa apa sini cerita sama gue, gue siap kok jadi sandaran lo",.

Luna pun menghela napasnya terlebih dahulu lalu dia membicarakan apa masalahnya lalu murung.

"Emm besok gue agak ragu deh ngelawan si pria bertopeng",ucap Luna lalu menekan pelipisnya pening.

"Kenapa lo ragu?",tanya Franklinc penasaran.

"Gue kaya kenal gitu postur tubuhnya",jawab Luna.

Franklinc pun ber-oh ria mendengar Luna lalu.

"Mencurigakan",gumam Franklinc dalam hati.

"Ayo lah masuk udah malam",ajak Franklinc lalu menarik lengan Luna.

Mereka pun akhirnya masuk kedalam rumah untuk tidur.

Walau mereka diluar kaya tegas, tapi dirumah mereka kaya setan dan jin yang kadang-kadang ribut kadang-kadang akur layaknya seperti tom and jery.

***

Keesokan harinya tepat didalam gor ruangan serba hitam nan bernuasa mewah luas riuh ricuh dan sorak dari penonton membuat telinga Luna dan inti Dagieroz lainnya sakit kala mendengarnya.
Mereka akhirnya memilih duduk dekat dengan ayah Franklinc.

"Semangat lo bisa, dan jaga kepokusan lo",ucap Abryan yang kini membuka suaranya.

"Pasti",jawab Luna singkat.

"Anjir si abryan kalah dinginnya sama Luna",ucap Texa lalu tertawa bersama Regi.

Abryan pun menatap tajam kepada mereka berdua dan akhirnya mereka berdua menunduk karna ketakutan.

"Jernihkan dulu pikiran kamu Luna sayang",ucap ayahnya Franklinc pada Luna lalu mengusap puncak kepala Luna.

"Iya ayah",balas Luna lalu tersenyum manis.

"Ahh manis anjir",ucap Gerven sambil merangkul pundak Franklinc.

"Anjing itu punya gue",balas Franklinc yang kini menatap tajam kepada Gerven.

Mereka semua tertawa mendengar ucapan Franklinc tersebut.
Tidak berlangsung lama giliran Luna yang masuk kedalam ring tinju.

Dark LunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang