Keris Taming Sari

5.5K 680 138
                                    

"Ini gak bakal sakit, El." Mas Cakra mencoba menginjakku, beruntung aku terlebih dulu menghindar dan melayangkan serangan tenaga dalam padanya. Ia tersenyum, "Sebaiknya kamu jangan ngelawan, El. Nanti bakal lebih sakit."

"Mas lebih percaya Kuntilanak itu?" tanyaku.

"Ya."

Aku merapal mantra untuk mengeluarkan tali secara gaib. Kemudian, melilitkan pada Mas Cakra. "Yang beginian gak mempan, El!" ucapnya, seraya memutus tali itu dengan tangannya yang kekar. Ayah meninju lantai sebanyak tiga kali, hingga membuat ubin marmer retak. Kemudian berlari ke arah Mas Cakra dan melayangkan pukulan. "Segini aja?" Ia berhasil menahan serangan itu, lalu menendang perut ayah dengan kencang.

Dalam situasi seperti ini, ke mana perginya Nyi Ambar dan Ki Kendil. Kami berdua tidak akan mungkin bisa menahan Mas Cakra. Aku memanggil Macan Putih, salah satu penjaga keluarga. "Ayah! Tolong tahan Mas Cakra!" pintaku.

Ayah memanggil Siluman Monyet, lalu menyerang Mas Cakra secara bersamaan. Sementara aku fokus pada Kenanga, ingin sekali menghabisinya. Kuperintahkan Macan Putih mengejarnya.

ARGH!

Mas Cakra berteriak dan mengamuk. Aku bisa melihat ada sosok Genderuwo Berbulu Merah yang merasukinya. Genderuwo itu berhasil memukul mundur ayah dan Siluman Monyet.

Kriet!

Pintu terbuka. Aku menoleh, ada Pak Yanto yang berdiri di sana. "Pak pergi!" teriakku. Namun, Mas Cakra terlebih dulu melayangkan serangan tenaga dalam padanya hingga tubuhnya terpental ke luar.

BRUK!

Pintu tertutup dengan kencang. "Dasar pengganggu," ucap Mas Cakra, lalu memerintahkan Genderuwo Merah mengejar Macan Putih. Dua makhluk berkekuatan besar itu bertarung di udara. Genderuwo Merah yang dibantu Kenangan berhasil mengalahkan Macan Putih dan membantingnya ke lantai.

DUG!

Bunyi benturannya sangat keras. "Gak ada yang lebih kuat?" ucap Mas Cakra. "Mana Nyi Ambar dan Ki Kendil? Bawa ke sini!"

Aku menutup mata, mengambil pusaka berbentuk keris yang berada di tubuh ini. Keris itu melayang-melayang di atas kepalaku.  "Keris Taming Sari, ternyata Ki Mangkujiwo kasih keris itu ke kamu. Menarik," ucap Mas Cakra.

"Sebaiknya Mas nyerah aja," balasku.

Mas Cakra tertawa, "Saya gak takut sama keris itu!"

"Oke." Aku belari ke arahnya dan melayangkan pukulan. Ia memang berhasil menahannya, tapi tidak dengan efek tenaga dalam yang membuatnya terpental hingga menubruk sofa.

"Boleh juga." Mas Cakra bangkit. Saat ia akan melangkah, kakinya tidak bisa digerakan. Ternyata itu ulah ayah yang menahan kakinya.

"Pukul, El!" perintah Ayah.

Aku kembali melayangkan pukulan, tapi kali ini ditahan oleh Genderuwo Merah. Ia tidak tau kalau serangan itu bisa langsung melumpuhkannya.

ARGHHH!

Mas Cakra mengamuk saat melihat penjaganya tumbang. Ia mencoba menyerangku, tapi dengan mudah dapat kutangkis. Selain memiliki efek tenaga dalam yang besar, keris ini membuat tubuhku menjadi sangat kuat.

"Ayah, urus Kenanga!" pintaku. Kenanga tampak panik dan berusaha pergi dari rumah ini.

"Oke!" Ayah melepas sukma dan mengejar Kenanga.

"Sekarang kita satu lawan satu, Mas. Saran saya mending jangan turutin kemauan Kenanga."

"Saya udah gak peduli sama dia. Sekarang cuman pengen ngebales perbuatan kamu!" Mas Cakra menutup mata, sepertinya ia ingin memanggil pasukan. Bergegas aku merapal mantra untuk menutup rumah ini.  "Kamu gak bakal bisa ngehalangin mereka, El."

Sekte - Para Pencari Tumbal [SUDAH TERBIT]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin