Part 13

245 40 21
                                    

"Sakit?"

"Hm"

Sekarang Lengkara merasa bersalah pada Alvares. Jika saja Alvares tidak berurusan dengan hidupnya pasti pria itu tidak akan mengalami hal - hal sulit seperti sekarang ini. Seandainya ia lebih duluh mengetahui perselingkuhan ibunya dan ayah Alvares maka ia akan menghentikan sendiri. Sayangnya Tuhan ingin alur cerita yang berbeda dari harapan Lengkara.

"nanti gue obatin," ujar Lengkara.

Alvares tidak menjawab. Tapi seulas senyum kembali tercetak dibibirnya.
.
.

Tok tok tok

"Van,ini mama." Dhevan membuka matanya perlahan dan keluar dari alam bawah sadarnya. Sudah jam 6 sore.
Hari ini ia merasa begitu kelelahan sehingga tertidur pulas saat pulang sekolah dengan pakaian seragam yang masih melekat ditubuhnya.

"Kamu masih tidur?" suara sang ibu kembali terdengar dari balik pintu. Pria dengan rambut acak-acakan layaknya orang baru bangun tidur itupun berjalan kearah pintu dan membukanya.

"Ada apa, ma?" tanya Dhevan penasaran.

"Anterin ini buat Sheila." pandangan Dhevan beralih pada paper bag yang dipegang ibunya. Ibunya selalu begini, menyayangi Sheila layaknya anak kandung sendiri. Setiap ada barang atau makanan apa yang ibunya suka pasti langsung diberikan juga pada gadis itu.

Dhevan menggaruk tengkuknya sambil memasang wajah malas,"harus yah?"

"Kamu nggak mau?"

"Lagian ibu kok sesayang itu sama Sheila"

"Masa ibu harus jahatin menantu, sih?"

"tapi-"

"Jangan bilang kamu nggak perna baikin Sheila"

"cih, anak sendiri dituduh gitu"

Dhevan langsung mengambil alih barang yang dipegang ibunya. Tidak mungkin ia menolak permintaan wanita yang telah melahirkannya itu meski akan dilakukan dengan berat hati.

"Aku mandi duluh," ujar Dhevan akhirnya.

"Kamu harus baik-baikin Sheila. Jangan sampai dia sedih, apalagi kalau sampai sedihnya dia karena kamu." Sang ibu langsung pergi meninggalkan Dhevan yang masih diam dan mencerna setiap ucapan yang keluar dari mulut wanita paruhbaya itu. Dhevan sendiri bingung, kenapa ibunya begitu mencintai Sheilla padahal hubungan keduanya pun tidak begitu dekat. Mereka hanya bertemu saat acara keluarga atau makan bersama.

Tidak ingin berfikir terlalu lama akhirnya Dhevan memutuskan untuk segera mandi dan bersiap-siap menuju rumah Sheila.
.
.
"nona Sheila belum pulang," tutur sang Asisten rumah tangga yang Dhevan ketahaui sebagai sosok yang mengabdi pada keluarga tersebut cukup lama.

"Kemana bi?" tanya Dhevan sedikit penasaran.

"tadi baru aja pulang tapi karena ada sedikit masalah jadi non Sheila pergi lagi. Belum makan dan belum tukar pakaian juga, bibi khawatir" jelas sang bibi panjang lebar.

"masalah?" bukannya Dhevan kepo dengan kehidupan Sheila, hanya saja gadis itu selalu terlihat jauh dari masalah kehidupan. Sedikit aneh saat mengetahui ada masalah yang membuat dia pergi.

Sang bibi celingak- celinguk kesana kemari guna memastikan tidak ada yang mendengar pembicaraan mereka. Dengan suara pelan ia menceritakan kejadian tadi,"tuan bawa perempuan muda kerumah terus sempat adu mulut sama non Sheila." terlihat jelas raut kesedihan diwajah bibi seolah wanita paruhbaya itu ikut merasakan apa yang Sheila rasa.
"seperti biasa, non Sheilla dibilang anak haram lah, anak nggak tau diri lah sampai non Sheila ditampar sama tuan juga makanya dia langsung pergi," lanjut sang bibi yang berhasil membuat Dhevan terkejut.

LENGKARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang