(2)

7.1K 453 1
                                    

Sungguh Kenzie tidak habis pikir dengan jalan pikiran kakaknya, bagaimana bisa Bara melepas dirinya semudah itu. Sudah seperti barang saja, bebas dilempar sana-sini. Apalagi om-om itu bilang kalo pesta pernikahannya diadakan Minggu depan.

Bisa kalian bayangkan gimana isi hati dan pikiran Kenzie saat ini? panik iya, pusing iya, dag dig dug iya! Campur aduk rasanya.

Sang kakak berjalan mendekat ke arahnya, menepuk pundak pelan lelaki manis itu supaya tidak gugup nantinya. Bagaimana tidak, besok adalah harinya. Hari dimana kedua lelaki itu mengucap janji satu sama laidan menjalani kehidupan bersama selamanya.

"Udah, gak usah banyak pikiran, rilex."

"rilex matamu!" ya Tuhan, ingin sekali Kenzie memberikan hadiah berupa bogeman kepada pemuda yng didepannya saat ini.

"Kalem aja, keluarga Pak Jeff tajir."

Mendengar hal yang disampaikan kakak nya barusan membuat Kenzie menjadi tidak sabaran. Astaga, pikiran sesat apa ini yang memenuhi otak Bara. Bisa bisanya mengatakan hal seperti itu kepada adiknya.

"Bener? Kalo gini mah gue mau mau aja" ujar Kenzie santai sambil menaikkan salah satu alisnya, memberi kode kakaknya.

Kenzie antar sedih dan senang, sedihnya dia harus merelakan masa mudanya dan harus menerima tanggung jawab sebesar itu yang jelas-jelas Kenzi tidak menyangka nya. Senangnya, sepertinya dia bisa jajan dan membeli sepuasnya karena mereka nantinya telah menikah, tentu saja Kenzie akan memiliki hak untuk membelanjakan dan menerima uang bulanan seperti pasangan pada umumnya

*ੈ✩‧₊˚༺☆༻*ੈ✩‧₊˚


Ini adalah hari nya. Hari dimana pernikahan itu dilaksanakan, astaga. Perasaan gugup kini sudah menyelimuti dirinya, membuat sekujur tubuhnya panas dingin. Lengkap dengan jas rapi dan wangi, membuat lelaki manis itu percaya diri melangkah ke depan. Berjalan di atas karpet diiringi bunga-bunga cantik yang ada disekitar nya.

Di depan sana sudah berada seseorang pria tinggi nan tampan yang bisa kita panggil Devven. Devven dengan jas putih serta gaya rambutnya yang simpel namun menawan dan alis tegasnya, sukses membuat atensi Kenzie jatuh padanya.

Keduanya berdiri bersama didepan, menggandeng satu sama lain dan mengucap janji-janji suci. Jika Kenzie amati, seseorang yang kini berdiri disamping menjadi pasangan resmi nya ini sepertinya oke.

Ada perasaan menyesal sedikit pada hatinya, kenapa juga ia harus menerima ini. Padahal dirinya berharap akan menikah dengan orang yang dicintai lalu hidup bahagia, sebuah ending yang luar biasa.

Sepanjang acara, Kenzie hanya memaksa tersenyum ramah pada semua tamu yang datang, menyalami orang yang hadir di acaranya dengan bahagia. Walaupun ada sedikit perasaan gembira, namun terdapat rasa bingung dan takut dalam dirinya. Anak sekecil itu yang notabenenya perlu bimbingan lebih dan masih labil ini menikah dan harus menanggung semua ini.

Walaupun masih awam soal pernikahan, ia mengerti bahwa pernikahan ini bukanlah main-main dan soal menjodohkan begitu saja. Namun, mengikat kedua belah pihak yang nantinya akan saling melengkapi selamanya. Bukan hanya memerlukan cinta, tetapi lebih dari itu. Dan dirinya belum siap.

.

.

.

.

Tbc.

See u in the next chap!
—Jey

ONLY STATUS ( MarkNo )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang