FM-15√

37K 4.4K 300
                                    

Pukul 07:13 rean sampai di sekolahnya setelah tiga hari membolos.

Begitulah rean jika sudah terlanjur malas. Bilangnya cuma mau membolos satu hari eh gak taunya nambah sampai tiga hari karena keenakan. Dan selama tiga hari itu pula rean sama sekali tidak pulang ke mansion keluarga wiracana dan bertemu dengan keluarganya itu.

Lagipula mau pulang atau tidak mereka tidak akan peduli dengan kehadirannya. Jadi sekalian aja gak pulang!

Rean juga sudah mulai betah tinggal dengan bunda kirana dan rayhan yang sudah menganggapnya sebagai keluarga sendiri melebihi keluarga kandungnya.

Alasan lainnya yang membuat rean malas pulang ke rumahnya adalah tentu saja karena tidak ada yang ingin dia lihat di rumahnya. Mau itu kedua orang tuanya, abangnya ataupun bodyguardnya yang menyebalkan itu. soal arila si nenek lampir, rean sih bodo amat! Udah semales itu rean dengan semua drama yang arila buat.

Begitu malasnya sampai-sampai rean berharap arila segera mendapatkatkan karma dari segala perbuatannya itu!

Balas dendam? Ngapain rean buang-buang waktunya untuk memikirkan cara membalas perbuatan si nenek lampir! Mendingan rean mikirin cara untuk menguasai hartanya qorun yang sampai sekarang belum ketemu, daripada mikirin si nenek lampir gak guna itu.

"Gue gak nyangka arila adalah perempuan seperti itu..."

Sedang asik berjalan di koridor sekolahnya, rean di buat tertarik dengan sebuah topik yang sedang di bicarakan oleh segerombolan siswa dan siswi. Bukannya rean nguping tapi suara mereka yang cukup keras membuat rean bisa dengan jelas mendengar apa yang sedang mereka bicarakan.

"Ngomongin apa sih?"tanya rean kepada segerombolan siswa dan siswi itu.

Mendengar pertanyaan dari rean kepada mereka, rombongan itu seketika terdiam dan terlihat ragu untuk menjawabnya.

"Itu...emangnya lo gak tau?"rean menggeleng. Kalo rean sudah tau untuk apa ia repot-repot  bertanya coba? Bikin rean males jadinyakan.

"Engak! Makannya kasih tau gue!"ucap rean ngegas. Membuat siswa dan siswi itu kaget dan sedikit takut. Maklum lah, siapa sih yang gak kenal sama reandra kenzie wiracana? Bungsu keluarga terpandang dan paling di segani di indonesia dan negara-negara yang mengetahui kekuasaan dari salah satu raja bisnis; deric.

Membuat siswa dan siswi itu tentunya tidak ingin berurusan dengan rean. Sekalipun rean adalah anak yang di abaikan oleh keluarganya. Tapi wiracana tetap menjadi bagian dari dirinya.

Melihat semuanya hanya diam dan tak kunjung memberitahunya. Membuat rean semakin geram di buatnya.

"Lo!"rean menunjuk seorang siswi yang memiliki suara paling keras saat merumpi. Siska namanya.

"Kasih tau gue semuanya!"ucap rean meminta siswi bernama siska itu untuk menjadi sumber informasinya. Memberitahukan semua yang ingin rean ketahui dari berita panas yang kemungkinan besar menjadikan arila sebagai topingnya atau topik utama.

Mendengar perintah dari rean, siswi itu hanya mengangguk pasrah. Lagipula tidak ada salahnya untuk memberitahukan berita ini karena semuanya sudah tahu kecuali rean tentunya.

Siska menghela nafas dan melihat ke arah mading yang penuh dengan kertas-kertas berisi foto dan tulisan-tulisan yang menjadi pembicaraan mereka.

"Lo lihat kertas yang di tempel di mading itu?"rean segera melihat kearah mading yang di tunjuk oleh siska. Rean baru tau jika ada mading di situ karena sebelumnya mading itu tertutup oleh siswa dan siswi yang berkumpul.

"Percaya gak percaya tapi apa yang tertulis di kertas itu adalah sebuah fakta yang sudah terbukti ke pastiannya"

Rean melihat siska bingung. Bagaimana dia bisa seyakin itu dengan apa yang tertulis di kertas itu? Memangnya mereka memiliki buktinya? Sampai-sampai mereka bisa yakin jika apa yang tertulis di kertas-kertas itu bukan hoaks.

Yah, walau rean akui jika ia juga sedikit yakin jika yang tertulis di kertas itu benar. Mengingat ia pernah memergoki si pelaku yang kemungkinan besar baru selesai melakukan aksinya.

"Kenapa lo bisa seyakin itu dengan apa yang ada di mading? Gak takut hoaks?"tanya rean yang membuat siswa dan siswi yang masih ada di sana tertawa mendengarnya.

"Pft, jadi lo gak percaya sama keluarga lo sendiri?"rean menaikkan alisnya bingung. Keluarganya? Maksudnya keluarga wiracana yang telah membuat ini semua? Tapi untuk apa?

Bukankah mereka sangat menyayangi si nenek lampir itu? Lalu kenapa mereka justru menyebarkan kebusukan arila seperti ini?! Apa mereka sudah gila?! Atau mungkinkah ini cara baru mereka untuk menunjukkan kasih sayang?

Apapun itu, rean benar-benar kehabisan kata-kata untuk berkomentar sekarang.

"Serius? Mereka yang buat ini?!"siska dan semua siswa dan siswi yang ada di sana kompak mengangguk yakin.

Rean mengusap wajahnya tidak percaya, Sungguh!

Padahal tidak lama ia berdoa agar arila segera mendapatkan karmanya.

Belum juga dua puluh empat jam, arila sudah mendapatkannya. Doa anak sholeh dan terdzolimi seperti rean memang cepat di kabulkannya. Seperti sekarang ini!

"Haaaa...gue bahagia"

•••

Plak!!!

Suara tamparan itu terdengar begitu keras dan memilukan. Membuat semua orang yang melihatnya ikut merasakan ngilu dari tamparan itu sekalipun bukan mereka yang merasakannya secara langsung.

"Dasar anak tidak tahu diri!"teriak celina kepada arila yang hanya bisa terdiam setelah menerima tamparan dari celina, ibu angkatnya.

Arila benar-benar tertangkap basah oleh keluarganya. Entah bagaimana caranya mereka bisa mengetahui semua kebusukan yang telah ia lakukan.

Mulai dari ia yang menjual diri kepada lelaki hidung belang sampai rahasia tentang balas dendamnya, mereka tahu semua!

Ingin mengelakpun ia sudah tidak bisa karena semua bukti sudah terkumpul dengan rapi di atas meja ruang keluarga wiracana.

Membuat seluruh anggota keluarga wiracana yang sebelumnya begitu menyayanginya kini berbalik membencinya, sangat-sangat membencinya.

Tidak terkecuali celina yang terlihat begitu marah kepadanya.

"M-mama...semua itu tidak benar! Arila di fitnah ma!"

Plak!

"Diam! Berani-beraninya kamu masih mengelak bahkan dengan semua bukti yang ada!"teriak celina lagi saat dengan beraninya arila mencoba mengelak dari semuanya.

"Kamu fikir kami semua itu bodoh?!"lanjut celina berapi-api.

"T-tidak ma! Bukan begitu maksud aril-"

"Saya bilang DIAM!!!"teriak celina yang sudah muak dengan arila. Gadis yang telah menacapkan pisau kekecewaan dihatinya setelah semua kasih sayang yang ia berikan kepadanya. Benar-benar tidak tau diri!

"M-maafkan arila mama"celina menarik tangan arila dengan kasar ke depan pintu kediaman wiracana.

"Maaf?! Sampai kapanpun saya tidak akan pernah memaafkan perempuan jahat seperti kamu! Dan mulai sekarang kamu bukan bagian dari keluarga wiracana lagi! CEPAT PERGI DARI SINI!!!"teriak celina sebelum ia dengan cepat menutup pintu mansion keluarga wiracana dari arila yang terus memohon-mohon kepadanya dari balik pintu yang sudah tertutup rapat.

Melihat itu semua deric, destian dan juan hanya duduk tenang di kursinya.

Cukup celina yang bertindak sekarang, karena bagian mereka tidak akan semudah itu.

Juan menghela nafasnya sebelum ia beranjak dari kursinya.

"Aku akan mencarinya sekarang"ucap juan yang dibalas anggukan oleh deric.

"Banyak hal yang harus kita perbaiki"ucap deric.

"Walau sudah sedikit terlambat"lanjutnya dengan wajah sendu yang penuh kerinduan.

"Semoga dia mau memaafkan kita"

🐾Tbc.

=========
Jangan lupa
Vote+comen+follow me🐣
=========

Figuran Matre [TERBIT]Όπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα