🥀 Chapter 9🥀

19 9 0
                                    

🥀🥀🥀🥀🥀
Happy Reading
🥀🥀🥀🥀🥀

DANDELIONS

............

Sesampainya mereka disana ,Aditya langsung berteriak memanggil dokter

"Dokter!tolong putra saya!"

"Mohon baringkan disini pak." Aditya langsung membaringkan putra nya di Bankar tersebut, suara kaki dan dorongan bankar pun terdengar riuh, Aditya dan Dewi selalu menggenggam tangan putra mereka, saat sudah sampai di ICU mereka tidak di perbolehkan masuk lagi.

"Maaf pak, buk kalian tidak boleh masuk," ucap suster tersebut

"Tapi putra saya sus," ucap Dewi dengan sesegukan, Aditya yang melihat Dewi pun langsung memeluk istrinya.

"Sudah ya, kita tunggu diluar saja." Dewi pun menggangguk, suster tersebut pun masuk ke ruangan tersebut.

Sedangkan diluar Aditya dan Dewi menunggu kabar dari dalam sana, dan untuk keluarga besar sudah pulang ke daerah masing masing, karena suatu pekerjaan yang tidak bisa mereka tinggalkan.

"Mas, aku takut terjadi sesuatu sama putra kita." Aditya yang melihat kegelisahan sang istri pun menggenggam tangan istri nya.

"Kamu yang tenang ya, kita percaya semuanya kepada Allah dan dokter, Chandra anak yang kuat aku yakin dia pasti bertahan, Chandra putra kita yang paling kuat sayang, kamu harus yakin bahwa Chandra akan baik baik saja."

Dewi yang mendengar nasehat dari suami nya pun hanya mengangguk, benar apa yang dikatakan oleh suaminya, dia harus percaya bahwa Chandra akan baik baik saja.

Suara pintu mengalihkan atensi mereka berdua, melihat dokter yang sudah keluar mereka berdua langsung berdiri.

"Dokter, bagaimana keadaan putra saya?" tanya Dewi

Dokter itu menghela nafas nya, mereka yang melihat dokter menghela nafas pun menjadi khawatir.

"Apa terjadi sesuatu dengan putra saya dok?" tanya Aditya

"Setelah kami memeriksa secara menyeluruh, dengan berat hati saya katakan putra bapak dan ibu mengindap penyakit kanker otak."

Bagai tersambar petir di siang bolong, kabar ini mengejutkan mereka, Dewi menangis menerima kenyataan ini.

"Putra kita mas,putra kita mas." Aditya mengusap pelan bahu istri nya.

"Apa yang harus kami lakukan dok, supaya putra kami sembuh?" tanya Aditya kepada dokter tersebut yang bernama Alvin

"Jalan satu satu nya cuma kemotrapi, tapi kemotrapi bukan menyembuhkan tapi hanya untuk memperlambat sel kanker supaya tidak menyebar, tapi kami akan berusaha semaksimal mungkin supaya putra bapak dan ibu baik baik saja dan sembuh dari penyakit yang di deritanya," jelas dokter Alvin.

"Baik dokter, saya mohon sembuh kan putra saya," ucap Aditya

"Saya akan berusaha semaksimal mungkin, yang terpenting bapak dan ibu  terus berdoa untuk kesembuhan putra kalian, kalau begitu saya permisi pak,Bu dan putra kalian akan di pindah kan ke ruang rawat setelah ini." Aditya hanya mengangguk Dan dia terus berusaha menenangkan istri nya, dan tidak lama kemudian bankar putra mereka di pindah kan ke ruang rawat.

"Kita masuk kedalam ya, kita liat keadaan Chandra, hapus air mata kamu, kalau Chandra sadar, dia akan sedih ngelihat kamu nangis kayak gini, kita harus berusaha kuat di depan putra kita sayang," ujar Aditya kepada istri tercinta nya,

Dewi pun mengangguk sambil tersenyum kearah Aditya, benar apa yang dikatakan oleh suaminya mereka harus kuat untuk putra mereka.

"Ya udah ayo kita masuk," ucap Aditya,mereka berdua pun masuk,dapat mereka lihat keadaan putra mereka seperti mayat hidup.

Dewi langsung duduk di samping bankar putranya sambil memegang tangan Chandra

"Cepat bangun nak, jangan buat bunda khawatir," ujar Dewi, setelah mengucapkan itu tiba tiba tangan Chandra bergerak, Dewi dan Aditya yang melihat tangan Chandra pun langsung memusatkan pandangan nya ke arah Chandra.

"Chandra, nak, akhirnya kamu sadar juga sayang," ucap Dewi dengan terharu

"B-bunda."

"Iya, kenapa?, bunda disini kamu mau apa?, atau ada yang sakit?"

Chandra menggeleng mendengar pertanyaan bunda nya.

"Chandra kenapa ada disini bun, acara nya gimana?" karena seingat Chandra dia pingsan di taman belakang, tapi dia tidak ingat bahwa dia akan dibawa ke sini

"Kamu lagi sakit nak, untuk acara nya sudah selesai,"jawab Aditya

Chandra hanya ber oh ia saja,

"Chandra."panggil Aditya

"Iya yah?"

"Boleh ayah tanya sesuatu?"

"Iya, boleh yah."

"Sejak kapan kamu sudah mimisan?"

Jantung Chandra berdetak dengan cepat, Chandra hanya diam saja, dia tidak tau harus menjawab apa.

"Chandra, ayah lagi tanya sama kamu, kenapa nggak kamu Jawab," ucap Aditya

"Maaf yah, Chandra udah mulai mimisan selama sebulan yang lalu."

"Dan kamu enggak beritahu apa pun sama Ayah atau Bunda," ucap Aditya

"Maaf ya, Chandra takut malah ngerepotin kalian, jadi Chandra enggak bilang apa apa sama kalian "
Mereka berdua menghela nafas mendengarkan penuturan dari putra mereka.

"Emang nya penyakit Chandra parah ya Bun, yah?"

Dewi dan Aditya saling memandang, seperti nya mereka harus memberitahu kan sekarang tentang penyakit Chandra, Aditya pun angkat bicara.

"Kanker otak."

"Maksud ayah?"

"Kamu mengindap penyakit kanker otak Chan."

"N-nggak mungkin kan yah, ayah pasti bohong sama Chandra kan?"

"Ayah kamu nggak bohongin kamu chan, ayah kamu bener, kamu lagi mengindap kanker otak."

Chandra hanya bisa menangisi keadaan nya kenapa seperti ini, dari sekian ribu orang kenapa harus dia yang mempunyai penyakit ini, Aditya dan Dewi yang melihat Chandra menangis pun langsung memeluk putra mereka yang masih berbaring.

"Ayah akan usahakan supaya kamu sembuh Chan, kita berusaha sama sama, ayah yakin kamu pasti sembuh nak, jadi jangan menyerah ya."

Chandra yang mendengar semangat dari ayah nya pun mengangguk dan berkata

"Chandra akan berusaha sembuh yah buat kalian, makasih karena mau menjadi orang tua yang baik buat Chandra."

Mereka bertiga pun saling memeluk untuk menguatkan satu sama lain.

............

DANDELIONS

Jangan lupa di vote ya

DANDELIONS [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang