26. Poster Outfit

233 21 1
                                    

Sepulang dari latihan pribadi yang Ia lakukan sendiri didasari oleh jiwa perfeksionisnya, Irene kembali ke apartemennya mengendarai mobilnya sendiri. Sepanjang langkah dari tempat parkir di basement hingga keluar dari lift di lantai tempat unit apartemennya berada, Ia menghabiskan sebagian besar waktu untuk memandangi layar ponselnya yang menyala.

Ternyata Irene mendapati pesan pribadi dari Joy yang membahas tentang konten YouTube-nya, begitu menyenangkan untuk dibaca. Tidak seperti awal hubungan mereka, kini Irene tidak terlalu peduli dengan fakta bahwa Joy tidak mempublikasikan ucapan selamat ulang tahun di akun instagramnya. Irene kini justru tampak sedikit seperti orang konyol sebab Ia terkekeh sembari tersenyum lebar selagi berjalan di lorong, membaca cara Joy memuji penampilannya dalam video pembuatan clay-nya.

Joy

Aku suka caramu membuat lubang di bagian tengah vasnya, Eonni.

Itu sangat hot 😏

Senyum Irene seketika hilang tergantikan ekspresi malu seiring semburat merah menjalar di pipinya. Ia tentu tidak lupa teknik yang diajarkan oleh pemandu untuk membuat lubang vas dimana Ia menekan ujung ibu jarinya ke clay dan terus mendorongnya hingga jarinya bagaikan masuk ke sebuah lubang.

Irene tentu tau apa yang Joy indikasikan melalui emoji yang terkirim ke roomchat mereka berdua tersebut, terlebih setelah mereka gagal melakukan sesi singkat di ruang latihan kosong beberapa hari lalu.

Sayangnya Ia terlalu cepat sampai didepan pintu unitnya sehingga Irene terpaksa menjeda kegiatan bertukar pesannya dengan Joy untuk menekan kode password pintunya. Memasukkan ponsel ke saku sweatpants hijau matcha yang menjadi sandingan kaos hitamnya, Irene kemudian mengangkat tangan kanan demi menekan beberapa tombol sampai sebuah nada terdengar dari kunci digital di hadapannya.

Awalnya Ia masuk secara rileks. Ia terkadang memang membiarkan pintu tertutup dengan sendirinya selagi Ia sekedar lanjut berjalan masuk lebih dalam ke unitnya. Namun kini, ketika Ia sedang melepas sepatunya sembari menunggu bunyi pintu tertutup, sebuah suara lain terdengar; mengundang kepalanya menoleh.

Tentu terdapat debaran panik bila ternyata siapapun yang kini menahan pintunya adalah seorang penggemar sasaeng atau lebih buruk, psikopat.

Irene tak dapat melepaskan matanya dari papan yang berjarak hanya beberapa meter di depannya seiring permukaan tersebut terbuka perlahan dengan dramatis layaknya sebuah scene di drama ber-genre crime.

Rahangnya jatuh menganga dan Irene tidak tahu harus bersyukur atau berteriak ketika pintu sepenuhnya terbuka, menampilkan kekasihnya yang mengenakan pakaian nan sama persis dengan outfit yang dipakainya untuk melakukan photoshoot poster konser mereka.

"Aku membelinya supaya bisa kukenakan kemari." Sebelum Irene sempat menanyakan tentang bagaimana Joy membawa pulang properti agensi, Joy sudah lebih dulu menyuarakan jawabannya, membuat Irene tidak memiliki hal lain untuk difokuskan selain kain ketat pakaian Joy yang menampakkan lengkung tubuhnya secara sempurna.

Irene tidak bisa berkata. Seriously. Menurutnya, Joy yang menutup pintu dengan tangannya dibelakang tubuhnya tanpa sedikitpun mengalihkan mata dari wajah Irene, malah membuat si jangkung terlihat lebih menggairahkan. Irene sendiri tidak bisa menahan untuk menjatuhkan tas sport berisi pakaian kotornya yang tergantung di salah satu pundak, kemudian mengangkat kedua tangannya untuk diletakkan di kedua pinggang Joy selagi perempuan semampai tersebut mendekat.

"Wha-" Irene bahkan tak dapat menyelesaikan ungkapan kekagumannya. Joy hanya sungguh... mempesona.

Kedua tangan Joy yang merentang kesamping seperti tengah memamerkan lebih lagi apa yang Ia pakai kini, memudahkan Irene untuk mengeksplor lengkung tubuh Joy secara lebih banyak dan intens. Akhirnya, kedua tangan jenjang Joy yang ikut menempel di kedua pinggang Irene berhasil menarik Irene dari kegirangannya sendiri; membawa kepala Irene untuk mendongak dan bertemu tatap dengan mata sang kekasih.

"Hadiah ulang tahumu, eonnie. Do you like it?" Irene jelas menangkap angkatan satu alis Joy yang mengisyaratkan sebuah ajakan untuk melakukan agenda yang tertunda.

Irene tidak ingin menyerah tentu. Meski harus berjinjit sedikit, namun Ia tersenyum dalam ciumannya dengan Joy setelah berhasil membuat Joy terkesiap kaget karena tarikan tangannya yang tiba-tiba pada pinggang Joy; menjadikan jarak yang tersisa diantara kedua tubuh mereka menguap sepenuhnya.

"Tentu. Tapi aku akan lebih suka ketika aku melakukan sesuatu terhadapnya." Irene terkekeh pelan di detik senyum nakal Joy menghilang tergantikan sebuah ekspresi tersipu seiring rona merah padam memenui pipi, menjalar ke telinganya, karena Irene -tanpa Joy perkirakan- mengangkat kain bagian paha belakang Joy setelah meremas pantat berisi Joy.

Sadar bahwa tinggi Irene, yang tentunya kontras dengan Joy, membuatnya sedikit kesulitan untuk mencium bibir Joy yang kini justru mengalihkan wajah ke arah lain, Irene melakukan perubahan rencana di kepala dengan mencium leher Joy nan jelas terekspos didepan matanya.

"J-joohyun eonni..." Irene sempat mendengar lenguhan pelan setelah panggilannya terluncur dari bibir Joy. Pijatan salah satu tangan Joy di kulit kepala bagian belakangnya, Irene artikan sebagai lampu lampu hijau untuk melanjutkan sesi mereka ke tempat yang lebih menyenangkan: counter dapur.

Menekan kedua pundak Joy untuk duduk di kursi tinggi sisi counter hingga tinggi Joy hampir sejajar dengannya, barulah Irene mendorong kedua lutut Joy keluar sampai terbuka lebar, kemudian menekan tubuhnya sendiri agar terapit diantaranya. Kedua tangan Irene yang membawa getaran gairah di tubuh Joy lewat remasan di kedua sisi pahanya, memercikkan rangsangan hingga Joy secara agresif melingkarkan kedua tangan di leher Irene dan menariknya dalam ciuman dalam.

Lantas komentar Irene lainnya usai Irene menarik wajahnya, menciptakan garis saliva diantara bibir mereka berdua, semakin memperintens denyutan yang Joy rasakan diantara kedua selangkangannya.

"Sit tight, Soo. Sekarang giliranku untuk menyenangkanmu."

Dan Joy tahu, pikirannya akan dibuat gila seiring Irene semakin merendah bersama ciuman-ciumannya di dada, perut, hingga pahanya.

What's BehindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang