•AKADIBA 05 • Tiga perasaan yang semu

12.2K 1.9K 163
                                    

Tiga hari berlalu, tidak terasa hari ini mereka akan kembali ke pondok pesantren setelah menghadiri acara festival

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tiga hari berlalu, tidak terasa hari ini mereka akan kembali ke pondok pesantren setelah menghadiri acara festival. Semua berjalan lancar dan mereka bersyukur akan hal itu. Ditambah, banyak pujian yang ditujukan pada mereka setelah kemarin mereka naik ke panggung menampilkan skill hadrah sebagai bentuk pembukaan acara.

Tiga hari yang sangat berkesan.

"Tos dulu dong, tos!" Sakha mengangkat telapak tangannya dan ber tos ria dengan anggota hadrah yang lain sebagai bentuk apresiasi terhadap usaha juga hasil yang mereka dapat.

Tidak berhenti di situ, Sakha kembali mengulurkan tangan kanannya. Paham akan maksudnya, semua mengikuti dengan posisi tangan saling menumpuk dan posisi mereka yang melingkar. Dengan senyum lebar di bibir masing-masing, semua langsung berteriak kencang.

"AHABBA RAI'UN JIDDAN, JIDDAN, JIDDAN!"

"Wohoo!"

Arkan juga beberapa ustadz yang lain tertawa melihatnya. Mereka juga ikut memeluk satu persatu santri. "Barakallahu fiikum."

"Gak sia-sia juga kemarin full latihan sampe muka lo pucet, Sakh."

Sakha terkekeh mendengar penuturan Dean. Ia merangkul temannya itu. "Kalian juga usaha ampe engap-engap, bukan cuma gue. Ini karena usaha kita sama doa kita semua," ujarnya sedikit meralat.

"Yoi. Usaha gak akan mengkhianati hasil," sahut Faris yang diangguki yang lain.

"Yaudah, sekarang kita turun. Mobilnya udah nunggu di bawah. Ayo." Ucapan Arkan berhasil mengambil atensi mereka. Semua mengangguk lalu mulai melangkah ke arah lift untuk turun ke lantai utama hotel.

Dengan kacamata yang bertengger di hidung, kaos putih polos yang dibalut outer hitam juga celana putih dan ransel yang tersampir di bahu kanannya Sakha melangkah. 

Laki-laki itu menyisir rambutnya dengan jari-jari tangan lalu mengedarkan pandangan saat sudah tiba di lobi. Ia tersenyum ramah pada setiap orang yang menyapa maupun yang ia sapa.

"Sakh, itu si Gladis, kan?" Abra menepuk bahu Sakha dan menunjuk ke arah satu arah dengan dagunya.

Abra, bahkan teman yang lain memang sudah dikenalkan dengan Adam. Hubungan mereka selama tiga hari ini pun terbilang akrab. Makanya tidak heran kalau Abra tau tentang Gladis yang bernotaben sebagai adik Adam, karena saat mereka bertemu Adam, Gladis selalu ada bersama kakaknya.

"Kok dia sendirian sih? Si Adam kemana?" Suara Abra kembali terdengar.

Memang benar, Gladis terlihat duduk seorang diri di depan lobi. Biasanya selalu menempel pada Adam, kali ini tidak. Gadis itu terlihat kebingungan membuat Sakha juga Abra berjalan menghampiri setelah meminta izin pada salah satu ustadz. Arkan tengah mengobrol dengan pemilik acara, makanya mereka meminta izin pada salah satu ustadz.

AKADIBA • Rasa dan kita (REPOST)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang