"Siapa yang apa?"
Jantungku kembali berdetak dengan cepat kala mendengar suara yang kukenali itu dari arah belakangku. Sial, kenapa orang itu bisa ada disini.
Tubuhku masih terpaku sementara orang itu mendekat dan berdiri di sebelah diriku yang masih dalam posisi berjongkok. "Apa terlihat jelas jika dilihat dari sini?"
Tubuhku lemas dan bahuku jatuh seketika, aku jelas tahu siapa orang ini. Ditambah lagi kalimatnya barusan seakan menunjukkan bahwa ia tahu jika aku tengah memerhatikannya dari atas sini.
Rasa malu dan kesal muncul bersamaan, ingin menghilang saja aku rasanya. "Ck," Louis berdecak, kurasa itu sebagai tanda ketidaksukaannya terhadap sikapku.
'Sial, dia pasti menganggapku sebagai penguntit sekarang,'
Dengan ini, apa itu artinya sikap Louis yang melenceng dari alur itu gara-gara aku? Ck, aku jelas tahu jawabannya.
"Mau sampai kapan kau seperti itu?" tutur Louis kesekian kalinya.
Perlahan aku pun berdiri dan mengucapkan salam kehormatan sebagaimana mestinya. "Salam kepada Yang Mulia Putra Mahkota Alvyorynt," ujarku seraya menunduk dan mengangkat sedikit gaunku.
Dia tidak membalas salamku, aku tidak dapat melihat wajahnya karena masih dalam posisi kepala tertunduk.
"Yang Mulia, keberadaan saya disini hanya sekedar mencari angin dan menikmati pemandangan saja, anda mungkin salah jika anda berpikir saya memperhatikan anda," Aku bermaksud agar dia tak salah paham denganku.
"Padahal aku tidak bilang apa pun soal itu,"
'Duh, salah lagi,'
Aku menghela napas pelan, kalau tahu bakal dipergok seperti ini tidak akan aku bersikeras melihat interaksi kedua pemeran utama.
Kupikir aku sudah berhati-hati, namun ternyata aku salah. Siapa sangka bahwa ia akan langsung menuju kemari dengan sihir teleportasinya ketika menyadari keberadaanku.
"Kau sudah bertunangan?" tanya Louis tiba-tiba.
Sontak aku merasa heran mendengarnya, kupikir dia akan bicara tentang perbuatan tak sopanku, tapi kenapa arah bicaranya jadi kesana? Refleks aku mendongak menatapnya, "Maaf?"
'Apa yang membuatnya berpikir begitu?' benakku.
"Cincin itu, sejak kapan kau memakainya?" balas Louis menjawab pertanyaan di benakku seraya menunjuk cincin yang bertengger manis di jariku.
'Astaga, bagaimana bisa dia memerhatikan hal sedetail itu?'
Aku membawa lengan kiriku ke depan, "Ah, yang ini? Sudah cukup lama saya memakainya Yang Mulia, dan juga ini bukan cincin tunangan," jelasku.
Meski diluar aku berkata seperti itu, namun dalam hati aku merasa bingung, sebenarnya untuk apa dia menanyakannya?
"Oh.." lagi-lagi hanya itu reaksinya.
Mengenai cincin yang dimaksud, sebenarnya itu adalah cincin pemanggil pemberian seorang pemuda bernama William kala itu, aku hampir melupakannya. Sama seperti Theo, Julius, dan Louis, aku pun memiliki hutang budi padanya.
Seharusnya aku tahu mengapa Louis bisa berperilaku seperti ini, karena memang aku membuat dirinya memiliki keperibadian yang detail oriented.
Hanya saja, seharusnya itu hanya berlaku pada sesuatu yang menurutnya menarik. Dengan menyadari cincin yang kupakai ini, apa itu artinya...
'Ah, tidak-tidak, itu tidak mungkin.' Sanggahku sembari menggelengkan kepala perlahan.
Aku mendapati Louis yang sedang melihat pemandangan saat menatap wajahnya, aku mengikuti arah pandangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
So I'm a Bug, So What?
FantasyGenre : Fantasy-romance, Magic, Isekai, Adventure Yvonne Orianthie Van Eckart, seorang author manhwa yang harus menerima kenyataan pahit, aneh, serta absurd bahwa dirinya telah 'terdampar' ke dunia manhwa ciptaannya sendiri yang statusnya pun masih...