Buku 1: Pencarian | Bab 1 - Manusia Kertas (1)

373 13 2
                                    



"Tolong jangan datang..."


-----


Pada musim panas tahun ke-23 Era Tianxi, seekor naga jatuh di Distrik Huameng, Provinsi Guangdong. Dengan panjang sekitar 10 kaki (-+ 3 meter). Naga tersebut terperangkap oleh sebuah jaring, dengan kulit yang terbelah, dagingnya yang robek serta tulang belakang yang sudah terlepas. Ketika para petugas dan para warga datang untuk melihat, tiba-tiba hujan turun, menyebabkan ombak saling menerjang serta air pasang melonjak. Naga tersebut kemudian tersapu di kedalaman laut, tidak pernah terlihat lagi - ((Catatan Kawasan Huameng)) [1]

Musim dingin di tahun yang sama, Distrik Ningyang, Prefektur Huizhou.

Gong Wugeng* baru saja berbunyi. Hari masih gelap, akan tetapi sebuah suara samar-samar dapat terdengar dari jalan Xingtang. Nampak seorang pelayan dari restoran Sembilan Rasa bersiap-siap untuk membuka kios sarapan di depan bangunan tersebut sambil membawa beberapa bakpao yang baru saja selesai dibuat.

*Wugeng (periode waktu : antara jam 3-5 pagi)

Seorang penjaga kemudian datang sambil menggosok tangannya, dan membeli tiga buah bakpao. Dia dengan susah payah mencoba menelan satu bakpao hanya dengan dua gigitan, sambil mengernyitkan alisnya di depan pelayan restoran Sembilan Rasa, dia berkata "Jadi? Apakah semuanya sudah disiapkan?"

"Semua sudah disiapkan. Ini." dengan wajah tertekan pelayan itu menepuk sebuah kotak makan yang diletakkan di samping laci.

Penjaga itu tercengang dan berkata, "Kau benar-benar menyiapkannya? Bagaimana jika dia...jika "itu" tidak datang hari ini?"

Menggigil dalam diam, pelayan itu berkata dengan datar, "Aku berdoa kepada para Leluhurku 'Tolong jangan datang'."

Restoran Sembilan Rasa ini cukup terkenal di Distrik Ningyang. Dengan kokinya yang sering dipanggil dengan sebutan "Liu Sanyang". Konon katanya dia bisa melanglang buana hanya dengan tiga hidangannya yang terkenal, yaitu, daging panggang buah persik, ayam panggang pot tanah liat, serta pir krispi musang bertopeng. Dagingnya sendiri merupakan perut babi tanpa kulit, ayamnya merupakan burung pegar yang baru saja ditangkap dari pegunungan, dan musang yang harus dibesarkan di daerah bersalju.

Restoran Sembilan Rasa mengandalkan ketiga hidangan tersebut dan selalu dipenuhi banyak pelanggan setiap hari. Namun jika menyangkut tentang hidangannya, Liu Sanyang selalu merasa dirinya paling superior. Dia hanya menyediakan 10 porsi setiap harinya, tidak ada porsi tambahan. Jadi, jika kau ingin memakannya, kau harus datang lebih awal.

Namun, memesan sebuah hidangan berat di jam 5 pagi, kemungkinan besar orang yang memesan hidangan tersebut agak kurang waras.

Dan pria "kurang waras" ini sudah datang selama dua hari berturut-turut.

Hari pertama, setelah memesan 3 hidangan dari pelayan dia kemudian terdiam. Sangat sangat membosankan. Di musim dingin, ketika orang normal sedang bernapas, kabut putih akan terbentuk dan keluar dari mulutnya, akan tetapi wajah pria itu terlampau pucat dan transparan tanpa sedikitpun jejak kabut. Hari berikutnya, dia bahkan meminta lebih: Jangan meletakkan ayam pot tanah liat di dalam pot tanah liat, jangan menambahkan bunga lawang di daging panggang, dan jangan meletakkan buah pir di pir renyah dengan musang bertopeng...

Segala macam persyaratan ini sedikitpun tidak terlihat seperti ingin memesan hidangan yang layak untuk sarapan, tetapi lebih seperti ingin menghancurkan reputasi restoran tersebut. Namun, pelayan itu tidak juga mengusirnya bahkan sukarela melayaninya, sambil gemetaran, selama dua hari. Hari ini, pelayan itu bahkan menyiapkan kotak makan terlebih dahulu.

[BL Terjemahan] Copper Coins - Tong Qian Kan Shi by Mu SuLiWhere stories live. Discover now