"Jadinya aku yang harus keluar dari sini? Kenapa gak usir dia aja?"
"Ya emang dia kenapa harus kamu usir begitu? Dia buat kesalahan? Kamu bisa sama Geo, kan?"
"Iya tapi-
"Gak ada tapi-tapian, kalau masih mau di sini gak perlu pindah-pindah kamar."
Malam itu menjadi malam yang membuat Maheesa kesal. Ia berdebat dengan Velicia, orang yang hampir ia percaya tapi karena perkataannya Maheesa jadi meragukan kebaikan Velicia, apalagi dia tau Velicia punya seseorang yang ia suka makanya Maheesa dibuat bingung.
"Kenapa sih?"
"Udah malem, waktunya tidur."
Tanpa mereka berdua sadari, ada banyak mata yang sedang memperhatikan mereka diam-diam. Siapa lagi kalau bukan Nara, Anna, Chia, dan Diora. Ditambah Adel yang ikut penasaran apa yang sedang Diora lihat bersama yang lain.
"Gue ya kalau jadi Mahees udah gue tendang tu cewe." Anna berbisik.
"Gue juga greget, bisa-bisanya dia nyuruh gue pergi dari sini." Nara bergumam dengan suara pelannya.
"Lagian itu si Mahees nemu darimana si orang kaya gitu? Udah sok kenal sok deket, tiba-tiba ngusir orang yang udah bantu dia." Chia ikut berbisik.
"Ntah, gue gak mau kepo." Nara memilih untuk berhenti melihat apa yang dilakukan Maheesa dan Velicia di depan kamarnya Velicia.
"Lagian tu cewe juga pas di chat Mahees alay banget manggil kakak, mana love u love u pake emot love putih- iyuhh." Diora bergidik geli.
"Apasih, Dor ngakak banget jadinya." Anna keceplosan berucap dengan suara kencang, membuat Velicia menoleh ke sumber suara.
Untung saja Anna dan yang lainnya lebih cepat masuk meskipun pintunya belum sepenuhnya tertutup, "huhh hampir aja." Adel mengusap dadanya pelan.
"Lo sih, Dor." Anna melanjutkan tertawanya yang tertahan.
"Lagian alay bet."
_______________________________________•
Keesokan paginya, kembali terlihat seseorang baru tengah berdiri di dekat gerbang. Seorang gadis dengan rambut hitam panjang, pipinya chubby, tubuhnya yang tidak terlalu tinggi, masih cantik dengan senyumannya. Ia menggantung nametag di lehernya, yang tertulis Bianca. Gadis itu melepas nametagnya kemudian merapihkan rambutnya yang sedikit berantakan.
Tak lama dari itu, Abian pun keluar dari kamarnya. Senyumnya yang merekah seolah-olah ada sesuatu yang ia tunggu. Dari gerbang sana Bianca tersenyum, kemudian mendekat ke arah Abian.
KAMU SEDANG MEMBACA
R309 AREA
Teen FictionCuma sekumpulan cerita kita berduabelas. Iya, kita yang bisa melewati semuanya. ⚠️Terdapat mature content dan berbau 18+🔞 ⚠️Diharapkan kebijakannya ⚠️