"Kalau bukan diri sendiri, siapa lagi yang peduli. Orang lain? Mustahil!"
-Liana Putri.
•••
Selesai berucap seperti itu, ia menatap jam di tangannya, sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Renzo melonggarkan dasi sekolahnya, sebelum dirinya meninggalkan parkiran hotel.
Renzo bosan saat perjalanannya menuju rumah sang pacar begitu hampa. Alhasil ia menyalakan lagu yang berjudul, nanti kita seperti ini.
Senyuman manis mengembang di wajah tampannya. Lagu itu seakan-akan membuat dirinya hanyut dalam khayalan semata, membayangkan hidup bersama sang pujaan suatu hari nanti. Rasanya pasti sangat bahagia.
Dalam hati ia berucap, "Semoga kita bisa bersama, Sa."
Suasana hatinya berubah seketika, kala melihat dua motor besar di belakang mobilnya terus mengikuti sejak di jalan persimpangan jalan.
Renzo memicingkan matanya menatap arah spion mobil, di mana kedua laki-laki berjaket hitam menggunakan helm full face, membuatnya tak bisa mengenali siapa mereka yang mencoba menyalipnya.
Entahlah, perasaan laki-laki itu tidak enak. Mau tak mau Renzo menancapkan gasnya, melaju dengan kecepatan di atas rata-rata. Begitu juga dengan dua motor yang terus mengikuti kemana Renzo berbelok.
Terjadilah aksi kejar-kejaran. Hal yang tidak pernah di inginkan oleh petugas keamanan. Apalagi seorang polisi yang sedang bertugas di malam hari.
Sampai akhirnya Renzo memutuskan untuk berhenti di pinggir jalan yang sepi. Ia tidak akan takut jika itu adalah seorang begal ataupun pencuri.
Kedua motor besar itu juga ikut berhenti tepat di samping mobil Renzo. Melihat helm berstiker beruang coklat di salah satu dari mereka, membuat Renzo terkekeh kecil sambil menurunkan kaca mobil.
"Anjir ya, lo? Gue kira orang jahat! Bikin jantungan aja," maki Renzo kepada teman-temannya yang bersamaan melepaskan helm masing-masing.
"Lo yang aneh njir. Main ngebut sembarangan aja!" ujar Rakha sambil memukul kecil kepala Renzo.
"Masa iya, lo gak kenal sama kita berdua? Padahal kita sahabatan loh! Parah lo, Ren. Gue ngambek nih," gerutu sang pemilik helm berstiker beruang coklat. Arven.
"Idih, sok pengen ngambek lo. Tuh stiker masih aja gak di buang-buang, udah buluk begitu juga!" sambar Renzo menunjuk-nunjuk helm Arven.
"Ngajak ribut ya, Ren? Baru ketemu juga. Serah gue lah, mau gue rawat atau gue buang. Lagian ini pemberian dari ayang tercinta!" jelas Arven.
"Gue koreksi ya, Ven. Mantan tercinta, bukan ayang lagi. Udah putus juga," ungkap Rakha.
Hal itu membuat Renzo tertawa, "Hahaha. Ngakak bener sih, temen lo belum bisa move on, Rak!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Two loves in one soul
Teen Fiction[Annyeong yerebon! Ini cerita pertama mommy. Mommy harap kalian suka!] Menceritakan sebuah perjalan cinta anak SMA harapan bangsa, yang kerap terjadi di usia belasan tahun. Tidak luput dari seorang gadis bernama Talasya jovandra. Gadis berkepang sa...