Chapter 2

3 0 0
                                    

• K A Y L E E •

Chapter 2

••

Beberapa minggu kemudian ....

Langkah kaki itu mengayun seirama. Jenjang, putih, mulus dan ideal. Memang sempurna jika dipadukan dengan tubuh yang tinggi serta langsing. Ia adalah idaman semua cowok.

Ditambah dengan wajah yang imut—blasteran China-Indonesia, Kaylee memang disukai oleh siapa pun. Apa lagi sifatnya yang friendly, smart dan selalu penuh semangat. Selalu penuh keceriaan.

Kaylee selalu memberikan energi yang positif untuk hidupnya. Karena ia sering kesepian, ia tahu rasanya seperti apa dan tidak ingin orang-orang merasakan hal yang sama. Sekaligus ... ingin meramaikan hidupnya juga dengan sesuatu yang baik-baik. Yang positif.

"Heh, Kaylee!" panggil seseorang dari arah samping.

Kaylee menghentikan langkah kakinya. Gadis itu, Maura—anak jurnalistik yang suka membuat berita-berita tentang MHS, menghampiri Kaylee. Mereka sekarang berhadap-hadapan.

"Gila lo ya, haha! Lo keluar dari jurnalistik gitu aja, terus malah keterima di Starlight Cheerleader. Gue denger-denger, lo juga lolos Fifteen Girls, ya?" ujarnya nyerocos.

Meski baru kenal Kaylee satu tahun saat mereka sama-sama di ekstrakurikuler Jurnalistik, mereka sudah dekat. Kaylee memang mudah bergaul, temannya juga sangat banyak.

"Haha! Keren kan guee?" Kaylee melipat kedua tangan di depan dadanya yang dibusungkan.

"Gila! Gue bilang gila!" Maura tertawa sambil geleng-geleng kepala, ia masih tidak menyangka dengan apa yang terjadi pada Kaylee sekarang. "Kok bisa sih? Lo jadi terkenal banget di MHS sekarang."

"Ya bisa, dong! Gue gitu loh." Kaylee masih menyombongkan diri, bercanda tentunya. "Kalo minat, lo ikut seleksinya tahun depan. Kali aja taun depan gue yang jadi leader-nya, gue gampangin lo masuk ke Starlight."

"Anjir! Baru masuk Starlight udah mimpi jadi leader-nya. Bangun woy! Mimpi kok pagi-pagi gini," sahut Maura.

"Dari pada lo, pagi-pagi udah cerewettt," ujar Kaylee sambil mencubit pipi Maura. "Gue mau ke kelas dulu, ah."

"Jangan lupa traktirannya! Itung-itung syukuran masuk Starlight lah," teriak Maura ketika Kaylee sudah berjalan meninggalkannya.

"Yaaa! Gue traktir ale-ale!" sahut Kaylee, berteriak juga sambil mengibaskan tangannya ke belakang. Sementara posisi badannya tetap lurus, fokus berjalan menuju kelas.

Ia menyusuri koridor yang sudah ramai dengan siswa-siswa MHS, karena Kaylee berangkatnya suka siang. Dari rumah sih pagi-pagi, tapi membonceng Liam adalah wajib pelan-pelan. Tidak boleh mengebut agar lebih lama sampainya.

Namanya aja orang pacaran, maunya berduaan lama-lama. Yang jomblo mah, mana paham.

Persis di depan kelas Kaylee, seorang cowok bersandar pada dinding. Jelas kalau cowok itu menunggu Kaylee. Sebab, ketika Kaylee sampai, ia menegakkan badan dan wajahnya terlihat senang.

Dan meski baru merasa bertemu sekali, Kaylee sudah hafal dengan cowok itu. Greon, anak MHS Basketball. Dia dan temannya pernah menghampiri Kaylee dan Helena di kantin, tepat sehari setelah hari seleksi masuk Starlight Cheerleader. Semacam menyapa gitu lah.

          

"Good morning," sapanya.

Kaylee mengangguk dengan ragu sekaligus bingung.

"Nanti jalan sama gue yuk!" ajak Greon, tanpa basa-basi apa pun. Ia sangat blak-blakan sekali, malah terkesan tidak sopan.

Sebenarnya, cowok itu juga sering mengirim chat pada Kaylee. Tapi gadis itu tidak pernah membalasnya. Hanya menumpuk bersama cowok-cowok lain yang menyukai Kaylee.

Ah, tentu saja Kaylee orang yang setia. Tidak seperti Helena di cerita sebelah. Kaylee tidak akan mudah tergoda dengan apa pun, sekali pun itu adalah leader ekstrakurikuler olahraga di MHS. Baginya, Liam dan gitarnya serta suaranya yang merdu ... jauh lebih menarik.

"Hah? Sorry?" Kaylee tambah bingung.

"Jalan sama gue, yuk! Pulang sekolah. Gue hari ini bawa lamborghini. Sebenernya pake motor lebih romantis sih, tapi ducati gue lagi dipinjem temen. Yuk!" ujar Greon nyerocos.

Tak perlu menanyakan apa pun lagi, Kaylee sudah menebak niat cowok itu. "Engga deh."

"Why? Gue pengen ajak lo naik balon udara. Ada tempat wisata yang baru buka dan nyediain itu," ucap Greon berusaha merayu.

Namun, Kaylee tetap tidak tergoda. Ia menggelengkan kepalanya, ke kanan dan ke kiri. Kaylee bahkan sudah tidak bisa mengontrol raut wajahnya yang terlihat sebal, sekaligus il feel parah.

"Oh, lo nggak suka sama rencana gue? Mau ke mana?" tanya cowok itu, pantang menyerah. "Mau ke Luck Restaurant yang lagi viral itu? Atau ke Karen's Dinner?"

Kaylee menggeleng lagi. Kali ini, salah satu sudut bibirnya terangkat dengan dahi berlipat. Apaan sih cowok ini?

"Ke mana? Lo sukanya ke mana?" Greon belum peka juga.

"Bukan itu," jawab Kaylee. "Gue-nya yang nggak suka sama lo."

***

Bel istirahat berbunyi, semua siswa-siswi di kelas itu langsung menghela napas lega. Seolah-olah sebuah tali yang mengikat erat di dada mereka telah dilepaskan. Bagaimana tidak? Dari pagi sampai saat ini mereka hanya mendengarkan penjelasan dari guru.

Sangat bosan.

Gurunya juga menjelaskan materi dengan flat. Datar. Tidak menyenangkan sama sekali.

"Gue dari tadi pengen cerita ke lo tahu, nggak?!" seru Kaylee setelah guru Sejarah tadi keluar dari kelas.

Helena terkekeh. Lucu saja melihat raut wajah Kaylee yang semangat, tapi ada kesal-kesalnya juga. "Paan haaa??"

"Lo inget Greon?" tanya Kaylee. Belum sempat Helena menjawab, ia sudah mengucapkan kalimat lagi. "Yang ituu lohh pas di kantin, anak MHS Basketball!"

"Iyaa iyaa tahu, kenapa dia??" tanya Helena. "Dia habis nabrak pintu kaca? Gelinding di tangga? Apa nyungsep di got depan gerbang MHS?" Helena tertawa, bercanda.

"Ihh serius, anjir! Dia tuh shombongg bangett serius! Jangan mau deh sama cowok modelan gitu. Masa tadi pagi ngajakin gue jalan, pake pamer katanya punya lamborghini lah, ducati lah! Helloww ... emangnya gue peduli????" seru Kaylee dengan menggebu-gebu.

"Lo bales apaa tuh dia?" tanya Helena.

"Gue cuma gini." Kaylee mempraktekkan mimik wajahnya pagi tadi yang sangat tertekan, menunjukkan heran dan ilfeel.

Tawa Helena pecah, suaranya sampai memenuhi ruang kelas yang sudah sepi. Yang lain sudah banyak yang menuju ke kantin untuk makan atau sekadar jajan. Demi apapun! Raut wajah Kaylee sangat lucu.

Apa lagi di antara cewek-cewek MHS yang mengidolakan para atlet, Kaylee tidak tertarik dengan makhluk bernama Greon itu sama sekali. Masuk akal saja sih, sebenarnya. Kaylee sudah mempunyai pacar yang merupakan musisi dan Youtuber terkenal.

"Dia nyebutin banyak tempat yang kayak ... mewah-mewah gitu, tapi gue nggak mau. Gue bilangnya bukan gue nggak suka tempatnya, tapi karena gue nggak suka sama diaa, hahahah!" lanjut Kaylee lagi.

"Keren lo, ah! Itu baru temen gue!" Helena merangkul Kaylee. "Lain kali yang kayak gitu harus lebih dijudesin lagi, biar kena mental sekalian. Harga orang tua aja kok disombongin sih?"

"Nahh! Iyaa kan? Siapa juga yang mau sama cowok modelan begitu. Paling juga kalo ngajakin jalan, duit yang dikeluarin buat jalan malah dianggep utang," ujar Kaylee.

"Keliatan pelit juga yaa?" tebak Helena.

"Iyaa, ih! Orang sombong sama orang pelit biasanya udah sepaket," jawab Kaylee. "Udah, ah. Ke kantin, yuk!"

Helena mengangguk semangat. Lantas keduanya berdiri dari kursi masing-masing dan mengarahkan langkah kaki keluar kelas. Mereka berdua juga butuh banyak tenaga untuk menghadapi pelajaran selanjutnya.

Namun, langkah Kaylee dan Helena berhenti karena Arion. Cowok yang merupakan wakil ketua Geng White Wolf—satu-satunya geng motor di MHS itu berada di depan kelas mereka. Memakai jaket kebanggaan, seperti biasa. Dua temannya yang kembar juga senantiasa menemani.

Tanpa banyak basa-basi, Arion menyodorkan sebuah cokelat.

Senyum Kaylee merekah, terlihat sangat bahagia seperti habis memenangkan lotre. Bukan tersenyum pada Arion, tapi pada cokelat pemberian Arion. Titipan dari Liam.

"Thanks."

Arion tak membalas, bahkan tidak dengan anggukan singkat.

"Mau ke kantin ya? Ikut, dong!" ucap Frank.

"Siap mengawal!!" timpal Felix, si kembaran.

"Brisik! Tempat kalian di kantin belakang!" sahut Kaylee tanpa berpikir.

Helena menyenggol lengan Kaylee dengan keras. Itu kurang sopan. Meski pun semuanya tahu kalau anak-anak W-Wolf suka nongkrong di kantin belakang, mereka juga punya hak di kantin umum seperti yang lainnya.

"Sorry sorry, efek pelajaran Sejarah nih. Jadi agak error dikit," ujar Helena tak enak hati.

"Apa hubungannya?" tanya Felix dengan dahi berkerut.

Helena pindah posisi ke belakang Kaylee. Ia memegangi kedua sisi kepala gadis itu. "Nih, kalian nggak liat? Kepalanya keluar asap, error. Dipake buat mikir terus tiap hari."

Arion memutar bola matanya, jengah dan terlihat bosan. Kemudian, ia pergi dari sana tanpa sepatah kata pun.

Sepupu Liam itu memang sangat pendiam, terlalu pendiam malah. Seperti remaja yang tidak normal atau mempunyai trauma berat. Padahal, hanya malas bicara saja.

"Eh, Om! Tungguin, Om! Upin Ipinnya ketinggalan!" teriak Frank. Ia dan kembarannya segera menyusul Arion sebelum cowok itu jauh.

"Mereka yang error kali ya?" tanya Kaylee sambil geleng-geleng kepala.

Helena tertawa kecil. "Tapi mending yang kayak gitu daripada modelan kayak Greon kan?"

Kaylee memukul pelan lengan Helena. "Jangan bahas yang itu, ah! Muak! Walaupun gue ngga terlalu suka sama W-Wolf karena suka cari masalah dan terkenal jelek di MHS, gue sih bakal pilih mereka daripada Greon."

***

K A Y L E E  (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang