Part 2

19 1 0
                                    

Sebulan berlalu. Persahabatanku dan Gil semakin rusak. Semenjak Gil berpacaran dengan Aprilia dan sifat Gil berubah 180 derajat. Setiap hari mereka membully ku. Meski mereka sudah diberi hukuman sampai orang tua mereka dipanggil, namun mereka tidak kapok membullyku. Aku sudah capek menghadapi ini semua. Daripada ku pendam saja, aku ceritakan ini semua pada kedua orang tuaku.

Alice: "Ma... Pa... Sebulan terakhir ini Alice dibully sama Gil..."

Papa: "Lho kok bisa nak?"

Alice: (sambil menangis) "Gil dihasut pacarnya... Pacarnya jahat banget... Panjang ceritana... Alice gak sanggup certain semuanya..."

Mama: "Kamu udah lapor sama gurumu nak?"

Alice: "Udah Ma... mereka juga udah kena skors sampe orang tua mereka dipanggil, tapi mereka gak berubah... Alice udah pasrah Ma... Pa..."

Mama: "Aduh nak... Besok mama anter kamu ke klinik psikolog ya nak... Takutnya kalau kamu ada penyakit psikis... Biar bisa langsung diobati..."

Papa: "Ma, konsul psikolog aja rasanya gak cukup. Mending Alice pindah sekolah aja sekalian. Percuma kalau Alice udah konsul tapi ujungnya tetep dibully"

Alice: "Pa, Alice mending pindah ke sekolahnya Aji, Angel, sama Cornelia.."

Papa: "Iya nak... Tapi belum tentu kamu kesitu. Lebih baik kamu beda sekolah sama mereka dengan kualitas yang lebih baik daripada kamu satu sekolah sama mereka tapi kualitasnya belum tentu. Kamu gak mau dibully lagi kan?"

Alice: (mengangguk)

Mama: "Nak, sementara kamu gak masuk dulu ya... Mama takut kamu dibully lagi. Biar mama aja yang urus kepindahannya"

Alice: "Makasih banyak ma... pa...

Keesokan harinya aku tidak masuk ke sekolah. Saat sore menjelang maghrib, aku menelpon sahabatku yang lain melalui group call

Alice: "Gaes, bentar lagi aku bakal pindah sekolah... Aku sering dibully..."

Angel: "Lho kok bisa? Kamu dibully siapa?"

Alice: "Aku dibully Gil sama pacarnya"

Angel, Aji, dan Cornelia: "HAH!? GIL!?"

Cornelia: "Pantesan dia akhir-akhir jarang nongol di chat grup!"

Aji: "Eh BTW Lice, sejak kapan dia pacaran? Terus sama siapa?"

Alice: "Dia pacaran sama anak kelasnya sendiri. Sumpah ceweknya busuk banget! Aku sama Gil dikira pacaran sama tuh cewek. Dia juga udah menghasut Gil dan dengan gampangnya Gil lebih percaya sama ceweknya!"

Angel: "Kamu selama ini dibullynya kek gimana?"

Alice: "Aduh aku gak bisa ceritain satu-satu... Buanyak dah intinya!"

Aji: "Lah kamu dah laporan?"

Alice: "Udah malahan. Bahkan sampe ortu mereka dipanggil ke sekolah. Eh bukannya tobat malah menjadi-jadi"

Cornelia: "Eh iya Lice, spill IG ceweknya dong!"

Alice: "@aprilsyantikkk_"

Angel: "Rencana kamu mau kemana?"

Alice: "Mungkin ke sekolah kalian. Tergantung ortuku sih"

Aji: "Lice, mending ikut pilihan ortumu. Kalau kamu ikut kita-kita ini, ada kemungkinan temennya si "matre" itu disuruh ngebully kamu. Lebih bagus lagi kalau pindah keluar kota. Aku yakin mereka gak akan nyari kamu sampe keluar kota"

Angel: "Oh ya Lice, saranku kamu harus konsul ke psikolog. Korban bully kayak kamu bener-bener butuh konsultasi. Bisa aja dari hasil konsultasi kamu harus ke psikiater kalo kamu ada penyakit psikis"

Alice: "Iya Angel. Malam ini aku diajak ke klinik psikolog sama ortuku"

Cornelia: "Puji Tuhan... Fighting Lice! Aku yakin kamu bisa ngadepin ini semua!"

Angel dan Aji: "Semangat Lice!"

Alice: "Thank you gais... Eh iya aku tutup dulu ya... Bye-bye!"

Setelah aku menutup telepon, aku pun menuju ke ruang makan untuk makan malam. Saat makan malam, Kak Jane dan Kak Val yang tak lain kedua kakak perempuanku berbicara sebentar kepadaku

Kak Jane: "Dek, kakak saranin kamu matiin akun IG kamu sama blok nomornya Gil"

Alice: "Lho, kakak tahu aku habis dibully?"

Kak Jane: "Mama sama Papa yang cerita. Ini serius. Kamu sekarang mesti matiin akun IG mu dan jangan main IG sementara ini. Takutnya mereka yang ngebully stalking IG mu bahkan bisa aja mereka ngejar kamu sampai ke sekolah baru"

Kak Val: "Satu lagi, pas kamu udah boleh buka IG, mending kamu bikin akun baru, follow temen-temen yang masih bisa kamu percayai. Mereka yang udah ngebully kamu mending langsung blok aja biar mereka gak bisa nyari IG baru mu"

Alice: "Oh, oke kak"

Setelah itu, aku pergi ke klinik psikolog bersama kedua orang tuaku. Sambil menunggu giliran, aku melakukan seperti apa yang dikatakan Kak Jane. Akhirnya giliranku tiba. Aku masuk ke ruang konsultasi. Setelah setengah jam aku berkonsultasi dengan psikolog, psikolog menyarankan aku untuk istirahat dalam waktu beberapa hari di rumah dan tidak membuka sosial selama masa istirahat. Psikolog itu juga berpesan kepada kedua orang tuaku untuk terus memperhatikan kondisiku selama masa istirahat dan kedua orangtuaku menyanggupi pesan itu.

To Be Continued

Me and The Magic WeaponTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang