Apple Pie

81 10 0
                                    

You'll never know unless you walk in my shoes.

- Blackpink - You Never Know-

"Nah, sekarang, Miss Arabella Castiel?" panggil Mr. Don. Kepalanya celingak-celinguk mencari sosok yang dimaksud ditengah kelas bahasa spanyol. Semua muridnya sama sekali tidak peduli dengan ini dan sibuk dengan apa yang mereka memang sedang lakukan. Ada yang terus membaca buku, beberapa malah mengobrol, ada juga yang malah main suit dan tic tac toe. "Miss Arabella Castiel?"

"Hadir!" lengan kanannya mengacung tinggi dari bangku paling belakang hampir bersentuhan dengan loker. Suaranya malas, "Ya, Mr. Don?"

"Ah, ya, kau pernah jadi siswa pertukaran pelajar di Mexico, kan?"

Abby mengerjap sedikit awas mendengar tempat ia dibesarkan dulu, pikirannya otomatis berkelana melihat kembali bangunan besar dan kuno yang ia kenali sebagai rumahnya. Lapangan rumput hijau terbentang dengan jala gawang di kedua panjangnya, tapi semua itu sirna kala Abby melihat kembali sosok guru bahasa spanyol di depan kelas, "Ya,"

"Kau juga, Darius Castiel?"

Leon yang hampir saja jatuh tertidur langsung membuka matanya spontan, "A-aku?"

"Ya," Mr. Don diam sejenak sadar kalau anak muridnya yang satu itu tidak memperhatikan. "Kau tidak ikut pertukaran pelajar ke Mexico dengan Arabella?"

Leon menggeleng, "Tidak."

"Por que, señor?" dari belakang, suara Abby menggema di kelas. Meskipun begitu, tak banyak anak yang memperhatikannya. Mereka memang sibuk di dunianya masing-masing.

"Bisa kau ke depan sebentar?"

Abby diam. Apa dirinya dalam masalah? Memang, sih, dia tidur selama Mr. Don bercerita dalam bahasa Spanyol soal pengalaman mengajarnya di Somerset High School yang begitu menantang. Siapa yang tidak tidur mendengar itu?

Ketika gadis itu berderap ke depan, ia sempat melihat Leon dari ujung matanya yang duduk di bangku dekat dengan pintu. Leon hanya mengangkat bahunya seakan bilang gue enggak ikut sama masalah lo.

"Ada apa, Mr. Don?"

"Aku harus pergi ke South Carolina siang ini dan sialnya klub bahasa spanyol ku harus tetap menjalani pelatihan. Jadi, aku harap--"

"Tidak, terimakasih." Abby buru-buru menolak setelah sadar arah pembicaraaan yang dimulai oleh gurunya ini. Alisnya bahkan berjengit saking tidak setujunya. Lebih baik Abby latihan menembak seharian penuh dan sakit pinggang dibanding melakukan tugas Mr. Don.

"Kau belum dengar apa yang--"

"Kau ingin aku menggantikan mu di pelatihan klub bahasa spanyol?" terka Abby yang membuat dirinya harus cepat-cepat menjauh dari sosok Mr. Don. Jiwanya harus terbebaskan. Tanpa sadar, Abby mundur selangkah. "Maafkan aku, Pak. Tapi, sepulang sekolah aku ada kesibukan lain."

Mata Mr. Don redup dan lesu, "Benarkah? Kau tidak bisa? Padahal aku berencana menawarkan mu solusi untuk nilai praktik biologi mu nanti. Kudengar kau punya masalah dengan mata pelajaran Biologi?"

Abby jadi ingat, baru saja kemarin dia sengaja kabur dari praktik biologi karena dia benci katak dan mereka harus membedahnya. Ew, entah siapa yang mengusulkan perlakuan tidak hewani seperti itu. Lebih jijiknya lagi adalah katak. Oh, tidak! Alhasil, Abby mendapatkan nilai minus oleh Prof. Layla dan ia juga mendengar rumor kalau bisa jadi Abby malah tidak bisa ikut UTS.

Dia pernah tidak mengikuti ujian akhir sekolah ketika ia di panti. Masalah itu selesai dengan cepat setelah Abby hanya diberikan hukuman tidur di kamar terisolasi di bawah. Bukan masalah besar.

          

"Tidak, terimakasih." tolak Abby kembali mundur satu langkah.

Mr. Don menimbang-nimbang sesuatu sambil mengusap dagunya terus menerus. Tatapannya sama sekali tidak beralih dari Abby yang sudah sangat ingin angkat kaki dari sana. Akhirnya, setelah menghabiskan kurang lebih lima menit saling lirik, Mr. Don memberikan Abby selembar kertas yang sudah sangat Abby kenali. Tulisan berantakan dan coretan merah dimana-mana.

Yap. Itu adalah lembar kerja Praktik Biologi milik Abby yang entah bagaimana bisa dimiliki oleh Mr. Don. Apakah Prof. Layla sengaja membocorkan nilai siswanya dengan guru lainnya? Atau Mr. Don memang memiliki akses diam-diam ke arsip nilai anak-anak disini?

"Lihat? Aku akan memberikan mu kesempatan lain," katanya berseri-seri namun nada seriusnya sangat kental. "kalau kau tidak bisa mengikuti UTS, kau terpaksa harus mengikuti semester pendek di liburan musim dingin nanti dan Prof. Layla harus bilang pada wali mu soal ini. Urusannya bisa panjang,"

"Memangnya nilai ku bisa diubah?" sahut Abby curiga. "Guru biologi ku, kan, Prof. Layla."

Senyum Mr. Don naik, "Tentu saja!" dia menaruh kertas itu diantara Abby dan dirinya. Sekarang, coretan merah itu tampak berpendar. "Nah, kita mulai bisnis kita, bagaimana?"

**

Abby meniup rambut panjangnya yang berantakan. Rasa kesalnya sudah memuncak. Ia perlu menembak sesuatu atau mungkin menyumpahi seseorang. Andai saja Cillian atau Leon ada disini, mereka berdua bisa menjadi sasaran sumpah serapah paling sempurna untuk Abby. Sayangnya, mereka bertiga sibuk merencakan entah apa dengan tim yang mereka banggakan, Coral Knights.

Menyebalkan.

Sementara, dirinya harus mengikuti perintah Mr. Don untuk ikut membimbing kelompok kecil klub Bahasa Spanyol Somerset High School yang kebetulan hari ini klub memiliki jadwal siaran live broadcast Somerset TV sore hari. Anak-anak klub berencana menampilkan kemampuan masak mereka dalam sebuah program sekali tayang mengenai promosi Klub Bahasa Spanyol dengan mencoba mengolah apple pie.

Padahal, kan, masih ada murid lain yang jago bahasa spanyol! pekik Abby dalam hati entah sudah berapa kali ia mengutuk Mr. Don.

Proses rekaman dilakukan di kantin sekolah dengan meminjam dapur bakery sepanjang sore hari ini. Tiga orang anak-anak perwakilan klub sibuk menata bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat apple pie lezat.

Si ketua, Sophia Tate, berdiri dengan kepercayaan diri tinggi diantara kedua temannya yang lain. Rambut coklat tuanya ia ikat buntut kuda tinggi, kedua mata coklatnya dengan lincah membaca kertas resep dengan cepat sambil beberapa kali memberikan instruksi bagi kedua temannya yang lain untuk mempersiapkan alat juga bahan. Dia mengenakan kemeja bergaris putih dan biru yang ia gulung di bagian pergelangan lengan hingga siku.

Di sisi lain, seorang anak lelaki Micah Hogan sibuk kesana kemari menghitung bahan-bahan dan mengambilnya lagi dari meja sebelah. Sesekali kaca mata kotak berbingkai peraknya turun sampai ke hidungnya dan buru-buru ia dekatkan ke puncak hidung. Dan, siswa terakhir berdiri disana adalah seseorang yang pernah Abby lihat sebelumnya. Willa Reeves. Gadis itu tampak linglung beberapa kali ketika Sophia meneriakan nama-nama bahan makanan yang dibutuhkan.

Sisa siswa lainnya ada di sisi lain dapur sambil harap-harap cemas dan berdoa semoga mereka bisa menyelesaikan rekaman ini dengan lancar. Abby bagaimana? Dia berdiri lesu di pojok dapur bersandar di dekat kulkas besar tempat para koki menyimpan daging dan makanan frozen lainnya. Tidak berselera makan dan tidak berselera untuk bergabung.

"Micah, apel-apelnya susun yang rapi." perintah Sophia untuk kesekian kalinya. Micah tergopoh-gopoh berlari dari meja satunya ke meja di sisi Sophia dan menyusun kembali tujuh apel hijau seperti bola-bola billiard. Sophia melihat catatannya lagi, "Willa? Kayu manisnya udah, kan?"

The CastielsHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin