💌🍊💌
Pagi itu menjadi awal hari pertama belajar setelah libur kenaikan kelas. Seperti sekolah-sekolah lainnya, SMA negeri 01 pun terlihat sangat sibuk dan ramai dengan para siswa-siswi-nya.
Wajah-wajah berseri dan lugu dari anak kelas sepuluh, wajah-wajah bosan dari anak kelas sebelas, dan wajah-wajah tertekan dari anak kelas dua belas, mengingat tak lama lagi mereka akan mengikuti ujian yang akan menjadi penentu masa depan mereka katanya, menjadi pemandangan yang menarik pagi itu.
Seperti halnya empat orang pemuda yang tengah berjalan bersama di lorong koridor sekolah, sepanjang mereka berjalan tak ayal banyak para gadis yang melihat mereka dengan tatapan memuja, yang dibalas dengan senyuman jenaka dari salah seorang diantara mereka.
"Pagi para bidadari cantik." Sapa salah satu diantara keempat pemuda tersebut dengan senyumnya yang luwes dan kedipan matanya yang genit, seketika membuat para gadis yang tengah memperhatikan mereka sedari tadi menjerit tertahan.
"Pagi-pagi udah ngalus aja lo Nau." Ujar seorang diantara keempat pemuda tersebut kepada pemuda lainnya yang menyapa para gadis tadi.
"Ini bukan ngalus, tapi ramah namanya Bal." bantah Naushad kepada Ikbal yang membuat ketiga temannya memutar bola mata bosan mendengar ucapannya.
"Ramah pale lo, mana ada orang ramah yang disapa cuman cewek-cewek doang mana sambil kedip-kedipin mata kayak orang kelilipan." ujar Fadgham salah satu pemuda lainnya.
"Dih, apa salahnya gue bersikap ramah sama para gadis-gadis yang udah memuja gue, seorang Naushad yang memiliki ketampanan haqiqi, bukan kayak lo-lo pada punya ketampanan tapi tidak dipergunakan deng baik."
"Terserah lo deh Nau, susah emang ngomong ama 'buaya', by the way gimana liburan Lo Bas?" tanya Ikbal pada temannya yang lain, yang sedari tadi hanya diam.
"Yah gitu deh. Seperti biasa, jadi babu bunda sama kakak gue." jawab Baskara sambil membuka pintu lokernya, guna meletakan beberapa bukunya yang baru ia bawa. Namun sebelum itu ia harus menyingkirkan puluhan surat cinta dengan wangi yang menyengat. tapi ada satu surat yang menarik atensinya, berbeda dengan puluhan surat yang terbungkus rapi dengan amplop berwarna merah muda, surat itu justru terbungkus dengan amplop yang berwarna biru langit. Saat diambilnya, surat tersebut mengeluarkan wangi jeruk.
Aneh. Namun lucu.
Wanginya seperti parfum anak-anak yang sering dipakai keponakannya, Abisyya.
Apakah ini benar-benar surat cinta?
"Nih surat-surat cinta, makin hari makin banyak yah gua lihat-lihat. Bikin repot aja." ujar Fadgham sambil berusaha menyingkirkan surat cinta yang ia dapatkan dalam lokernya.
menyebalkan sekali pikirnya.
"Untung punya gue nggak sebanyak lo-lo pada, jadi aman deh." Ujar Ikbal setelah menyingkirkan beberapa surat cintanya. yeah surat cinta yang ia dapat memang tidak sebanyak ketiga teman lainnya, apalagi punyanya Baskara, bila disatukan semuanya mungkin bisa jadi menjadi sebuah 'skripsi'.
sebenarnya dulu setiap pagi ia juga akan mendapatkan puluhan surat cinta seperti ketiga teman lainnya, namun itu semua musnah saat ia mengamuk didepan lokernya akibat kesal karena setiap pagi harus menyingkirkan 'sampah-sampah' yang memenuhi lokernya.
Diantara mereka berempat ia memang yang terkenal akan 'sumbu pendeknya' membuat nyali para gadis menjadi menciut untuk menaruh surat cinta mereka, hanya beberapa yang mempunyai keberanian lebih lah yang masih menaruh surat cinta mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Matahari Untuk Bumi
Teen FictionTentang Pertiwi yang begitu menyukai Baskara, si anak band sekolah yang begitu populer diantara para gadis-gadis lainnya. Tentang rasa yang tidak disangka akan hadir diantara mereka berdua. Dan tentang bumi yang menjadikan matahari sebagai titik pus...