INEFFABLE - 22 Good Night

3.2K 355 38
                                    

Algav mengelus garis alis Ara dengan lembut, hampir satu jam Ara tidur dengan beralaskan pahanya. Dengan masih berseragam, Algav dan kawan kawannya sengaja mampir di mansion Bara dan Iel berniat menginap mengingat dua hari ke depan sekolah mereka libur. Dan dua bulan ke depan akan diadakan perpisahan untuk kelas dua belas yang akan lulus termasuk dirinya, Bara, Ken dam Bobi. Sementara Ieldan yang lain mereka akan naik kelas dua belas.

Algav teringat pembicaraan nya dengan papanya kemarin. Algan tak akan peegi jauh untuk menimba ilmu, mungkin masih tetap di kota ini, mengambil fakultas hukum yang sangatlah kontras dari pekerjaan keluarga besarnya yang lain. Kakak Algav dulunya mengambil jurusan bisnis dan membantu perusahaan sang ayah hingga saat ini. Sebelumnya papanya juga berkata jika Aarav memiliki 50% saham yang diberikan oleh kakek dan papanya. Sebagai papa inging sekali anaknya meneruskan perusahaan turum temurun dari keluarga tapi papanya juga tak membebani Algav untuk harus menghapus mimpinya. Yang pasti papanya hanya meminta untuk wajib meneruskan perusahaan dari kakeknya walaupun dirinya sukses dengan pekerjaan yang berkiprah dengan hukum.

"Belum bangun, Gav?" tanya Lia yang baru datang dari butik.

"Ya ampun, pules banget." Lia geleng geleng, Algav hanya tersenyum kecil.

"Kemarin emang adek susah tidur, dan pagi tadi di bangunin sama ayahnya. Jadilah masih ngantuk sekarang." jelas Lia mendudukkan diri di sofa.

"Bara kemana, Gav?" tanya Lia sembari membuka paper bag yang dibawanya, mengeluarkan jajanan cookies.

"Diatas, Bun---main ps." Jawab Algav.

Sengaja Lia meminta para sahabat putranya memanggilnya bunda karena Lia sudah menganggap layaknya putranya sendiri apalagi sudah mengenal keluarga mereka cukup dekat. Tak jarang juga Bara dan Iel menginap di salah satu rumah kawannya.

"Kamu ke atas gapapa loh, Gav. Ara-nya kamu pindahin ke bantal sofa aja, biar bunda yang temenin paling sebentar lagi bangun anaknya." papar Lia pada Algav.

Sedikit senyum tergambar di wajahnya. Suka sekali ia melihat romansa anak muda ini, gemes gitu. Tidak menyangka juga jika putrinya jadi dekat dengan salah satu sahabat putranya. Apalagi sebelumnya suaminya pernah berkata jika Algav memang menyukai putrinya, bahkan ia meminta izin pada Direnc untuk mendekati Ara.

"Disini aja, Bun. Takutnya ke bangun pas Algav pindahin." kata Algav.

"Perhatian banget sama Ara-nya." Algav hanya tersenyum kecil saat Lia menggoda.

"Adek Bara ini agak manja apalagi ke ayahnya, jadi sabar-sabar ya, Gav. Soalnya adek juga anak terakhir, perempuan lagi. Ya bisa kamu bayangin gimana cintanya ayah dan abang-abangnya itu. Apalagi keturunan Abizard yang cewek cuma ini doang." kata Lia dengan kekehan kecil.

"Paham kok, Bun."

Lia memandang putranya putrinya sendu. "Bunda cuma mau anak bunda ini juga bahagia, bunda harap gak ada lagi yang berniat tidak baik sama anak perempuan bunda." mengusap sedikit lelehan air di sudut bibirnya.

"Aduh bunda malah curhat. Yaudah bunda ke atas dulu ya, nanti bunda ke bawah lagi." pamit Lia menepuk kecil bahu Algav.

"Iya, Bun."

Algav mengamati garis wajah Ara kembali. Sangat menjiplak Direnc memang. Sepuluh menit kemudian, Ara mulai sedikit bergerak---membuka matanya perlahan.

"Mau dibangunin tadinya, udah bangun dulu." Algav menahan tangan Ara yang ingin mngucep matany, menggantikan usapan lembut dengan jari jemarinya sendiri.

"Jam berapa, kak?" tanya Ara serak.

"Hampir jam empat. Mandi dulu gih." Ucap Algav sembari membantu Ara bangun dari tidurnya.

INEFFABLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang