FOLLOW DULU BARU BACA!
BACA JUGA KARYA AKU YANG LAIN.
HAPPY READING.
Surya mengendarai motor matiknya itu dengan kecepatan rata-rata. Ia menghirup udara jalanan keliling tanpa tujuan karena ingin menghempaskan rasa marah dan emosi yang menyerang dirinya. Ia pergi dari rumah tanpa pamit setelah beradu argumen dengan Bintang.
Langit sudah gelap, motor yang dikendarai Surya kehabisan bahan bakar yang membuatnya berhenti ditengah jalan. Sementara pengendara lainnya yang tepat berada dibelakangnya protes pada Surya karena berhenti secara mendadak. Untung saja ia tak sampai ditabrak. Surya turun dari motornya dan menoleh ke belakang dengan matanya menyipit silau dari pancaran sinar lampu kendaraan. Ia berkali-kali menundukkan kepalanya meminta maaf pada mereka sembari menggiring motornya itu ke tepi jalan.
Sialnya lagi ia tak menemukan penjual bensin diseputaran sana. Surya hanya bisa pasrah dan terus menggiring motornya berharap menemukan pom bensin atau warung yang menjual bensin. Disepanjang jalan mulutnya tak berhenti mengumpat dengan kata sial terus. Tak ada satupun yang berniat menolongnya. Ia sendirian dipinggir jalan mendorong motor itu ditengah padatnya kendaraan yang melintas.
Hingga jarak sekitar delapan ratus meter akhirnya ia menemukan pertamini disebuah warung kelontong pinggir jalan. Menggiring motor mati yang lumayan jauh cukup membuatnya napasnya ngos-ngosan. Perutnya yang belum diisi semakin berontak mengintruksinya rasa lapar.
Surya menstandarkan motornya itu lalu meminta pada pemilik warung itu untuk mengisi bahan bakar kendaraannya seliter saja. Cowok itu membuka show case diwarung itu mengambil sebotol minum air mineral lantas ditenggaknya membasahi tenggorokannya yang kering.
"Ahh." Rasa hausnya sudah teratasi. Begitu pula dengan motornya yang sudah diberi minum bensin.
Tepat diseberang tempatnya berdiri ia menemukan berbagai jajanan dari mulai martabak, sosis bakar, batagor, ketoprak dan masih banyak lagi berjejer dipinggir jalan itu. Surya jadi tertarik ingin membelikan Bintang sesuatu.
"Beli martabak manis aja kali ya," gumamnya setelah mengecek dompetnya melihat uang yang dibawanya
***
"Mama habis darimana tadi?" Tanya Rafa memulai obrolan dan mengambil duduk disofa single sebelah Mamanya.
"Dari nemenin adek kamu kelas yoga hamil, terus lanjut ke mall beli perlengkapan bayinya."
"Gimana kabarnya dia, Ma?"
"Baik-baik aja. Kandungannya juga sehat. Mama sampai nahan airmata ngeliat adek kamu yang girang banget Mama ajak belanja ke mall. Dia kaya orang baru pertama kali ke mall. Mama jadi gak tega sama Bintang yang hidup dengan ekonomi pas-pasan seperti itu. Sedangkan kita disini hidup nyaman dan enak." Mendengar ucapan istrinya yang seperti itu membuat tangan Danu yang awalnya sibuk menggulir layar ponselnya membaca berita online jadi terjeda. Entah apa yang ada dipikirannya sekarang.
Surya memasuki rumahnya dengan membawa sekotak martabak manis coklat keju dan juga satu tusuk sosis bakar dilumuri saos dan mayones. Ia mencari kebaradaan istrinya itu yang ternyata sedang berada di dapur mencuci perabotan.
"Bi, ini aku beliin martabak manis rasa coklat keju. Gih makan, ada sosis bakar juga." Surya berdiri disebelah Bintang yang sedang begelut dengan perabotan di basin pencuci piring. Cowok itu bersikap seolah tidak terjadi apa-apa antara mereka.
"Satu doang belinya? Udah lupa sama Nita?" Celetuk gadis berkuncir kuda itu melirik kresek ditangan Surya yang hanya ada satu tusuk sosis bakar.
"Bawa uang pas tadi. Gak cukup beli sosisnya lagi," jawab Surya yang baru menyadari keberadaan adiknya itu sedang mengelap meja makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
BAD MISTAKE
General FictionSayang sekali jika impian-impian yang diukir indah dimasa muda harus direnggut paksa oleh satu kesalahan yang belum waktunya terjadi harus terjadi sekarang. Sungguh malangnya nasib pasangan remaja yang sedang dimabuk asmara ini berani bertindak di...