Bagian Ketiga Belas: Valentine Yang Membawa Petaka

1.5K 155 127
                                    

Kim Jongin, Gryffindor, tahun kelima. Pada awalnya adalah murid yang biasa saja. Sembilan puluh persen rutinitasnya di Hogwarts tidak jauh-jauh dari belajar, mengerjakan PR, melakukan seribu satu keusilan dan hal konyol bersama Chanyeol, Jongdae, dan Sehun—yang selalu berakhir dengan omelan atau cubitan maut Sejeong—serta terkena detensi Profesor Shim.

Setiap harinya berjalan dengan kegiatan yang sama. Hingga tibalah sebuah keajaiban di tahun ketiganya.

Saat itu musim gugur, masih dalam pekan dimulainya semester baru di Hogwarts. Namun tim Quidditch setiap asrama termasuk Gryffindor sudah rajin berlatih demi memenangkan piala Quidditch yang akhir-akhir ini betah dalam belitan Slytherin. Jongin yang gembira karena Profesor Seo memuji hasil kuis dadakannya di kelas Mantra, berjalan melewati koridor saat pergantian jam pelajaran—setelah ini ada kelas Ramuan, ngomong-ngomong.

Tahu bahwa ia akan dijatuhi detensi bila sampai terlambat, Jongin pun mempercepat langkahnya. Pandangannya lurus ke depan, tidak menyadari sebuah bola Bludger—yang tak sengaja lepas dari peti akibat kecerobohan Lee Jinki, kapten tim Gryffindor—melayang ke arahnya. Jongin baru menengok saat Lee Jinki berteriak memperingatkannya untuk segera minggir. Punya refleks alam bawah sadar yang bagus, Jongin memukul bola hitam galak itu menggunakan buku pelajaran Ramuan miliknya.

Saking kuatnya pukulan Jongin, Bludger itu terpental jauh sekali ke langit. Namun posisi berdiri Jongin masih sama, kakinya tidak goyah sedikit pun. Hanya bukunya saja yang terkoyak setelah jadi korban amukan Bludger. Jongin kembali melanjutkan perjalanannya ke ruang bawah tanah seolah tak terjadi apa-apa. Lee Jinki dibuat menganga—terkejut bukan main usai menyaksikan peristiwa tak terduga itu. Profesor Kim, kepala asrama Gryffindor yang juga tak sengaja melihat aksi Jongin dari jendela ruangannya sampai menumpahkan teh dari cangkir mungil dalam pegangannya.

Selain detensi dari Si Gargoyle-Tua-Shim karena telah merusakkan buku bahan ajar, Jongin juga mendapatkan kabar yang menggemparkan: Profesor Kim memasukkannya ke Tim Quidditch Gryffindor sebagai Beater. Pemain utama pula!

"Oh, Tuan Lee, kau lihat sendiri, kan? Anak ini sangat mahir! Dia bisa menjinakkan Bludger dengan pukulan bukunya! Sebuah buku—For Merlin's sake!" ucap Profesor Kim pada hari itu, dipenuhi rasa takjub. Nada bicaranya terdengar mirip serentetan petasan yang meledak.

Lee Jinki tentunya juga tak mau melewatkan kesempatan emas ini. Sang kapten langsung menyetujui usulan Profesor Kim demi piala Quidditch untuk Gryffindor. Chanyeol dan Sehun baru menyusul masuk ke tim pada tahun berikutnya.

Yang kebanyakan orang tak tahu adalah Jongin merupakan cucu dari salah satu Beater terbaik di liga profesional Quidditch. Kakeknya sudah lama pensiun dari tim terkenal Wimbourne Wasps. Tak heran kalau bakat alami sebagai Beater mengalir dalam darah Jongin.

Setelah kelulusannya, Lee Jinki memercayakan posisi kapten kepada Jongin. Status baru itu membuat Jongin berkewajiban menjadi pemberi komando utama dalam grup, baik dalam pertandingan maupun latihan rutin. Contohnya seperti hari ini—jatah waktu latihan regu cadangan Gryffindor ditambah untuk lebih mengasah kemampuan bermain Quidditch mereka.

Jongin mengatur agar pemain cadangan mendapat jadwal ekstra bulan ini. Kebanyakan dari mereka masih bermain kurang bagus. Paling parah adalah anak-anak kelas empat. Bisa gawat kalau tak ada kemajuan. Sebab jika ada pemain inti yang terluka, seseorang dari bangku cadangan harus menggantikannya dan dituntut untuk mampu bertahan di lapangan—apalagi jika lawannya adalah Slytherin yang sering main dengan cara brutal.

Selesai memantau latihan Quidditch, Jongin pulang melewati jalan yang berbeda dari biasanya. Pepohonan rimbun yang memenuhi Hutan Terlarang di seberang membuatnya termenung. Baru-baru ini, Alpha berkulit tan itu mendengar desas-desus bahwa ada sebuah jalan setapak rahasia di dalam sana. Banyak yang bilang pedang ajaib milik Godric Gryffindor tersembunyi tak jauh dari situ. Hanya orang paling berani dan berhati besar saja yang dapat menemukan benda pusaka itu. Penasaran dengan kebenaran cerita itu, Jongin pun memilih untuk mampir ke hutan terlebih dahulu.

Kamu akan menyukai ini

          

Alpha itu menemukan patung centaur yang kondisinya mengenaskan—hampir hancur karena berlumut dan dililit sulur-sulur tanaman setelah menjelajahi hutan cukup jauh. Patung pria setengah manusia-setengah kuda itu mengangkat busur dan anak panahnya menunjuk ke barat. Percaya pada intuisinya, Jongin memutuskan untuk pergi kemana ujung anak panah si centaur mengarah.

Memang benar ada jalan setapak di sana, tapi juga ada dua orang lagi selain dirinya. Jongin segera bersembunyi di balik sebuah pohon, mengintip apa yang dilakukan kedua orang itu. Genggamannya pada gagang Nimbus 2001 mengerat.

"Ini sudah terlalu lama! Kau harus melakukannya sekarang juga!" desis sebuah suara yang Jongin yakini milik seseorang—kemungkinan besar adalah pria—dibalik jubah segelap malam. Wajahnya tersembunyi penuh dalam kegelapan tudungnya, benar-benar misterius.

"Waktunya masih belum tepat. Kita harus bersabar sedikit lagi," sergah pemuda berkemeja hitam. Jongin hanya bisa melihat bagian punggungnya karena pemuda itu berdiri membelakanginya. Rambut coklat itu... sepertinya ia pernah lihat di suatu tempat.

"Tsk, ditunda lagi, ditunda terus!" gerutu si jubah hitam. "Aku sudah sabar menunggu selama dua belas tahun! Apakah itu masih kurang lama?!"

"Dengar, begitu ada kesempatan aku akan langsung mendekatinya."

"Kau punya banyak kesempatan sebelumnya. dan lihat apa akibat dari menyia-nyiakan semua itu, hm? Dia dicuri, goblok! Dicuri!"

Yang lebih muda menutup kedua telinganya kala mendengar lontaran sumpah serapah bervolume keras dari orang berjubah hitam.

"Aku tidak mau tahu. Pokoknya kali ini jangan buang-buang waktu dan segeralah dekati dia lagi! Kau tahu, kan, hanya melalui dia kita bisa mendapatkan benda itu?" lanjut suara rendah yang kejam itu lagi, dibalas gumaman singkat oleh si pemuda.

"Yah, memang satu-satunya cara agar rencana kita berhasil adalah dengan memanfaatkan dia."

Dahi Jongin mengernyit bingung. Alpha itu sama sekali tidak paham obrolan kedua orang itu. Dia? Benda itu? Apa maksudnya? Apa yang sedang mereka rencakan? Menilai dari penampilan mereka berdua yang super mencurigakan, Jongin berasumsi bahwa orang-orang ini tengah merencanakan sesuatu yang jahat. Jongin akan menguping pembicaraan mereka sampai selesai. Siapa tahu ia dapat mencegah hal buruk terjadi, kan?

"Jangan buat kesalahan lagi. Aku sudah tak sabar ingin melihat si Byun-Sialan-Heechul mati sementara benda itu berada di tanganku," ucap sosok berjubah hitam, terkekeh puas di akhir kalimatnya.

"Tak usah khawatir. Aku akan melakukannya dengan baik kali ini."

"Baiklah, tapi sebelum percakapan empat mata kita berakhir... kenapa tidak berkenalan dulu? Rupanya kita punya mata-mata kecil di sini."

Jongin mengumpat kasar di dalam hatinya. Celakalah ia! Entah sejak kapan, si jubah hitam ternyata sudah menyadari keberadaannya!

"Menguping itu adalah perbuatan yang tidak sopan, Tuan Mata-Mata," canda sosok misterius itu sambil berjalan pelan-pelan, mendekati pohon tempat Jongin bersembunyi. Si Pemuda yang menjadi lawan bicaranya tadi mengikutinya di belakang.

Tanpa menunggu lebih lama lagi, Jongin pun mengeluarkan tongkat sihirnya. Tongkat itu teracung lurus sebelum Jongin cepat-cepat menyerukan mantra Bombarda, melayangkan kayu ajaib itu tepat ke arah si sosok berjubah. Kemudian Alpha itu langsung hengkang dari sana dengan menaiki sapu terbangnya.

"Argh! Bocah tolol!" umpat si jubah hitam, marah. "Cepat kejar dia!" titahnya pada pemuda bersurai coklat terang di belakangnya.

"Accio, Moontrimmer."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 07, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Amortentia; Chanbaek || DISCONTINUEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang