Alasan kenapa Risha menjauh dari Farid bukan hanya karena ancaman dari Keli akan tetapi, ia juga takut hatinya mulai ada rasa. Melihat bagaimana Farid sangat menyayangi Eliza dan dia hanyalah seorang figuran dalam kisah mereka. Tapi, keputusannya untuk kembali mengikis jarak dengan Farid sudah bulat. Dengan begitu akan lebih mudah baginya mengawasi Keli jika sewaktu-waktu bertindak gegabah.
Mobil sedan hitam mewah baru saja diparkirkan. Risha dan Farid keluar dari dalam mobil dengan mengenakan setelan lengkap seragam sekolah. Mereka berangkat bersama pagi ini. Malam sebelumnya, Risha lebih dulu mengirim pesan meminta dijemput Farid.
Keli juga baru tiba di sekolah, tidak sengaja mereka berpapasan. Risha pikir, Keli akan melewatinya begitu saja rupanya salah, gadis itu berhenti tepat di hadapannya dan Farid yang berdiri di sampingnya.
"Matahari cerah pagi ini." ucap Keli, sarkastis. Ia kemudian berlalu pergi tapi sebelum itu, ia juga menatap Farid dengan senyum yang entahlah. Risha juga tidak tahu apa maksudnya.
Risha tidak melepaskan tatapannya pada Keli yang sudah melangkah jauh di depannya. Hal itu juga tidak lepas dari penglihatan Farid. Menyadari ada sesuatu yang tidak beres antara kedua gadis itu.
Mereka akhirnya berpisah di koridor ruang guru. Risha meminta Farid langsung ke kelas tanpa mengantarnya lebih dulu. Ia tidak ingin menjadi pusat perhatian lebih dari orang-orang.
Entah datang dari mana, Keli sudah kembali berjalan di samping Risha.
"Kenapa nggak minta pacarnya buat antar sampai kelas?"
Tidak, Risha tahu betul kalau yang barusan Keli katakan itu bukan pertanyaan melainkan kalimat sindiran. Tapi, dari pada meladeni lebih baik ia mengabaikannya. Terlalu sayang jika tenaganya harus terbuang hanya karena membalas ucapan gadis itu.
"Oh iya, kan itu pacar orang ya. Takut dikira pelakor nanti." Lagi, Keli bersuara.
Risha menghela nafas panjang, menatap Keli yang berhenti melangkah, mengikutinya.
"Kenapa? apa ada yang salah dari yang Gue bilang?"
Walaupun sikap Keli sangat menyebalkan, Risha masih bisa menahan emosinya dengan kembali melanjutkan langkahnya menuju kelas.
"Kalau nanti Eliza samperin Lo. Gue titip salam ya." Keli menepuk pundak Risha sambil tersenyum smirk.
Mereka akhirnya tiba di depan kelas. Keli masuk lebih dulu meninggalkan Risha yang masih syok mendengar penuturannya. Kalian tahu kan, Risha ini gadis yang sangat penakut. Ia benar-benar berpikir kalau Eliza bisa saja mendatanginya dan marah karena dekat dengan Farid. Tapi, bukankah Risha hanya berniat baik membantu Farid sembuh?
Berusaha menepis pikiran konyolnya dengan cara menggelengkan kepala. Tidak mungkin kan orang meninggal datang kembali. Lagi pula, Risha tidak tahu wajah Eliza, bagaimana ia akan memimpikannya.
.....
Rupanya, Keli masih belum puas juga dengan semua yang dilakukannya pada Risha. Kali ini, ia mengikuti Risha bersama Farid ke kantin untuk makan siang. Melihat Risha yang mengabaikan ancamannya, malah membuat dirinya merasa ditantang. Maka dari itu, Keli akan melakukan apa yang sudah ia katakan.
Keli duduk di meja berbeda, namun mejanya tepat di samping kanan Risha dan Farid. Ponselnya tiba-tiba berdering. Ada panggilan masuk.
"Halo, El." ucapnya setelah mengangkat telefon.
Spontan Risha menatap ke arah Farid. Pria itu terlihat tidak peduli, malah asyik menikmati makanannya.
"Oh, sorry Liodra. Tadi Gue kira Eliza. Lagi kangen soalnya." Suara Keli tidak pelan sama sekali, ia memang sengaja agar Risha dan Farid mendengarnya berbicara. Risha bahkan tidak yakin gadis itu benar-benar sedang menerima telefon atau tidak. Pandangan mereka bertemu. Keli mengangkat sebelah alisnya dan tersenyum smirk melihat wajah panik Risha.
"Kenapa nggak makan?" Farid tiba-tiba menyadarkannya.
"Ha... I-Iya Kak." Karena kaget, Risha sampai terbata-bata saat berbicara. Seharian ini, Keli benar-benar berulah mengacaukan perasaannya. Lalu, Risha harus bagaimana?
"Kamu mau kita pindah tempat?" mendengar pertanyaan tiba-tiba itu dari Farid. Risha mengangkat kepalanya, menatap pria di depannya itu. Serta melirik Keli yang diyakininya mendengarkan obrolan mereka berdua.
"Kamu nggak nyaman makan di sini?" lagi, Farid kembali bertanya.
"Nggak apa-apa Kak. Aku cuma lagi nggak berselera aja."
Farid tiba-tiba berdiri dari duduknya, meraih tangan Risha dan membawanya pergi dari kantin. Meski bingung, Risha tetap mengikuti langkah Farid. Sebelum itu, Risha juga sempat menangkap pandangan Keli yang fokus pada tangan Farid yang menggenggam erat pergelangan tangannya. Rahangnya terlihat mengeras karena marah.
"Kenapa ke sini?" tanya Risha pada Farid setelah tiba ruangan yang dipenuhi jajaran buku tersusun rapi. Risha pikir, pria itu akan membawanya ke tempat lain yang lebih nyaman untuk makan tapi ternyata ekspektasinya terlalu tinggi.
Farid melepaskan tangan Risha, mengambil duduk di salah satu kursi perpustakaan. Tangannya ia jadikan bantal untuk mendaratkan kepalanya di atas meja sambil menutup mata.
"Aku ngantuk." Farid kembali membuka matanya setelah mengatakan itu, menatap Risha yang masih berdiri di sampingnya tanpa bergerak. "Kamu baca buku aja, biar aku temenin." Ucapnya lagi, kembali menutup mata.
Risha akhirnya pasrah dan menjejaki rak buku, mencari buku yang kiranya bisa ia baca tanpa ikut mengantuk. Sejujurnya, Risha tidak ingin membaca buku ataupun berada di perpustakaan tapi karena sudah terlanjur ada di sana, lebih baik ia manfaatkan dengan baik. Itu lebih baik dari pada duduk bersebelahan dengan Keli yang terus membuatnya tidak tenang.
Setelah mendapatkan buku yang menarik, Risha kembali di meja tempat Farid berada. Mendapati pria itu benar-benar tertidur? Bagaimana bisa Farid terlihat sangat nyaman di posisinya yang membungkuk.
Risha tidak ingin mengusik Farid, segera duduk dan membaca bukunya dalam diam.
.....
Risha menggoyangkan bahu Farid berusaha membangunkannya. Bell masuk baru saja berbunyi dan pria itu masih tidak ada tanda-tanda akan bangun dari tidurnya. Sejak tadi, Risha seperti cacing kepanasan, melirik jam tangannya. Ia bisa terlambat masuk kelas.
"Kak... Kak Farid bangun. Udah bell masuk." Ucap Risha sekali lagi sambil terus menggoyangkan pundak Farid.
"Kakak nggak pingsan kan?"
"Kak-"
"Egh... kenapa?" Farid akhirnya merespon dengan suara yang serak. Khas bangun tidur.
"Udah bell masuk, Kak."
Farid menegakkan tubuhnya berusaha menetralkan cahaya yang masuk ke dalam retinanya. Meregangkan otot dan punggungnya yang juga terasa kaku karena kelamaan diposisi membungkuk.
"Kalau begitu, Aku balik duluan ke kelas." Tanpa menunggu sahutan dari Farid, Risha berjalan ke arah rak buku dan mengembalikan buku yang sudah ia baca ke posisi semula, kemudian pergi dari ruang perpustakaan. Tanpa menyadari ada seseorang yang memperhatikannya sejak tadi.
***RETROGRADE***
KAMU SEDANG MEMBACA
Retrograde
Teen FictionSemua hal menjadi sangat membingungkan untuk Farid. Dikekang oleh masa lalu, Membedakan halusinasi dan nyata. Semuanya menjadi rumit. Apa mungkin orang meninggal bisa hidup kembali ataukah seseorang hadir dan dapat menjadi pengganti? langsung baca...