"Adududuh bi, pelan-pelan!" rintihku saat tangan bi Inah tepat memijat otot pahaku yang terasa cenat cenut dari kemarin. Begitu dahsyatnya efek jalan jongkok hukuman dari ketos sempurna itu! Untung sayang.
"Ini bibi dah pelan non, gak pake tenaga padahal."
Bi Inah terus memijat, otot-otot pahaku yang semula kaku sepertinya sudah mulai mengendur sekarang, sudah mulai rileks, tangan bi Inah pun mulai turun ke betisku. Karena sudah tidak merasakan sakit lagi. Kini pijatan-pijatan bi Inah justru terasa nyaman, hingga membuatku seolah tengah dininabobokan olehnya, ngantuk sekali saking nyamannya.
Tapi baru saja ragaku mau pindah kealam mimpi, tiba-tiba saja hpku bergetar. Satu kali aku abaikan, dua kali bodo ahh ngantuk, bergetar untuk yang ketiga kalinya barulah aku tidak tahan lagi untuk melihat siapa yang menggangguku malam-malam begini?
Sudah ada 3 notif baru dari pesan singkat, aku klik tombol hijau itu, tertera nama Sony dibarisan teratas,
"Selamat malam Tatiana."
"Lagi ngapain?"
"Gue ganggu gak?"
Aku close pesan singkatnya, flight mode dan rebahin kepala lagi di atas bantalku. Kali ini berhasil pindah ke alam mimpi, karena pas ragaku kembali ke tubuhku, jam sudah menunjukkan pukul lima pagi. Aku pun bersiap untuk berangkat sekolah.
Aku sampai bersamaan dengan Icha yang juga baru turun dari mobil ayahnya. Sambil berbincang santai kami pun menuju kelas.
"Pagi-pagi udah disuguhin pemandangan dua cogan itu."
"Ganteng-ganteng gilaa!"
"Calon imam gue tuh!"
"Halalin ayee Bang!"
"Oppaaaaa ... "
"lo pilih siapa?"
"Kak Arga."
"Kak Arga."
"Kak Riko."
"Dua-duanya kalo boleh."
Hebohnya teriakan teman wanitaku sambil melihat ke bawah, tepatnya ke arah lapangan, membuat aku dan Icha yang awalnya mau menuju kelas jadi ikutan kepo gara-gara mereka.
Aku ikutan melihat ke lapangan, di sana sedang asik jalan dengan santainya Riko dan Arga dengan pose identik mereka, tangan kanan dimasukkan kesaku samping kanan celananya. Tanpa menyadari tatapan penuh minat para wanita pada mereka.
Ini sekolah apa fashion show sih? Kalah model-model papan atas sama mereka.
"Oh dua cowok terfamous di sekolah ini. Pantes tuh curut-curut di samping kita pada heboh," bisik Icha.
Aku langsung menahan tawaku, gak mau dong kalau aku kelepasan, nanti kalau curut-curut yang dimaksud Icha tadi mendengar lalu pada beralih menatapku gimana? Nanti dikira mereka aku mau ikut nyantap dua besar keju dibawah itu lagi haha.
Aku tau curut-curut ini selalu berbisik-bisik manja di telinga sesama curut ketika aku lewat.
Dua keju dibawah sana memang sama-sama ganteng maksimal, cuma beda sifat saja. Yang satu dinginnya melebihi kutub selatan, apalagi kalo sama cewek. Saking dinginnya, mau secantik apapun cewek, belum ada yang bisa melumerkan hatinya. Sementara yang satu lagi justru kebalikannya, pecicilan dan playboy habis.
Aku mau makan keju itu, biar melumer dihatiku, eeaaa.
Ahh gara-gara Icha, aku jadi menganggap Argaku sepotong keju.
"Kamu mau ikutan jadi curut juga? Kuy kekelas udah bel." Aku menarik tangan Icha disambut cekikikannya.
"Ngeriii, kalo gue ikutan jadi curut. Tar lo pasti langsung kasih gue racun tikus hahaha," ledeknya.
"Aku paketin langsung lo ke neraka!" balasku sambil duduk dikursiku, disusul Icha disebelahku.
"Cha bisa pindah bentar gak? Ada yang mau gue omongin ke Tiana." Tiba-tiba Sony mengusir Icha dari kursinya.
'Mau apa lagi sih nih orang?' sungutku dalam hati.
Kelas langsung menjadi riuh, nyaris semua teman-temanku bersiul saling sahut-sahutan.
"Cieee pasangan abad ini!" goda mereka.
Aku menahan tangan Icha suapay dia tidak memberikan gtempat duduknya pada Sony, tapi Icha tetep pindah.
"Kok pesan singkatku semalam gak dibalas?" tanya Sony, suaranya terdengal kesal.
"Oh maaf batreku tiba-tiba drop Son!" elakku sambil mengalihkan perhatianku ke pintu kelas, berharap rombongan kakak kelas datang menyelamatkanku.
Tumben sudah lama sejak bel masuk bunyi, belum ada satupun dari mereka yang masuk.
"Sampe sekarang?" sewotnya.
Belum sempat kujawab, rombongan kakak kelas benar-benar masuk ke delam kelasku.
Cepat sekali Kau kabulkan doaku Tuhan,' ucap syukurku dalam hati.
"Balik ketempatmu Sana!" Aku mengusir Sony, tidak lama kemudian Icha sudah kembali duduk di sebelahku.
"Besok-besok kalau dia minta kamu pindah, jangan pernah mau ya!" ancamku dengan ketus.
"Siap sistaa," bisik Icha sambil m,enyeringai lebar. Senang sekali dia membuatku susah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Argana
RomanceArgana, seorang pria yang menjadi idaman satu sekolah. Pria yang tidak hanya mengenalkanku tentang indahnya cinta, dan memberikan rasa rindu yang tak bertepi. Tapi juga menjadi satu-satunya pria yang membuatku merasakan, betapa sakitnya hati yang te...