BAB 15 - POSESIF

6.3K 403 49
                                    

HAI FLOWW! AKU UDAH SELESAI SEMESTERANN! HAHA

KANGEN NGGAK SAMA DAFFODIL?

Levi posesif? Wkwk

HAPPY READING FLOWKUU 💞

*****

Levi pergi bersama Aksa menuju lapangan tengah jurusan bahasa untuk melihat Bastian dihukum

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Levi pergi bersama Aksa menuju lapangan tengah jurusan bahasa untuk melihat Bastian dihukum. Pasti akan seru sekali. 

"Yaelah, Pak. Kayak jurusan saya nggak ada lapangannya aja sampe saya dihukum jauh-jauh di sini," ucap Bastian lelah. Sudah hampir satu jam ia berdiri dengan mengangkat sebelah kakinya. Mana sepatunya yang sebelah kanan juga rusak saat ia berusaha kabur tadi.

"Biar kamu kapok. Biar kamu malu diliatin sama cewek-cewek," ucap Pak Gundul sembari menyeruput kopinya.

Bastian melihat sekelilingnya. Memang banyak perempuan yang menatapnya dengan berbagai tatapan. Sejak tadi pun Bastian hanya melihat siswi perempuan yang berlalu-lalang, mengingat di jurusan bahasa lebih banyak perempuan.

"Nggak ngaruh ginian mah, Pak. Saya nggak peduli sama cewek-cewek itu semua. Kecuali sama pacar saya," ucap Bastian tersenyum lebar.

"Siapa pacar kamu?!" tanya Pak Gundul kepo. Siapa tahu pacarnya ini bisa menuntun Bastian ke jalan yang benar.

Padahal mah dua-duanya hobi bolos.

"Kepo! Nanti kalo saya kasih tau, Pak Gundul malah ikutan suka sama pacar saya. Soalnya, pacar saya mah cantikk! Bodynya juga bagus!" ujar Bastian menirukan gaya bicara Papi Ojak.

"Woi Bas!"

Bastian menengok. Kampret! Malah ada Levi dan Aksa yang menertawainya di seberang sana.

"Mampus!" ucap Levi berteriak.

"Jangan teriak-teriak lo nyet! Digebukin lo sama warga sini!" ujar Bastian.

Levi dan Aksa berlari menghampiri Bastian yang wajahnya sudah memerah.

"Memang harus digituin dia, Pak, biar kapok," ucap Levi memanas-manasi.

"Monyet," umpat Bastian.

Aksa terbahak, "Makanya kalo mau rokok itu liat-liat kondisi dulu," bisiknya.

"Pak, udah setengah jam saya kayak gini, Pak. Muka saya udah merah padam kebakar gini, masa Pak Gundul nggak kasian sama saya? Kok Pak Gundul nggak berperikesiswaan banget sih? Katanya ini sekolah ramah anak? Kok saya dihukum sampai segininya?" ujar Bastian dramatis, mengeluarkan seluruh jurusnya.

Levi menatap Bastian julid, "Jago betul lo bersilat lidah."

Bodoamat. Bastian sudah kepanasan. Kan tidak lucu kalo Bastian pingsan. Mau diletakkan dimana harga dirinya.

          

"Pak Gundul, saya belom makan, Pak," ucap Bastian lagi. "Saya aduin ke kepala sekolah kalo Pak Gundul nyiksa saya."

Pak Gundul menarik napas panjang, lelah menghadapi murid yang satu ini. Ia memeriksa jam di tangannya, kemudian berdiri.

"Ya sudah. Kembali sana ke habitat asalmu," ucap Pak Gundul.

Bastian langsung menurunkan kakinya dan berubah sumringah, "YESS!"

Sedangkan wajah Levi menjadi lesu, "Pak Gundul gampang banget kena genjutsu nya Bastian. Omong kosong dia itu, Pak."

"Sirik lo nyet," ujar Bastian pada Levi.

Bastian menyalami Pak Gundul dengan segera, "Terimakasih Bapak, terimakasih banyak. Jasamu tak akan pernah daku lupakan."

"Dramatis banget," ujar Aksa heran dengan tingkah laku temannya.

Tak peduli, Bastian langsung pergi setelahnya sebelum Pak Gundul berubah pikiran.

****

"Gue ditawarin masuk geng sama Gio," ucap Bastian tiba-tiba.

"Geng motor itu?" tanya Aksa.

Bastian mengangguk, "Katanya kalo gue mau, gue bakal langsung jadi anggota inti. Wong wong an edan," umpatnya.

"Kok bisa langsung jadi inti?" tanya Mada heran.

"Katanya gue sangar. Ya gue tau sih kalo gue sangar." ucap Bastian menyugar rambutnya dengan sok.

"Narsis," hujat Akbar.

"Gue juga sempet ditawarin, belum gue jawab tapi," ucap Levi sembari mengaduk cappucinonya.

"Buset. Lagi open member besar-besaran tu geng motor?" tanya Mada.

"Iya. Namanya juga geng baru," balas Levi.

"Terus gimana, Bas? Lo terima?" tanya Aksa.

"Gue tolak mentah-mentah. Ngapain ikut geng nggak jelas kayak gitu? Apalagi gue nanti cuma bakal jadi bawahan, meskipun jadi inti tapi tetep aja gue bakal disuruh-suruh sama ketuanya. Malesin," ucap Bastian membenarkan sepatunya yang jebol.

"Gue tau alesan mereka ngajak gue sama Levi. Ya soalnya mereka kurang kekuatan. Mereka pengen ngedominasi sekolah ini. Jadi semua cowok berandal yang hobi berantem diajakin semua. Biar nantinya nggak ada yang ngebangkang mereka, biar mereka bisa sok-sokan sangar," sambung Bastian.

"Kok gue nggak ditawarin ya," ujar Mada heran.

"Ngapain geng motor ngajak anak Mama?" tanya Levi meledek Mada.

"Biarin. Yang penting masih punya Mama yang perhatian," balas Mada meng-ulti cowok itu.

"Tai lo," umpat Levi.

"Sini gue benerin," ucap Aksa saat melihat Bastian kesusahan membenarkan sepatunya.

Bastian memberikan sepasang sepatunya pada Aksa yang langsung diotak-atik oleh cowok bergelang hitam itu. "Sayang banget sepatu gue bagus-bagus jadi rusak gitu. Sialan."

"Kenapa lo tolak?" tanya Akbar mengungkit pembahasan yang tadi.

"Nanti kalo gue ikut, jelas waktu gue bakal banyak ke mereka. Terus waktu buat kalian gimana? Emang lo nggak bakal cemburu kalo gue sama mereka terus?" tanya Bastian dengan nada yang dibuat-buat.

Akbar menatap Bastian sinis, "Jijik."

"Bener sih kata Bastian. Tongkrongan kita berlima udah seru. Nggak usah aneh-aneh gabung begituan," sahut Levi.

DAFFODILTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang