Lima belas menit perjalan, akhirnya mereka sampai disebuah rumah mewah bergaya eropa itu.

"Gawat! Gue harus gimana?" Monolog Mira dalam hatinya.

"Pak .. apa saya boleh ke toilet terlebih dahulu?" Ujar Mira. Raka hanya menganggukkan kepalanya dan menyuruh maid itu untuk mengantar Mira.

Sesampainya didalam toilet Mira mondar-mandir tidak jelas sembari terus mencoba menghubungi seseorang.

"Yara Yara Yaraaa ... Lo kemana sih!"

"Lo gak tau apa gue dalam bahaya?!" Monolognya sendiri.

Namun, telepon itu tak kunjung diangkat. Mira menyerah dan menatap dirinya sendiri dipantulan kaca.

"Kasian banget sih guee!!" Rengeknya

"Gimana coba gue ngadepin kakek nya pak Raka, Gila emang tuh orang ya .. gak abis pikir gue!" Ucaonya dengan dada naik turun.

"Miraa .. lo pasti bisa! Seratus juta Mir .. seratus juta" ucapnya menyemangati dirinya sendiri.

Akhirnya Mira berjalan keluar dengan gugup. Didepan sudah ada Raka yang sabar menunggu.

"Pak .. ini terlalu mendadak" ujar Mira yang memang benar adanya.

"Tenang aja .. jika dia bertanya tentang kita, kamu bisa mengarang cerita untuk itu" ucapnya.

"Bagaimana bisa pak .. bahkan saya belum mengenal bapak sepenuhnya. Dan .. ini adalah kebohongan, bagaimana kalau kakek bapak curiga?"

"Kalau begitu, berlaku lah seolah kamu mencintai saya .. dengan begitu kamu tidak perlu mengenal saya sepenuhnya" mematung. Itu yang terjadi setelah Raka mengatakan itu pada Mira.

"Ini orang gimana si .. mana bisa kaya gitu anjir lah!!"

"It's okey Mir .. demi seratus juta"

Mira mengangguk kemudian berjalan beriringan menemui kakek Raka.

"Kakek" panggil Raka pada pria berusia enam puluh tahun itu.

"Ryan cucuku" ujar sang kakek menyambut cucunya dengan semangat 45. Mendengar itu, Mira menoleh pada Raka.

"Ryan?" Cicit Mira bertanya. Sedangkan sang empunya hanya tersenyum sembari mengangguk.

"Kamu datang dengan menantu?" Dengan antusias sang kakek malah menyalami maid yang bekerja dirumah itu.

"Oh menantuku .. senang bertemu denganmu" maid yang tak tau apapun hanya menyambut jabat tangan itu dengan ramah.

"Ee .. Kek, bukan itu .. tapi ini" Raka menggeser badannya menampakkan Mira yang tersenyum kearah pria tua itu.

"Kakek" salam Mira

"Ohh .. " sang Kakek menyambut ramah Mira. Karena yang dia tau Mira adalah Yara. Anak dari rekan bisnisnya yang ia jodohkan dengan cucunya Raka. Begitupun dengan Raka yang tak mengetahui bahwa gadis disampingnya itu bukanlah rekan kencan buta yang sesungguhnya.

Mereka pun berbincang sembari menikmati makanan yang tersaji di Meja makan.

"Bagaimana kencan buta yang kakek buat untukmu?" Tanya sang Kakek pada Raka.

"Menarik" jawab Raka singkat. Sang kakek terkekeh.

"Kakek tau seleramu" ucapnya sembari terkekeh.

"Mungkin mereka kira gue adalah Yara .. ya tuhan, berdosa banget hidup gue" monolog Mira dalam hatinya.

"Yara .. apa dengan kencan buta ini kamu bisa mencintai Ryan?" Tanya sang kakek.

Mira yang tak siap dengan pertanyaan itu pun langsung menoleh ke arah Raka. Dirinya dengan sedikit gelagapan menjawab.

"T-tentu Kek .. Yara sangat mencintai Raka" ujar Mira sembari mengelus pelan lengan Raka yang langsung mendapat atensi dari sang empu.

Sang Kakek hanya tersenyum sembari mengangguk.

"Bagus lah jika kalian saling mencintai .. tak ada alasan lagi untuk mengulur waktu lebih panjang, kakek sangat ingin menimang cucu" ujar sang kakek.

Uhuk!

Uhuk!

Raka dengan cepat menyodorkan segelas air putih pada Mira yang tersedak makanannya sendiri.

___________________

Setelah puas akan perbincangan itu, Mira yang berperan sebagai Yara ini pamit untuk pulang karena waktu sudah malam.

Saat masuk didalam mobil Raka, mira menghela nafas panjang. Dirinya memejamkan matanya. Berpura-pura menjadi orang lain sungguh menguras tenaganya.

Raka melihat gadis itu sepertinya sangat kelelahan. Raka mengulurkan tangannya untuk menyingkirkan helaian rambut itu agar tak mengganggu penglihatannya.

Merasa seseorang menyentuh wajahnya, Mira langsung membelalak dan menghindar sedikit karena kaget.

"Sorry .. "

Selanjutnya Raka melajukan mobilnya untuk mengantarkan gadis itu pulang.

"Terimakasih kamu sudah membantu saya, saya akui aktingmu tadi bagus" celetuk Raka tiba-tiba.

"Jh .. itu bukan apa-apa, saya memang pandai berakting" saut Mira

"Pak .. kenapa bapak memaksa saya untuk menemui Kakek dan mengatakan kebohongan tadi? Apa itu tidak melukainya jika dia tau semua itu hanya kebohongan semata?"

"Itu agar Kakek berhenti menyuruh ku melakukan kencan buta"

Mobil Raka terhenti karena lampu merah. Sang empu menatap Mira lekat.

"Saya butuh bantuan mu, semua ini hanya sampai kakek saya sembuh dari sakitnya" ujar Raka. Mira hanya diam, tak membalas apapun.

Di satu waktu yang sama.

"Galan suka?"

"Suka oma"

"Papa lihat! Galan punya" ujar Galan menunjukkan tas ransel yang baru ia beli. Faro yang duduk dikursi kemudi pun hanya melihat sekilas dan berkata

"Iya sayang"

Kemudian Faro melihat Mobil milik Raka didepan sana. Alisnya naik sebelah, menerka-nerka mau kemana Raka malam-malam seperti ini. Kemudian lampu merah itu berubah menjadi hijau dan semua mobil yang tadinya berhenti kini menginjak pedal gas untuk menuju sampai tujuan mereka masing-masing.

Sedangkan mobil Faro berjalan pelan dibelakang mobil Raka. Ternyata mobil itu terhenti ditepi jalan.

Faro, Sinta dan Galan baru saja pulang dari pusat perbelanjaan untuk membeli peralatan sekolah Galan.

Tak lama mobil itu terhenti, keluarlah seorang gadis yang tentu saja dapat Faro kenali. Yang membuatnya aneh adalah pakaian gadis itu yabg tak biasanya.

Gadis yang terbiasa memakai celana jeans dan sweater jika kemana-mana, kali ini dia memakai dress? Bersama Raka??

"Kenapa Gio?" Tanya Sinta karena jalan mobil ini semakin melambat. Seakan tersadar. faro menggeleng kemudian melajukan mobilnya. Mengabaikan apa yang dia lihat barusan.

________________________

Well🤙

Well🤙

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
a NEW SHEET for the COLD CEO (END)Where stories live. Discover now