CHAPTER 1

225 42 3
                                    

Pintu tertutup

Jungwon mengangkat tangannya untuk menutupi matanya dari sinar matahari yang menyilaukan. "Sekarang kita ada di mana, Ni-ki?" tanyanya sambil menyipitkan mata.

"Entahlah, aku cuma mengikuti koordinat yang kudapat dari Lady Lee," jawab Ni-ki dengan nada santai.

Kini, Ni-ki, Jungwon, Jake, dan Heeseung berdiri di dalam sebuah bangunan tua yang tampak seperti rumah kosong. Langkah pertama yang diambil Heeseung adalah mengelilingi rumah itu untuk meneliti sekitarnya. Bangunannya tidak terlalu besar, tetapi juga tidak kecil. Setelah beberapa saat, Heeseung masuk ke sebuah kamar dan menemukan sebuah buku kecil di atas meja yang tertutup debu. Didorong oleh rasa penasaran, ia mengambil dan membuka buku itu.

Tak lama, Heeseung kembali ke ruang tamu, menemui adik-adiknya. "Kalian, lihat ini!" serunya. Ketiga adiknya langsung menoleh. Heeseung menunjukkan sebuah foto yang ia temukan di dalam buku itu.

"Eh, bukankah itu Lady Lee?" tanya Ni-ki, menatap foto itu dengan penuh minat.

"Benar! Aku ingat, Berty pernah bilang bahwa Putri Mahkota Palema dulu meramalkan kehancuran kerajaan. Kurasa ramalan itu diwariskan kepada keturunannya," jelas Heeseung.

"Itulah alasan Lady Lee memberikan koordinat tempat ini kepadaku, karena dia tahu akan ada hari di mana kita membutuhkannya," tambah Jake.

"Kalau ada foto Lady Lee di sini, berarti ini mungkin bekas tempat tinggalnya," tebak Jungwon.

Di sisi lain...

Di dalam sebuah kafe,

'Siapa mereka?'

'Astaga, tampan sekali!'

'Apa mereka idol?'

'Sstt! Jangan menatap terlalu lama, mereka melihat kita!'

Beberapa pelanggan kafe bergumam dengan penuh kekaguman, memperhatikan dua pria tampan yang duduk di sudut ruangan. Salah satu pelanggan wanita memberanikan diri mendekat dan berdehem pelan. "Permisi, kalian sangat tampan... Boleh aku meminta nomor kalian?"

Suasana tiba-tiba hening, tegang. Salah satu pria menatapnya dengan ekspresi tidak nyaman, sementara yang satunya lagi seolah tuli, tidak menoleh sama sekali.

"Kurasa meminta nomor terlalu berlebihan, bagaimana kalau Instagram?" tanya wanita itu lagi, tersenyum malu-malu.

"Tidak," jawab pria yang akhirnya menoleh, menatapnya dengan senyuman manis yang langsung membuat wanita itu dan pelanggan lain tersihir.

"Kalau begitu, mungkin kita bisa—"

"Tidak!" potong pria itu dengan tegas namun tetap tersenyum manis. "Enyahlah!"

Malu dan tersipu, wanita itu buru-buru berlari keluar kafe.

'Wah, tampan tapi kejam,' gumam pelanggan lain.

'Dia benar-benar tipeku, tapi... kejam banget.'

'Haruskah aku coba mendekat?'

Di tengah semua perhatian itu, Jungwon menoleh dengan ekspresi muak. "Ke mana sebenarnya Ni-ki dan Heeseung hyung? Lama sekali!"

"Paling sebentar lagi mereka datang. Bersabarlah, Jungwon-a," sahut Jake yang duduk di seberangnya, menopang dagu dengan santai sambil tersenyum ramah pada pengunjung di kafe yang terus menatap mereka.

"Aku benar-benar risih dengan tatapan orang-orang di sini," keluh Jungwon sambil mengerutkan kening. "Berbeda sekali dengan hyung yang tampaknya menikmati semua perhatian ini."

The Blood - Another World [HeeRina]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang