Jadilah readers yang bijak dan menghargai karya penulis, dengan cara memberi vote dan komen yang berfaedah. serta tidak meng-COPY PASTE-kan cerita ini.
꙳꙳꙳
Menuju tengah malam, Caca masih terduduk dengan tenang di meja belajarnya. Hanya ditemani lampu belajar yang hidup, jari-jari Caca menari dengan lancar di atas keyboard laptop miliknya.
Setiap kata yang diketiknya, mengukir senyuman di bibir gadis itu. Terkadang tangan Caca terhenti dan ia menatap ke arah jendela sesaat, setelah itu ia kembali melanjutkan kegiatannya.
Entah kebetulan atau apa, kata terakhir yang diketik Caca bertepatan dengan pengingat yang ia pasang di handphone-nya.
"Akhirnya bab ini selesai. Tinggal satu bab lagi, dan cerita Caca selesai," ucap Caca. Gadis itu melakukan gerakan peregangan saat merasa pegal-pegal.
Satu tangan Caca berada di atas meja seraya menangkup dagunya. Pandangan gadis itu lurus menatap ke arah luar jendela, tepatnya ke arah langit malam yang semakin gelap. Meskipun begitu, sinar bulan dan keberadaan bintang-bintang memberikan keindahan yang langka.
Dalam heningnya malam yang semakin gulita, Caca bergumam seraya tersenyum. Seakan menaruh harapan pada hari-hari yang akan datang.
"Sekarang semuanya terasa jelas. Semua pertanyaan Caca kayak terjawab satu demi satu. Caca gak tahu, hal ini akan berdampak baik atau buruk ke depannya. Tapi Caca selalu berharap semoga esok dan seterusnya bahagia akan terus mengiringi."
꙳꙳꙳
Argana yang sedang mengobrol di depan pintu kelas bersama teman-teman sekelasnya yang laki-laki, melihat Caca yang berjalan ke arah kelas diantar oleh Rafael.
"Pagi, Caca," sapa teman-teman yang bersama Argana dengan serentak.
Caca tersenyum senang saat mendapat sapaan pagi dari teman-teman sekelasnya itu, sedangkan Rafael hanya tersenyum kecil. Pemuda itu hanya mengangguk kecil ketika giliran dirinya yang di sapa.
"Kalau gitu Abang ke kelas dulu ya." Caca mengangguk merespon ucapan Rafael.
Kemudian pandangan Rafael beralih pada Argana dan berkata, "Titip Caca ya, Gan." Dengan cepat Argana mengiyakan permintaan kakak kelasnya itu.
Caca melambai pada Rafael yang mulai tak terlihat. Setelahnya, Caca menangkap Argana yang menatapnya sambil tersenyum. Tentu saja dibalas dengan senyuman yang manis oleh Caca.
Teman-teman kelas yang masih di sana dan melihat kedua manusia itu hanya saling mendorong tanpa suara. Tiba-tiba salah antara mereka berceletuk, "Aduh, Bro. Panas gak sih di sini, mending masuk ke dalam. Lebih adem."
Setelahnya mereka pergi tanpa mengatakan apapun lada Argana dan Caca, sehingga hanya meninggalkan mereka berdua di depan pintu kelas.
Suasana antara mereka hening beberapa saat, terasa canggung satu sama lain. Namun, itu tak bertahan lama karena setelahnya Caca bersuara. "Hai, Gana," sapa Caca seraya tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
CACA [Selesai]
Teen FictionSebutan gadis polos dan periang bukanlah sesuatu yang asing jika disandingkan dengan nama Feredica Anastasia. Siapapun yang baru saja mengenalnya, pasti akan menganggap bahwa gadis tersebut memiliki sifat polos nan lugu. Namun, hal itu tidak akan be...