Ramein comments for fast update, yaaa!
♥️🖤♥️
Langkah Carol membawanya mundur perlahan. "G-gue cewek, Kenzo," katanya dengan suara bergetar.
"It's a good thing gue mukul cewek," kata Kenzo.
Seluruh saraf di sekujur tubuh Carol seakan mati. "Kenzo...," kata Carol memohon, tapi tatapannya kosong.
Berikutnya yang Carol ketahui, Kenzo sudah menghantamkan nampan itu ke kepala Carol dengan tenaga yang bagi Carol luar biasa kuat. Seketika itu juga Carol jatuh terjerembab ke lantai. Sakit luar biasa menyerang kepala Carol. Tapi, baru ketika tetesan darah menitik di lantailah Carol tersadar seberapa parah kondisinya.
Gadis itu pucat pasi. Keringat dingin mengucur di tubuhnya ketika pelan-pelan mencoba bangkit meski hanya sanggup pada posisi membungkuk lemah.
"T-tolong," gumam Carol setengah sadar.
Penglihatan Carol mengabur. Kesadarannya mulai menghilang. Ketika seluruh tubuh Carol kembali roboh di lantai, Carol sepenuhnya hilang kesadaran.
Namun, tampaknya Kenzo belum puas. Kenzo masih berniat menarik Carol berdiri ketika Nada cepat menahan.
"Kenzo, udah," kata Nada sambil memegang tangan Kenzo, tapi tak lama, dia tersentak.
Kenzo menepis tangan Nada dan detik berikutnya, Kenzo mencekik leher Nada sampai Nada kesulitan bernapas. Dia megap-megap mencoba menghirup udara. Dia remas tangan Kenzo dengan kedua tangan, berusaha melepaskan diri, tapi Kenzo justru semakin gencar mendorongnya dan menghantamkan punggungnya ke tembok di tengah food court tanpa melepas cengkeraman pada lehernya.
"P-p-please, K-Kenzo...," lirih Nada. Udara terasa menipis untuk dia hirup. "L-lepasin. M-m-maaf."
Kenzo diam saja, tapi tangannya mencekik Nada semakin kuat. Sungguh luar biasa tenaga yang keluar lewat tangan cowok itu. Sangat berbanding terbalik dengan ekspresi datar di wajahnya.
Bagaimana bisa wajah tanpa raut itu menghasilkan kekuatan yang bisa membunuh? Ya, Nada bisa merasakan sebentar lagi saja Kenzo bertahan mencekiknya dengan kekuatan seperti ini, dia akan berhenti bernapas.
"Ken-z-zo...," pinta Nada dalam sisa-sisa tenaganya. "T-tolong. Gue... bukan laki-laki."
Air mata menumpuk di sudut mata Nada.Tangannya terus-terusan mengais, berusaha melepaskan tangan Kenzo dari lehernya.
"Ini... sakit banget... buat... gue, Kenzo," kata Nada sesak. "Gue... perempuan."
"Nggak ada bedanya buat gue," kata Kenzo. "Kelakuan lo sama temen-temen lo nggak kalah dari binatang. Jadi, gue setarain lo sesuai species yang cocok buat lo, bukan berdasarkan gender."
"E-enggak sanggup, Kenzo," isak Nada. "J-jangan." Dia merintih sambil melemparkan pandangan sebisanya ke seisi food court. "Tolong," mohonnya pada mereka semua, tapi tentu saja tak ada yang berani menolong meskipun ingin.
Baru setelah mata Nada sudah hampir terpejamlah dia merasakan tangan Kenzo menegang. Ketika dia memaksa membuka kedua matanya, dia mendapati Baron tengah memegang tangan Kenzo.
"Kenzo. Stop, Bro, dia bisa mati," kata Baron.
Cowok itu tidak lebih tinggi dari Kenzo, tapi untungnya tubuhnya cukup besar dan berotot. Dia berusaha menarik tangan Kenzo. Entah karena kekuatannya atau Kenzo yang memang menyerah, tapi akhirnya tangan Kenzo lepas dari leher Nada.
Nada langsung terbatuk sembari membungkuk dan cepat-cepat menghirup sebanyak-banyaknya udara. Gadis itu nyaris mati sampai terlambat menyadari Kenzo sudah melepaskan tangannya yang dicekal Baron, tapi sebagai ganti, dia langsung mendorong Baron. Menggunakan tangan yang sama dengan tangan yang Kenzo pakai mencekik Nada tadi, Kenzo memukul tulang pipi Baron dengan kuat.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Living Hell: Déville's Obsession
Romance⚠️WARNING⚠️ Dicintai Kenzo tak lebih dari kutukan mematikan bagi Quinzel. Ribuan kali lebih mematikan dari paras porselen dengan mata lavender yang menjadi daya pikat mengerikan sejak Quinzel dilahirkan. Dia membisikkan kematian. Bujuk rayunya beker...