Di tebing sebuah pantai yang tenang, terhampar sebuah rumah mewah berarsitektur modern yang megah terbuat dari beton dilapisi baja, mencerminkan kekayaan dan keunggulan pemiliknya, Dahn Kalvin.
Dhan Calvin adalah seorang jenius teknologi dengan pengetahuan luas di berbagai bidang, termasuk robotika, kecerdasan buatan, elektronika, teknologi energi, rekayasa mesin, dan desain industri. Sebagai pendiri dan CEO InovTech.Inc, dia adalah otak di balik konsep pengembangan reaksi fusi nuklir miniatur. Dhan Calvin tumbuh dalam lingkungan yang mendorong minat dan bakatnya dalam pengembangan teknologi canggih. Dia memiliki hubungan erat dengan dunia teknologi dan terlibat dalam pengembangan perusahaan seperti Tesla, Inc, SpaceX, Neuralink, OpenAI dan perusahaan berbasis energi nuklir.
Pekerjaannya sebagai seorang insinyur dan penemu terkemuka membawanya pada keberhasilan besar dan kekayaan yang tak terbatas. Namun, di balik pesonanya yang glamor dan kehidupan mewahnya, Dhan adalah seseorang yang memiliki dampak besar pada dunia.
Dhan Calvin adalah otak di balik teknologi canggih yang telah merevolusi kehidupan manusia saat ini. Ia telah menciptakan berbagai inovasi yang mengubah cara orang berinteraksi dengan dunia di sekitar mereka.
Cahaya bulan memantulkan kilauan air samudra di bawah rumah yang terletak di atas tebing pantai itu dengan pemandangan laut yang indah, dan matahari perlahan tenggelam di ufuk barat. Dhan Calvin duduk santai di ruang tengah yang mewah dengan postur atletisnya yang tampak. Rambut hitam pendeknya terlihat rapi, sementara matanya yang cokelat tajam dan senyumannya yang ramah mencerminkan kepribadian yang bersahabat. Dalam pakaian profesional, dia memegang gelas anggur merah yang berkilauan dengan tangan kanannya. Di hadapannya, aksi heroik tentara AS yang sedang berjuang melawan teroris di padang pasir ditampilkan di layar televisi.
Tetapi, tiba-tiba malam yang tenang itu diganggu oleh suara bising yang menusuk telinga. Dari kejauhan, terdengar deru mesin helikopter yang mendekat dengan cepat. Helikopter-helikopter hitam berdatangan, membentuk formasi tempur yang teratur dan menyeramkan di langit malam, seolah mengumandangkan ancaman yang nyata.
"Mmm, Apa itu?" gumam Dhan Calvin , kerut di keningnya semakin dalam. Ia merasa terganggu oleh kedatangan tak terduga ini. "Siapa yang berani mengganggu ketenangan malamku?"
Dhan segera meloncat dari kursi besar, langkah-langkahnya yang cepat membawanya ke jendela besar yang menghadap ke laut. Dari sana, ia melihat helikopter-helikopter tersebut mendekati rumahnya dengan cahaya merah terang yang memancar di bawahnya. Mereka terlihat seperti pasukan yang siap melancarkan serangan yang dahsyat.
Ketika Dhan menyadari akan bahaya besar yang mengancamnya, kepanikan langsung melanda dirinya. Dalam keadaan panik, ia bergerak dengan cepat menuju ruang bawah tanah laboratoriumnya yang menjadi tempat perlindungan terakhirnya. Dalam perjalanan menuju ruang itu, Dhan mencoba menghubungi DAN, asisten kecerdasan buatan yang selalu setia menemaninya.
"DAN! Ada serangan! Aktifkan sistem pertahanan penuh!" serunya dengan nada yang penuh kekhawatiran dan ketegangan. Tetapi, hanya keheningan yang menyambut panggilannya. Kehilangan komunikasi dengan DAN mengisyaratkan bahwa sistem keamanan rumahnya telah berhasil dinetralkan oleh musuh yang tak dikenal. Detak jantungnya semakin cepat, mencerminkan ketegangan dan kecemasan yang memenuhi dirinya.
Tiba-tiba, suara mendesis yang mengerikan"Ssshhhwwwiisshhh...!" menyusuk telinga Dhan saat misil-misil diluncurkan dari helikopter. Misil-misil itu meluncur dengan kecepatan tinggi, mengejar target mereka dengan presisi mematikan. Dalam upaya putus asa untuk bertahan hidup, Dhan berlari secepat mungkin menuju labolatorium tersemunyi bawah tanah tempat banyak technologi canggih disimpan.
Namun, sebelum ia bisa mencapai tujuan tersebut, "Boom...!!!" salah satu misil menghantam dinding ruang tengah dengan kekuatan yang menghancurkan. Terjadilah ledakan dahsyat dimana mana yang mengguncang seluruh rumah. Reruntuhan beton dan debu terbang ke segala arah, menciptakan hujan serpihan mematikan di sekitarnya. Dhan terjatuh ke lantai, terhuyung-huyung, dan berjuang dengan keras untuk bangkit kembali di tengah kekacauan yang melanda.
Ditengah keputusasaan dan kekacauan yang menyelimuti rumahnya, suara bom yang menggelegar dan tembakan senjata mesin terus -menerus diluncurkan oleh para penyerang yang misterius. Dentuman-dentuman misil-misil dahsyat itu memekakkan telinga, menghantam rumah Dhan dengan kekuatan yang hebat dan meluluhlantakkan berbagai bagian dari rumah yang dulu indah dan kokoh. Pecahan kaca dan reruntuhan beton terpental di mana-mana, menciptakan pemandangan yang menyeramkan dan menghancurkan. Sementara itu, api berkobar dengan ganas, menjilat-jilat reruntuhan rumah Dhan dan menyala-nyala dalam warna merah menyala, menciptakan panorama yang mengerikan dari kehancuran yang melanda.
Helikopter yang mengepung rumah Dhan Calvin mendarat perlahan di halaman depan yang luas. Rotor helikopter masih berputar dengan cepat, menciptakan angin kencang yang membuat rumput dan dedaunan bergerak. Suara berisik dari rotor itu menggema di sekitarnya, memecah kesunyian malam.
Asap dan debu terlihat ketika pintu helikopter terbuka perlahan. Dalam cahaya remang-remang, sekelompok pria berpakaian hitam bersenjata lengkap keluar dari helikopter. Mereka melangkah dengan langkah tegap, menunjukkan kemahiran dan keahlian mereka dalam setiap gerakan. Wajah mereka yang tegang mencerminkan ketegangan yang memenuhi udara.
Para pria itu memasuki tanah dengan langkah pasti. Langkah mereka terdengar lembut meskipun perlahan, seakan mereka menari dengan kegelapan malam. Seragam hitam mereka tampak seperti bayangan yang menyatu dengan kegelapan, menciptakan suasana yang gelap dan misterius.
Dalam keadaan yang hancur, Dhan Calvin berdiri dengan usaha terakhirnya. Raut wajahnya mencerminkan kelelahan dan ketidakberdayaan. Dia melihat para penyerang mendekat, menyadari bahwa melawan tidak akan mengubah apapun dalam keadaannya yang lemah. Dalam keputusasaan yang mendalam, Dhan Calvin hanya bisa pasrah pada nasibnya yang tak terduga.
Seorang pemimpin kelompok penyerang yang penuh keangkuhan berdiri di depan Dhan Calvin . Dalam cahaya remang-remang, wajahnya terlihat dengan jelas. Dia menatap Dhan dengan tajam, menunjukkan dominasinya atas situasi ini.
"Kami telah menunggu lama saat seperti ini. Kau pikir kau bisa bersembunyi di balik teknologi dan kejeniusanmu? Tidak ada tempat yang aman di dunia ini," ucapnya dengan suara yang dingin dan menghantam.
Dhan Calvin menatap balik dengan kehilangan dan kecewa. Luka itu semakin dalam, mencerminkan kerusakan yang terjadi tidak hanya pada tubuhnya, tetapi juga pada harga dirinya.
Dengan perasaan marah dan tidak percaya, Dhan Calvin merasakan keputusasaan mencekik dadanya. Dia menyadari bahwa dia akan diangkut dan diculik, dan ia harus menerima takdir yang tak terduga ini.
Pemimpin penyerang itu melanjutkan dengan senyuman sinis di wajahnya, "Waktumu sudah habis, Calvin . Selamat tinggal pada teknologimu". Tak keluar sepatah katapun dari Dhan Calvin. "Bawa dia!" katanya sambil melangkah keluar.
Para penyerang itu melanjutkan tindakan mereka dengan cepat dan efisien. Mereka mengikat Dhan dengan erat, memastikan bahwa dia tidak bisa melarikan diri. Sementara Dhan tersandung dan terkejut, mereka membawanya keluar dari puing-puing rumahnya yang hancur.
Helikopter lain menunggu di udara, rotor masih berputar dengan suara berdengung.
Dhan Calvin yang terbelenggu dituntun menuju helikopter itu, diapit oleh para penyerang yang menang. Mereka tidak mengenal belas kasihan saat memasukkan Dhan ke dalam kabin, memastikan bahwa dia tidak akan melarikan diri.
Pintu helikopter tertutup dengan suara berat, memisahkan Dhan Calvin dari dunia luar oleh dinding logam yang dingin. Helikopter itu bergetar saat mesinnya mulai menderu perlahan dan meninggalkan pemandangan kehancuran di belakang. Dhan Calvin dibiarkan dengan rasa bingung dan hampa, tersesat dalam kejadian yang tak terduga dan terpisah dari kehidupannya yang dulu.
Saat helikopter menjauh dari rumahnya yang hancur, Dhan merenung dalam kesendirian yang menyakitkan. Perasaan tak berdaya dan kehilangan memenuhi pikirannya, namun di balik rasa itu, terbersit tekad dan keinginan untuk membalas dendam.
"Sialan, Aku tidak akan membiarkan mereka menghancurkan hidupku begitu saja" gumamnya dengan suara parau.
Dhan Calvin menatap keluar jendela helikopter, menyaksikan pemandangan yang berlalu dengan cepat. Dia tahu bahwa perjuangan baru saja dimulai, dan dia harus menemukan cara untuk menghadapi musuh-musuhnya yang tak terlihat.
Dalam kegelapan, helikopter yang terus melaju melintasi samudera menuju takdir yang tidak diketahui, Dhan Calvin menggenggam erat sisa-sisa harapan dan keinginan untuk bertahan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Tech-Man
Science Fiction"Tech-Man" adalah sebuah kisah aksi yang menghipnotis tentang Dhan Calvin, seorang miliarder kaya dan jenius yang dikenal sebagai Tech-Man. Dhan akan menciptakan Suit Tech-Man Armor yang revolusioner dari nanobots canggih, meterial terkuat dan energ...