Alicia akhirnya mengerti alasan mengapa pelayan perempuan yang menggedor pintunya tadi bereaksi seperti itu. Bagaimana tidak? Dia baru saja masuk ke ruangan sudah kena semprot.
"Lima menit lebih lama. Bagus."
Sepasang mata coklat kemerahan menatapnya tajam dan intens, seakan ingin melubangi kepalanya. Sementara itu pelayan tua di sebelah pria muda di depannya, menatapnya dengan tatapan kasihan.
'Apasih.'
Pelayan muda yang menggedor pintunya tadi, Kio, mengatakan jika tugas Alicia hari ini pertama adalah mengantarkan sarapan untuk tuan muda tertua, Cale Henituse.
"Karena kamu bangun terlambat, makanannya pasti akan datang terlambat. Pastikan kamu segera minta maaf setelah masuk ke kamarnya ya!"
Alicia hanya mengiyakan saja apa yang Kio katakan. Karena dia tidak tahu mengenai situasi disini, Alicia yang baru masuk berniat untuk meminta maaf atas keterlambatan yang dia sebabkan.
Sebenarnya sih bukan dia, dewa sialan itu, tapi ya dia tidak bisa menggunakan alasan itu kan?
Tepat sebelum Alicia bisa meminta maaf, pria muda dengan rambut merah mencolok dengan sepasang mata coklat kemerahan sudah menatapnya tajam dan berkomentar mengenai keterlambatannya.
Alicia tidak memiliki masalah untuk menatap mata itu, walau tampaknya pria bernama Cale ini ingin mengintimidasi dirinya dengan tatapan tajam.
"Saya meminta maaf atas keterlambatan yang saya sebabkan." Ini memang melukai harga dirinya karena bahkan dengan dewa saja dia tidak berbicara formal dan hormat seperti ini, namun dengan manusia biasa dia melakukannya.
Alicia yakin jika dewa sialan itu melihatnya sekarang dia pasti akan mengeluarkan suara senang yang menjengkelkan atau mengejek Alicia yang berbicara formal kepada manusia biasa.
Dia masih menatap kedua mata itu dan membuat sang empu merasa tersinggung. Ya mana Alicia tahu gimana pelayan biasanya bertingkah selain berbicara formal kepada tuannya ya kan? Dia nggak salah :)
"Kau berani menatapku? Ingin kucongkel matamu atau gimana, hah?"
Ekspresinya benar-benar memandang rendah, Alicia berusaha keras agar tidak mengerutkan keningnya. Apa yang sudah terjadi pada manusia ini sampai punya lidah kayak cewek lagi pms.
Pelayan tua di sebelahnya tampak sedikit terkejut, namun segera menghapusnya. Dia tidak tampak akan membantu atau mengatakan sesuatu, ya bukannya Alicia mengharapkannya. Dia hanya terkejut karena pria tua itu terkejut tadi.
Alicia berpikir sebentar lalu memalingkan wajahnya ke samping. Dia tidak boleh melihatnya kan?
"Oh, jadi kau juga berani memalingkan wajah saat aku bicara?"
Nada suaranya bertambah buruk seakan apa yang Alicia lakukan hanya memperkeruh keadaan.
Alicia bingung, menatap orangnya nggak boleh, menatap arah lain nggak boleh juga. Terus natap mana lagi dia? Langit-langit?
"Apa saya harus menatap langit-langit?"
Pertanyaan yang tak terduga membuat Cale sedikit tersentak. Tidak pernah ada pelayan yang berani berbicara balik kepadanya, terlebih dengan wajah tanpa ekspresi seperti itu. Apakah wanita di depannya ini memang punya nyali besar atau dia hanya bodoh?
"Sekalian saja copot saja matamu, agar kau tidak bingung."
Cale melipat kedua tangannya di depan dada sementara Alicia tak menghiraukannya. Alicia berjalan mendekat mendorong troli makanan yang berisi sarapan untuk Cale. Tepat saat tangannya baru akan menyajikan itu di atas meja depan Cale duduk, Cale terlebih dahulu menyuarakan penolakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Originals [TOTCF x OC]
Fanfiction[16+] [Peringatan bahasa kasar. Mohon dibaca peringatan ini sebaik-baiknya, yang tidak tertarik atau terganggu dengan adegan yang sedikit eksplisit mohon tidak membaca, terimakasih 🙏🏻] Alicia tidak pernah menduga dirinya akan dilibatkan dalam renc...