V Kehidupan Arsel

52 53 1
                                    

-Mataku selalu menyipit tak nyaman saat berada dibawah cahaya, apa salah jika aku mencari kenyamanan didalam kegelapan?.-

-.-

Matahari tampak malu malu untuk muncul. Gang ini begitu sepi, jarang sekali orang berlalu lalang.

Hey, lihat itu! Apa dia gila?.

Iya, apa orang tuanya tidak mengurusnya?.

Remaja itu membuka kelopak matanya, perlahan kepalanya menengok ke sumber suara.

"AAAAGHHHH, BERISIK SIALAN!.", amuknya melempar batu kearah 2 wanita itu.

Keduanya langsung berlari terbirit-birit. Siapa juga yang tidak takut diamuk di gang sepi seperti ini?.

••••••••••••••••••••••

"Lama lo ga kesini Sel, kemana aja?."

Arsel menengok, "Sibuk."

Terlihat banyak orang yang nongkrong di gedung tua itu. Mereka adalah salah satu Gengster terbesar di kota ini. Anggotanya tidak banyak, kurang dari 50 orang termasuk Arsel.

Padahal usianya baru 16 tahun tapi sudah bergabung ke geng ini. Anggotanya pun bukan hanya seumurannya, bahkan ada yang berusia hampir 30 tahun.

Mabuk, Tauran, Balap liar, bahkan seks bebas adalah makanan sehari hari untuk geng ini.

Tanpa diberi tau pun kalian bisa menebak kan kalo mereka semua buronan?.

•••••••••••••••••••

Arsel memasuki gedung tua itu. Hanya luarnya saja yang tampak tak terawat, didalam gedung ini cukup nyaman dan bersih. Tersedia dapur, kamar mandi dan beberapa ruangan yang pasti kalian tau untuk apa.

Saat melangkah masuk matanya langsung menemukan beberapa orang, mungkin sekitar 10 orang. Mereka duduk disofa atau bahkan ada yang hanya duduk diatas tikar.

"Yo Arsel!, Kemarilah.", Baru saja masuk suara yang tak asing itu menyapa ku.

Dia terlihat duduk di sofa single. Wajar, dia ketuanya disini.

Aku menjatuhkan pantatku ke sofa kosong disebelahnya, "Gue kira lo kabur. Jangan keluar dari lingkup ini, lo tau kan apa akibatnya?."

Tubuhku menegang. Walaupun ia terlihat santai saat mengatakannya, aku tau terselip ancaman yang tidak bisa dianggap remeh.

"Mana mungkin, saya sudah nyaman disini." Jawabku tenang.

Ia menatap kearahku, "Lo terlalu formal. Jadi? Lo mau nginep disini?."

"Ya."

"Lo tau kan apa yang harus lo lakuin dulu?." Ujarnya sambil menunjukkan smirk.

"Dimana barangnya?." Tanyaku to the point.

••••••••••••••••••••

Setelah berhasil mengambil barang itu, aku bergegas kembali ke Markas. Tidak baik berlama lama diluar saat membawa barang ini.

Aku meletakkan barang itu di meja.

"Thanks, lo emang bisa di andelin Sel." Ujarnya sambil mengeluarkan satu bungkus bubuk putih itu.

Kalian gak salah, itu memang sabu. Ketua kami memang pemakai, hanya dia dan beberapa orang lainnya. Mungkin penggunaan di geng ini hanya 5 orang.

Tak ada yang berani keluar membeli barang ini selain aku. Ntahlah, awalnya aku tidak berani karna takut tertangkap polisi. Tapi lama kelamaan jadi terbiasa, tak jarang aku beradu pedal gas dengan polisi. Hanya agar bisa menginap di gedung ini.


Tertanda penulis.
Yara.

Who's The Main Character?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang