R. [12] Fakta Isu.

12 0 0
                                    

Tak!

Gelas kaca berisi alkohol diletakkan secara kasar di meja bar oleh seorang wanita cantik yang matanya sudah memerah karena air mata yang terus mengalir.

"Kenapa, Deon?! Kenapa harus wanita rendahan itu?!" kata wanita itu sambil mengusap pipinya dengan kasar.

"Kenapa lo ngerendahin gue di depan cewek yang lebih rendah dari gue?!" Zoya berteriak frustasi. Rambutnya ia acak-acak dengan kedua tangannya. Penampilannya kini sudah berantakan, pengunjung bar hanya bisa melihat dengan kesal ke arah Zoya. Mereka tidak bisa protes padanya karena Zoya pemilik bar tersebut.

"Jangan teriak-teriak, kasian pelanggan lo." kata seorang pria yang tiba-tiba saja duduk di samping Zoya dengan tenang.

Zoya langsung menoleh dengan tatapan nyalang pada pria itu. Namun, tatapannya berubah menjadi terkejut saat melihat pria tersebut. Orang yang telah meninggalkan dirinya beberapa tahun belakangan. Zoya langsung menghamburkan pelukan dengannya.

Zoya berteriak senang sekaligus terharu bisa bertemu kembali dengannya, "Lo kemana aja selama ini?" kata Zoya disela-sela tangisnya.

"Sorry gue baru nemuin lo lagi." Orang itu mengusap punggung mungil Zoya, membalas pelukan Zoya yang sudah sangat lama tidak dirinya rasakan lagi.

"Asal lo tahu. Deon..." Zoya tidak dapat meneruskan ucapannya dan kembali meraung dalam pelukan pria itu.

Pria itu hanya mengangguk dan terus mengusap punggung mungil Zoya. "Gue tahu ko. Lo tenang aja Zoya, gue yang akan bales perbuatan Deon."

Zoya melepas pelukan dengan cepat dan menatap mata coklat pekat pria di depannya dengan tatapan bingung sekaligus senang. "Dengan cara?"

"Dengan cara gue." Orang itu merapihkan rambut Zoya yang berantakan dengan senyum mencurigakan.

・⁠・⁠・

Vyca duduk di kursi seberang Kay yang sedang makan siang di cafetaria kantor. Kay yang melihat itu menaikkan alisnya menunggu Vyca buka suara lebih dahulu. Tapi, Vyca hanya terus tersenyum padanya dengan menopang dagunya pula.

"Lo kenapa, sih?" Kay tertawa kecil kemudian menggelengkan kepala, merasa heran dengan temannya yang tiba-tiba bertingkah aneh lagi.

"Selamat." kata Vyca dengan suara yang kecil. Sangat kecil. Karena Vyca tidak ingin karyawan lain sampai mendengar ucapannya.

"Suddenly?" Kay menyuapkan nasi ke mulutnya, dan menunggu jawaban Vyca sembari mengunyah makanan di mulutnya.

"Gue mau ngomong di sini. Tapi kalau yang lain tahu gimana?" Vyca melirik seisi ruangan cafetaria memberi Kay kode jika Vyca tidak bisa mengatakan yang sesungguhnya.

"Apa sih?" kata Kay setelah menelan makanannya dan kembali menyuapkan makanan ke mulutnya. Kay masih belum mengerti tujuan pembicaraan mereka berdua.

Vyca menggeser kursinya ke samping Kay dan berbisik, "Selamat atas pertunangan lo sama Pak Direktur."

Kay berhenti mengunyah makanannya dan menoleh cepat ke arah Vyca, matanya melebar tidak menyangka jika Vyca tahu ia telah bertunangan dengan Deon. Kay menutup mulutnya dengan tangan yang tengah menggenggam sendok perak. Tengah berusaha menelan makanan yang ada di mulutnya dengan cepat.

Vyca menjauhkan kepalanya dan kembali ke posisi semula. Matanya berbinar senang dan senyumnya begitu lebar.

Kay masih berusaha menelan makanannya lebih dulu dan melirik seisi cafetaria. "Lo tahu darimana?" kata Kay dengan berbisik pelan.

Je hebt het einde van de gepubliceerde delen bereikt.

⏰ Laatst bijgewerkt: May 04 ⏰

Voeg dit verhaal toe aan je bibliotheek om op de hoogte gebracht te worden van nieuwe delen!

RadeonWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu