FF Yizhan
[SLOW UP]
Setelah bertahun-tahun, Xiao Zhan yang awalnya selalu mendapat perlakuan kasar dari ibu dan kakak tiri akhirnya mengalami jungkir baliknya roda kehidupan.
Karena suatu alasan, ia tidak sengaja terlibat dengan anggota keluarga Wa...
Xiao Zhan menguap berkali-kali, ia sangat mengantuk. Shift malam di toserba sendirian membuatnya tidak tahu harus berbuat apa karena sedang sepi pembeli.
"Hoaem.. apa aku tidur sebentar saja ya?" monolognya, kemudian menyandarkan kepalanya di meja kasir.
Kesadarannya masih samar, tahu-tahu seseorang menyentuh pipinya pelan. Zhan dengan malas menyadarkan diri dari rasa kantuknya. Ia dikejutkan dengan wajah seorang pria tepat di depan wajahnya.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
"Astaga!" Xiao Zhan buru-buru menjauhkan wajahnya dari pria itu. Namun sedetik kemudian, Zhan lega. Ternyata lelaki itu hanya pembeli.
"Maaf mengejutkanmu, aku ingin membayar"
"Ah iya tuan, maaf saya ketiduran" elaknya padahal memang dia sengaja tidur karena mengantuk.
"Tuan, mie ini beli satu gratis satu, tuan bisa mengambil satu lagi di sana"
"Hm?"
Pria itu sepertinya tidak mengerti dengan apa yang Zhan katakan, jadi ia mengulanginya lagi.
"Maksudnya, jika tuan membeli mie ini tuan bisa dapat satu cup lagi karena sedang ada diskon"
"Begitukah? Aku hanya ingin makan satu bukan dua"
"Tapi itu kan gratis, tuan"
"Baiklah, bagaimana jika yang satu untukmu saja? Kau sedang tidak sibuk kan? Ayo kita makan bersama"
Zhan mau-mau saja, kebetulan dia juga sedang lapar.
Dylan duduk di meja yang sudah tersedia di depan toserba sedangkan Zhan tengah mengisi air panas ke dalam dua cup mie instan, miliknya dan milik pria itu. Kemudian membawanya ke meja yang akan di duduki.
"Ini tuan, silahkan"
"Kau tidak perlu terlalu formal dengan memanggilku tuan, aku masih sangat muda"
"Kalau begitu, tuan muda"
"Aish maksudku bukan begitu panggil saja Wang Dylan, siapa namamu?"
"Aku Xiao Zhan"
Setelah memperkenalkan diri, mereka berbincang-bincang.
Dylan memandangi Xiao Zhan yang sedang makan mie dengan lahapnya, bahkan tanpa melihat dirinya. Apa dia diabaikan? Selama ini belum ada seorangpun yang bisa mengalihkan perhatiannya selagi bersamanya.
Namun, pemuda bernama Xiao Zhan itu hanya fokus pada makanan instan itu, serius? Apa dia hanya dianggap sebagai pajangan?
Zhan mendongak dengan mulut yang masih terisi makanan. Netranya menatap Dylan dengan polosnya.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
"Maaf, apa cara makanku membuatmu tidak nyaman?"
"Tidak, aku hanya heran padamu"
"Kenapa?" tanya Zhan penasaran.
"Apa kau tidak kenal aku?" Dylan menunjuk dirinya sendiri dengan jari telunjuk, mengitari wajahnya yang good looking sambil tersenyum menggoda.
"Kenal kok, Wang Dylan kan? Kau baru saja memperkenalkan dirimu"
Dylan jadi badmood seketika, dalam hatinya mengumpat apa pemuda di depannya ini benar-benar tidak tahu siapa dia?
"Hei, apa kau tidak pernah dengar tentang keluarga Wang?"
"Hm? Apa itu keluargamu?"
Dylan menghembuskan napasnya, menjatuhkan punggungnya lalu bersandar pada kursi yang dia duduki.
"Sudahlah, tidak penting lagipula aku kesini karena tujuan lain"
Zhan berhenti mengunyah, ia memusatkan pandangannya pada Wang Dylan.
"Maksudnya?"
Dylan tiba-tiba meraba dan menggenggam tangan Zhan.
Zhan yang belum sadar dengan apa yang terjadi hanya bisa mengerjapkan matanya beberapa kali.
"Bisa tolong lepaskan?" ucap Zhan, lalu berusaha menyingkirkan tangan besar Dylan.
"Apa kau tidak merasakan apapun saat ku sentuh?"
"Merasakan apa?"
"Apa jantungmu tidak berdetak cepat?"
Zhan makin dibuat bingung dengan semua yang Dylan katakan.
"Kenapa jantungku harus berdetak cepat? Kita sama-sama pri.." Zhan langsung melotot saat memahami topik yang dibahas Dylan.
"Apa kau gay?!"
. . .
Xiao Zhan membuka pintu rumahnya lalu menutupnya dengan hati-hati. Ia melangkahkan kakinya sangat pelan agar tidak membangunkan ibu dan kakak tirinya yang sudah pasti sedang tidur.
Saat sampai di depan kamar, Zhan buru-buru masuk. Ia merebahkan tubuhnya diantara barang-barang yang memenuhi ruangan itu.
Sebenarnya tempat tidurnya tak layak di sebut sebagai kamar, karena tempat itu awalnya adalah gudang yang sempit.