Sejak pulang Alfarizi yang dihadapkan pada kemarahan dua orang tuanya akhirnya menceritakan semuanya dan kini cuma pasrah menerima berbagai macam omelan dari Mama serta Papanya.
Nurmala gemas, "Kamu dikasih tau jangan balap-balapan lagi, Eh malah balapan! Tidak kapok kamu dihukum sama Kakekmu?!"
Alfarizi diam.
Sariyanto menambahkan, "Untung kali ini Suamimu yang mohon-mohon sama Kakekmu suapaya tidak hukum kamu. Paham kan bagaimana sifatnya Kakekmu? Kalau dia tau kamu ikut balapan lagi... Bisa-bisa bukan cuma motormu yang disita, Tapi kamu nanti bakalan disuruh tinggal disana, Mau kamu?"
Remaja itu menggeleng sambil melirik sang Suami yang selalu tersenyum padanya.
"Kamu tidak akan sebebas disini kalau tinggal dengan Kakekmu. Jangan harap Mama sama Papa bakal belain kamu. Jujur, Mama itu sudah sakit kepala liat kelakuanmu!" Omel Nurmala.
Lalu Sariyanto menunjuk luka jahitan di lengan kiri menantunya, "Coba kamu liat, Karena ulah kamu, Suamimu sampai dapat luka seperti itu."
Nurmala juga cemas melihat Biyanto, "Paman, Berapa jahitan emangnya?"
Biyanto mengelus rambut Suaminya dan menjawab, "20 jahitan, Kata dokter sepuluh hari lagi saya disuruh kesana untuk lepas benangnya."
Pasangan itu tak bisa menahan ringisan ngeri mereka saat melihat perban yang membungkus nyaris seluruh lengan kiri menantu mereka.
"Itu! Lihat kan karena kelakuanmu!" Bentak Nurmala geram.
"Fariz, Jawab Papa, Kenapa kamu ikut balapan liar lagi?"
Alfarizi diam sebentar dan berkata, "Kalo aku menang, Fathur gak boleh lagi deketin Kasih."
"Kasih?" Gumam Sariyanto dan Nurmala bingung.
Biyanto segera menjelaskan, "Dia anak perempuannya ustadz Habib, Mantan guru sejarah saya."
Sariyanto menatap menantunya, "Maksudmu pak Habib?"
Anggukan sang menantu semakin membuat Nurmala kesal, "Apa? Jadi kamu bahayain diri kamu sendiri cuma karena perempuan?! Kamu suka sama dia?!"
"Enggak kok! Aku cuman gak tega aja liat dia diganggu terus sama Fathur." Elak Alfarizi cepat.
"Alesan kamu! Kalau memang tidak suka, Kenapa repot-repot ikut balapan itu cuma karena dia teman kamu?" Nurmala membantah jawaban putra sulungnya.
"Nur, Jangan kasar begitu." Tegur Biyanto.
Wanita itu kian gemas pada menantunya, "Paman kok malah belain Fariz sih?"
Dengan penuh percaya diri Biyanto menjelaskan, "Masih ingat kan waktu mata Fariz kena cabai?"
Mereka mengangguk bersamaan.
Ia melanjutkan, "Itu karena dia membela Kasih dari Fathur dan teman-temannya. Saya yakin kalau Fariz hanya menganggap Kasih sebagai teman."
Kening Alfarizi berkerut, "Mama sama Papa aja ragu, Kenapa lo seyakin itu?"
Tersenyum manis, Pria itu menjawab, "Kamu pasangan saya, Saya yakin sama kamu," Dia lalu menyambung ucapannya dengan berbisik, "Dan juga, Saya yakin kalau cinta kamu cuma untuk Mas."
Pipi Alfarizi sontak memerah, "A-Apaan sih! Gak jelas!"
Sariyanto dan Nurmala bertukar pandang sebelum tersenyum.
Setelah diomeli habis-habisan, Alfarizi dan Biyanto akhirnya diizinkan beristirahat.
Biyanto yang berniat menuju tempat tidur seketika terhenti oleh sebuah pelukan dari belakangnya disusul ucapan pelan di telinga kirinya, "Maaf, Makasih, Mas."
KAMU SEDANG MEMBACA
MARRIED WITH ADOPTIVE GRANDPA (Mpreg)
Romance(Beli kelanjutannya di Karyakarsa!☺️) Mungkin menikahi sepupu, saudara tiri, atau bahkan Paman maupun Bibi bukanlah hal tabu lagi bagi kebanyakan orang. Tapi... Bagaimana jadinya kalau menikah dengan Kakek angkatmu sendiri? Hah? Inilah yang harus...