10

71 8 0
                                    

"Yah ... jadi begitulah ceritanya."

Ten bengong.

Johnny juga sama bengongnya.

Di depan layar, Winwin nampak bahagia sekali, dengan pipi memerah serta bekas telapak tangan kanan kiri yang lebih kecil darinya.

Mengumpulkan kesadarannya, Ten kembali bertanya.

"Jadi ... Kun menembakmu. Karena kau pikir itu mimpi, kau meminta Kun untuk menamparmu sampai tiga kali?"

Winwin mengangguk.

"Dan sekarang kalian pacaran?" Kali ini Johnny yang bertanya.

Winwin sekali lagi mengangguk.

Kini kedua pasangan suami itu saling tatap. Ten lalu berkata, "Sayang, bisa tampar aku?"

Johnny menatapnya kaget. "Loh, kenapa minta ditampar, Sayang?"

"Biar aku tahu apakah aku bermimpi atau nggak." Ten segera menunjuk pipinya. "Ayo, Jo, tampar."

"Tapi, Babe ...."

"Tampar!"

PLAK!

Suara nyaring tamparan terdengar begitu keras. Winwin bahkan sampai meringis kesakitan. Padahal yang ditampar kakaknya, tapi dia yang merasa ngilu.

"Sayang ... kau nggak apa!?" tanya Johnny takut-takut, bagaimanapun juga, dia takut Ten jadi marah karena tamparannya terlalu keras.

Ten segera menatap Johnny, raut wajahnya nampak syok.

"Johnny ...," yang dipanggil meneguk ludah, siap dimarahi.

"Ternyata bukan mimpi, Johnny," ujar Ten dengan ceria, lalu menggenggam tangan suaminya. "Kun menerima Winwin ternyata bukan mimpi! Astaga aku senang sekali!"

Johnny membuang napas lega. Sungguh, dia takut Ten bakal marah padanya.

Setelahnya sepasang suami itu menatap ke arah laptop yang masih menghadirkan wajah Winwin. Melihat wajah Johnny dan Ten yang begitu ceria karena berita ini, tentu membuat Winwin tersenyum senang.

"Selamat, ya. Cieee akhirnya jadi pacar Kun," goda Johnny sembari tersenyum lebar.

Winwin berterima kasih sambil menundukkan wajah. Malu digoda oleh kakak ipar.

"Wah, akhirnya penantianmu tak sia-sia. Asyik, adik iparnya aku sahabatku!" ujar Ten dengan riang, sebelum wajahnya perlahan menjadi bingung.

"Eh, tapi ... kenapa tiba-tiba dia mau menerima kau, ya?" tanya Ten dengan sorot mata penuh tanya. "Maksudku ... kenapa sekarang? Saat kau menembaknya tiga kali, dia sama sekali tak meresponmu."

Tentu saja pertanyaan Ten membuat Johnny dan Winwin jadi berpikir. Benar juga, mengapa baru sekarang mau jadi pacar Winwin? Mana dia yang nembak duluan, lagi.

Karena pertanyaan ini, selama tiga puluh menit, video call mereka diisi oleh keheningan.

.

.

Malaikat Cinta

Karaker milik diri mereka sendiri dan Tuhan

Cerita punya kejupanggang

Tidak ada keuntungan komersil dalam pembuatan fanfiksi kecuali kepuasan batin

Jika ada yang dirasa memplagiasi cerita ini nanti, bisa bilang saya, bakal saya tampol online wkkw

Malaikat CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang