Part 2

50 0 0
                                    

Dua minggu sudah sejak Mama meninggal, kami semua mulai melanjutkan hidup seperti biasanya. Tidak, tidak benar-benar seperti biasanya.

Adikku yang mulai mencoba melakukan semuanya sendirian, tanpa ada perintah dari Mama, tanpa omelan dari seorang Ibu, Papa yang mulai merasa kehilangan teman cerita di jam makan siang karena aku dan adik-adik sekolah, begitu juga aku yang mulai memiliki naluri sebagai seorang Ibu.

Ya, bukan hal yang mudah untuk remaja yang dulunya tidak terlalu banyak mengerjakan pekerjaan rumah namun tiba-tiba harus mengerjakan semuanya sendirian.

Saat ini aku sedang berada di bangku kelas 11 SMK, dan mulai menjalani kegiatan PKL (Praktik Kerja Lapangan) atau yang biasa disebut "Magang".
Aku magang di salah satu institusi pemerintahan Negara Indonesia, dengan jadwal masuk pagi dan pulang sore, pulang magang biasanya aku langsung membereskan rumah karena memang benar-benar keluargaku meletakkan tanggung jawab sepenuhnya pada diriku, belum lagi jika terkadang aku masih harus mengerjakan tugas sekolah, mulai mempersiapkan laporan magang.

Bukan lebay atau apa, hanya saja aku ingin bilang bahwa memang benar
"Hidup menjadi anak pertama perempuan itu memang berat, apalagi tanpa seorang Ibu."

Aku sempat beberapa kali merasa sangat lelah dan rasanya benar-benar ingin menyerah, sampai akhirnya temanku berkata, "Coba kamu cerita sama Kak Bryan deh, enak loh cerita sama dia."

Rani, ya dia teman SMK-ku. Kami satu jurusan, juga satu ekskul. Dan kebetulan Rani adalah sepupu jauhku.

"Kak Bryan?" tanyaku memastikan.

"Iya, Kak Bryan kakak kelas basket kita itu loh," jelas Rani.

"Kenapa dia?"

"Dia itu pendengar yang baik. Percaya deh, kamu pasti nyaman cerita sama dia."

Aku terdiam, berpikir sejenak. Apakah harus aku cerita ke orang lain?

***

"Emm, turut berduka cita yaa Shii."

"Yang sabar yaa Shii."

"Arshii kuat kok."

"Kalo ada apa-apa cerita yaa."

"Kamu bisa cerita ke kita kok."

Disini lah aku sekarang, setelah satu bulan lebih tidak mengikuti ekstrakurikuler dengan alibi masih berduka, akhirnya aku kembali mengikuti latihan basket SMK-ku.

Banyak dari mereka yang mengucapkan dengan berbagai macam kata-kata yang intinya mereka juga turut mengerti apa yang kurasakan.

Tapi lelaki ini, lelaki yang tidak pernah berbicara padaku sebelumnya, Kak Bryan.

"Gue turut berduka cita atas meninggalnya nyokap lo yaa, semoga beliau diterima disisi Tuhan. Lo harus terus doain dia," ucapnya.

"Iyaa, thanks kak."

Yaa, itulahh awal dari semuanya.

"Ekhemm, cieee.." goda Rani yang menghampiri kami.

"Apasih Ran?" ucap Kak Bryan
"Eh gimana ulang tahun Bang Bima?" lanjutnya mengalihkan.

Bang Bima adalah pelatih basket kami yang kebetulan beberapa hari lalu ulang tahun, yaa mereka sudah membahas di grup perihal perayaan ulang tahun pelatih kami yang telat ini.

"Lo ikutan kan Shii?" tanya Kak Bryan mengalihkan pandangannya padaku.

"Ultah Bang Bima yaa?" tanyaku memastikan.

"Ikutan lah dia, kan gue beli kue sama dia ntar," jelas Rani.

"Ohiyaa, jadi kapan beli kuenya?" tanyaku pada Rani.

"Nanti aja selesai latihan."

"Ntar kalian bawa ke rumah gue aja yaa, simpen disana," ucap Kak Bryan.
Kebetulan rumahnya adalah rumah makan di depan sekolah yang cukup sering jadi tempat tongkrongan anak-anak sekolah, apalagi kami sebagai anak basket.

"Okee," jawabku dan Rani serentak.

***

"Hahahaa, panik panikk."

"Bang Bima panik bener sih."

"Komuk abang nggak kuat."

"Hahahaa, parahh."

Yapp, ngeprank pelatih sebagai dalih untuk surprise hari ulang tahunnya berhasil, sangat sukses dengan rencana dan akting-akting yang sudah kami bahas dari jauh-jauh hari.

Kini aku dan Kak Bryan sedang duduk berdua dibawah pohon besar dekat lapangan basket, sedikit menjauh dari yang lain sembari menyantap sepotong kue ulang tahun yang diberikan Bang Bima.

"Enak ya, pinter deh kalian pilih kuenya." Kak Bryan memulai obrolan di antara kami.

"Iya, Rani yang pilih. Arshi kurang suka coklat soalnya," jelasku sembari menatap sepotong kue di tanganku.

"Nggak suka coklat? terus kenapa setuju Rani beli yang coklat?" tanyanya.

"Ya kan ini ulang tahun Bang Bima, bukan ulang tahun Arshi," jawabku dengan tersenyum.

"Iya sih."

Kami akhirnya kembali bergabung dengan yang lain, bercanda ria hingga tak terasa hari mulai gelap dan kami pun berguyur untuk pulang ke rumah masing-masing. Namun sebelum itu..

"Ehh Shii, besok di gramedia ada promo lohh. Gue denger lo suka baca, kesana yuk besok?" ajak Kak Bryan.

"Heum.. boleh deh," jawabku.

"Yaudah, besok gue jemput di rumah yaa?" tawarnya.

"Eh gausah kak, gue sama Rani aja. Kita ajak Rani juga ya?"

"Hm oke. See you," ucapnya sebelum akhirnya kami pulang ke rumah masing-masing.

Begitulah aku, sangat takut jika harus pergi berdua dengannya. Bukan hanya dia, aku selalu mencoba untuk tidak pergi berdua saja dengan cowok. Alhasil Rani yang kujadikan orang ketiga di pertemuan kali ini.

Hai haii haii..
Jadi gimana? suka sama ceritanyaa? tungguin kelanjutannya yaa dan jangan lupa tinggalkan jejakk..
Loveyou

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 15 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

PerempuanWhere stories live. Discover now