Berada di fase yang dibuat bertanya-tanya tentang kita ini sebenarnya apa ? Sangat tidak menyenangkan. Sungguh. Tapi, caranya yang selalu melibatkan ku dalam segala situasinya membuatku merasa sangat senang. Selalu ada perasaan aneh yang sulit untuk ku ungkapkan.
Kotak bekal berwarna biru tua ku buka dengan senyum yang merekah, aroma masakan itu menyeruak ke seluruh penjuru ruangan kelas. Mataku berbinar saat melihat isi kotak bekal tersebut adalah sayur kangkung yang ditumis dengan sambal udang yang terlihat sangat nikmat.
Tidak perlu waktu lama, tidak perlu memandangnya terlalu lama nanti keburu diambil sama yang di sana. Membacakan doa makan dalam hati lalu menyuapkan makanan tersebut kemulut sendiri. Kepalaku bergoyang kekiri dan kenanan menandakan bahwa masakan buatan Sanjaya sangat enak. Selalu.
Bercerita soal Sanjaya. Dia adalah laki-laki sederhana yang pernah ku temui dengan segala kemewahan yang ada disekitarnya. Lingkungan yang sehat dan aman sehingga aku tidak pernah ragu mengatakan bahwa dia adalah laki-laki baik yang ku temui di bumi. Saking baiknya dia, segala bentuk yang ia berikan kepadaku membuatku jatuh hati. Entah jatuh cinta sendirian atau dia merasakan hal yang sama denganku, aku belum tahu pasti. Tapi, semoga sama-sama saling selalu ku harapkan.
Meski dia selalu bilang jangan terlalu berharap kepada manusia tapi aku selalu dibuat percaya dengan segala bentuk perlakuannya bahwa mungkin memang akan bersama nantinya walaupun status kedekatan kita masih cukup abu-abu untuk dideklarasikan.
Ini adalah bekal ke 107 yang dia berikan kepadaku dengan kotak bekal yang kadang warna dan bentuknya berbeda-beda begitupun dengan isi didalamnya. Tidak pernah lupa dengan sebuah surat kecil yang ia selipkan. Aku membuka kertas itu setiap selesai makan, Sanjaya yang memintanya untuk membaca kertas yang ia tulis ketika makanannya habis.
Senyumku yang tadinya merekah karena kekenyangan juga karena akan membacakan sebuah surat dari yang ku ingin, lambat tapi pasti kini tidak melengkung lagi. Isi dari surat yang kubaca hari ini sangat berbeda dari biasanya. Surat yang kemarin isinya memberikan debaran yang menyenangkan didada kini berbanding terbalik dengan yang sekarang.
Amyra,
Terimakasih sudah menyicipi bekal terakhir ini. Tempat bekalnya bawa pulang saja. Kita tidak akan bertemu lagi hari ini hingga hari-hari berikutnya. Tolong jangan mencariku. Aku sudah menemukan semesta ku yang sempat pergi kemarin. Terimakasih banyak untuk semua waktunya. Semoga bertemu dengan laki-laki yang cintanya setara denganmu, yaa. Maaf, aku banyak kurangnya.
Sanjaya Adiguna.
Aku merasakan bumi berhenti sejenak seolah-olah memberiku waktu untuk mencoba mencerna isi dari surat tersebut. Aku menatap kertas itu lama dan membaca isinya berulang kali. Namun tidak ada yang berubah, tidak ada yang keliru dari yang kubaca. Isinya benar-benar tertulis seperti itu. Air mataku tentu tidak bisa ku ajak kompromi. Kelas yang sunyi ini bergema dengan isak tangisku.
Kenapa secepat ini ? Aku memang tahu soal perpisahan itu akan ada dan aku percaya soal people come and go tapi sejujurnya aku tidak ingin Sanjaya orangnya. Aku fikir, setelah kehilangan kedua semesta ku kemarin Sanjaya tidak akan pergi tapi nyatanya dia pergi dan yang lebih menyakitkan dari bagian kehilangan ini adalah dia pergi dengan bahagianya, meninggalkan aku dengan segala kenangannya yang entah sampai kapan bisa menghantuiku.
Aku mengangkat kepalaku, menatap kotak bekal yang masih berada dihadapanku. Beberapa memory kemarin tiba-tiba terlintas dikepala.
"Akan ada setiap surat nantinya untuk kamu baca selesai makan,"
Keningku berkerut dengan sebelah alis yang terangkat. Kenapa selesai makan ? Kenapa bukan sebelum makan agar nafsu makanku baik. Seolah paham dengan kebingunganku dia kembali bersuara sebelum aku menyuarakan isi kepalaku.
"Kalau ditanya kenapa, aku hanya bisa bilang bahwa aku takut kalau tulisanku yang dibaca sebelum makan akan menghilangkan selera makanmu nantinya. Jadi, meskipun tulisan yang kamu baca nantinya tidak menyenangkan setidaknya perutmu sudah terisi dengan kenyang,"
Sialnya, dihari itu aku terlalu buta dengan perpisahan dan ditinggalkan, hingga tidak bertanya bahkan mengoreksi sedikitpun perkataannya waktu itu, waktu dia mengantarku ke sekolah sebelum dia harus pergi kekantornya bekerja.
Aku masih ingat sekali suasana pagi itu, aroma parfumnya yang menenangkan, senyumnya yang terlalu candu untuk ku lihat, suara gelak tawanya dan sentuhan manis dipucuk kepalaku masih terekam manis dikepala.
Tidak ada yang salah, tidak ada masalah. Kita baik-baik saja, memang dia yang meminta untuk sekedar ditemani hingga kembali kepada semestanya yang sempat pergi. Dan aku tidak menyadari itu. Cinta sebuta itu ternyata.
| Selesai |
KAMU SEDANG MEMBACA
Ini Cerpen.
Short StoryTentang semua yang datang lalu pergi. Tentang semua bahagia lalu berakhir sedih. Tentang rasa yang tidak selalu terbalaskan. Tentang semua cinta yang hanya dapat dipendam. Tentang semua kisah yang abadi. Tentang semua cerita yang tidak selamanya hap...