three; bodo amat.

546 122 10
                                    

Suami.

[N] mengerjapkan mata berkali-kali, meyakini dia telah salah dengar.

Mimpi jadi pasangan Abyss!Aether adalah hal yang paling terakhir ia duga. Ataukah ini benar-benar mimpi? Semuanya tampak terlalu nyata.

"Oke ...," [N] menghela napas, "baiklah. Kalau begitu, aku lanjut tidur aja." [N] mengiyakan perkataannya sendiri, setuju bahwa solusi dari mimpi aneh itu adalah tidur. Kalau dia tidur, maka dia takkan melihat atau mengalami apa-apa.

Memang tidur adalah solusi segalanya, yah.

Baru saja dia berniat ingin menjatuhkan tubuhnya ke atas kasur, lengan [N] langsung ditarik oleh Aether.

SEEETT

Gantung.

Badan [N] jadi tergantung di tengah-tengah, tertahan oleh tangan Aether yang mencengkeramnya dengan erat. Tatapan sang pangeran begitu tajam, mencega [N] dari surga peristirahatan.

"Setiap kali aku bertanya, kau selalu ingin tidur. Apakah kau mencoba menghindari pertanyaanku?"

Namun [N] tak menjawab, tidak peduli. Sekali lagi, dia mencoba merebahkan tubuhnya, tetapi genggaman sang pangeran Abyss terlalu kuat. Mau tak mau, [N] pun ikut melawan dengan kekuatan.

TAK

Percobaan pertama [N] ingin melepaskan pegangan Aether di lengannya, tetapi sia-sia. Percobaan kedua, [N] menarik lengannya sekuat mungkin agar terlepas dari Aether, tetapi tetap saja, dia kalah kuat dari pemuda itu.

Yang tersisa hanyalah cara ketiga.

"Baiklah. Kamu ngotot, aku juga bakalan ngotot."

Tiba-tiba tangan bebas [N] menarik kerah sang pangeran, mencengkeramnya, dan menariknya tanpa peringatan.

BUKKK

Keduanya jatuh bersamaan ke atas kasur.

Punggung [N] menerima rasa empuk tiada tara, sisi-sisi badannya bagai dipeluk awan lembut yang nyaman. Akhirnya, setelah pertengkaran kecil itu, [N] berhasil mendapatkan kasurnya kembali. Kemenangan kembali padanya.

Namun ....

Apa ini?

Dia merasa tergelitik di area leher.

Kedua mata [N] kembali terbuka, menyadari beban berat yang menindihnya dari depan.

Kepala dengan rambut pirang yang panjang tertekan pada samping kanan leher [N], membuat helaian rambut itu menggelitiknya. Hidung Aether tepat berada di pundak sang gadis, kedua mata sang pangeran tertutup dengan kening mengerut. Perutnya menindih perut [N], membuat [N] sulit agak bernapas.

Dengan cepat Aether bangkit, meluruskan kedua tangannya dan tatapan mereka pun bertemu. [N] terkurung di antara lengan si pangeran, pundak kanan dan kirinya ditahan oleh telapak tangan Aether. Sedikit keras—tidak, mungkin agak terlalu keras ... [N] jadi sempat merasakan sakit dari tekanan Pangeran Abyss.

Dan tentu saja, reaksi Aether bukanlah kabar baik.

"Apa yang kau lakukan!?"

Ia terlihat marah.

Sungguh marah.

Wajahnya merah padam, maniknya mengecil, dan nada suaranya meninggi.

"Kau sudah berkali-kali meremehkanku! Apa kau tidak punya—"

Mendadak, omelan itu berhenti.

"ARGH!"

Digantikan erangan kesakitan yang nyaring.

In Your Epoch | Abyss! AetherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang