Bab 18

923 77 1
                                    

"Kakak beneran nggak bisa kesini sebentar? Aku kan udah disini. Aku cuma butuh waktu kakak sepuluh menit aja,"

"Nggak bisa Dan,"

"Tapi kan kita udah janjian kak, Bunda sama papa juga nggak bisa datang. Mereka tiba-tiba batalin janji mereka. Kakak nggak bisa kesini sebentar? Kita nggak usah makan malem bareng. Kita foto aja bentar,"

"Beneran deh Dan, kakak nggak bisa. Sorry,"

"Aku mohon kak, sebentar aja. tolong sediain waktu kakak sebentar aja buat aku,"

"...."

"Kita kan udah lama nggak ketemu kak, ya .... sebentar aja," mohon Daniella lagi.

"Nggak bisa Daniella. Lain kali aja ya,"

"Tolong datang kak Dimas. Aku tunggu kakak di rumah,"

Setelah ucapan itu Daniella mematikan telponnya.

Dan Dimas masa bodoh. Ia mengabaikan telfon itu dan tetap sibuk dengan urusannya sendiri.

Ia tidak tau kalau sore itu, akan menjadi pembicaraannya yang terakhir dengan adiknya.

Daniella ternyata menunggu Dimas datang sembari menangis. Yang tak mereka sangka adalah, Daniella tiba-tiba memutuskan untuk bunuh diri dari lantai empat rumahya.

Daniella sempat tersadar beberapa menit sebelum akhirnya ditemukan oleh para pelayan disana. Pada akhirnya, Daniella tewas ketika ia dibawa menuju ke rumah sakit.

Kabar itu sangat menghebohkan. Dimas bahkan tidak percaya mendengarnya namun ketika ia pergi ke rumah sakit dan mendapati adiknya sudah terbujur kaku dengan gaun putih yang dikenakannya benar-benar membuatnya sangat syok. Ia hanya bisa terdiam dan menangis.

Padahal Dimas pikir, Dimas tidak akan menangis. Tapi ternyata, ia masih saja menangisi adiknya.

"Dimas," panggil Melodi.

Dimas tak bergeming. Laki-laki itu diam saja.

"Dimas!"

Dimas tersadar. Ia lalu memeluk istrinya di parkiran kuat.

"Aku nggak suka inget dia. Aku pingin lupain dia," kata Dimas penuh kesedihan.

Melodi membalas pelukannya.

"Maaf, harusnya tadi aku nggak usah tanya mereka." kata Melodi.

"Gapapa. Kan kamu istri aku. Cuma aku minta jangan pernah bahas Dannie di depan papa sama bunda. Terlebih bunda,"

"Iya," jawab Melodi menurut.

Dimas tersenyum. "Seneng kalau istriku nggak banyak tanya kayak sekarang,"

"Aku udah terbiasa buat nggak penasaran." jawab Melodi.

Dimas tersenyum kemudian membuka pintu mobilnya untuk Melodi.

Di sepanjang perjalanan pulang, Dimas meminta maaf jika besok ia harus pergi lagi. Melodi hanya bertanya berapa lama, dan Dimas menjawab sekitar tiga hari.

Hubungan Dimas dan Melodi sudah sangat mirip sepasang suami-isteri yang saling mencintai. Namun, ada satu hal yang dibiarkan oleh Melodi yaitu Rizki yang masih suka memberikannya makanan dan minuman.

Melodi sempat menemui Rizki ketika Dimas pergi. Ia meminta maaf karena telah membuat Rizki minum banyak kopi padahal Rizki tidak bisa minum kopi. Namun Rizki mengatakan tidak apa-apa karena ia jadi bisa minum kopi dan jika tidak minum kopi ia merasa sakit.

Melodi merasa tak nyaman namun, ia tidak bisa melakukan apapun lagi jika Rizki sudah berkata begitu. Melodi hanya meminta agar Rizki berhenti minum kopi.

Woman Wishing She was DeadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang