18

239 50 0
                                    

***

Pada hari Jumat itu, Lisa mengantar Alice lagi ke Allamanda. Tidak ada alasan, Alice harus ke Allamanda di akhir pekan. Gadis kecil itu bersikeras untuk pergi ke rumah ayahnya. Meski Lisa sudah membujuknya, meski Lisa sudah bilang kalau Alice sudah lama tinggal di Allamanda. "Kau sudah tinggal di sana sejak hari Rabu. Rabu dan Kamis, dua hari. Sekarang kita tinggal saja di rumah, di Bellis, hm?" bujuk Lisa namun Alice tetap bersikeras untuk pergi.

"Aku sudah janji pada Bibi Rose untuk menontonnya menyanyi besok sore! Aku harus ke rumah appa, eomma, antar aku ke rumah appa," bujuk Alice, bersikeras untuk pergi. "Lalu besok siang aku punya janji bermain dengan Jiyul dan Woojin. Dengan Haru dan Sarang juga," sepanjang sore gadis kecil itu merengek. Ingin segera diantar ke Allamanda.

Akhirnya, Lisa menyerah dan mengantar putrinya ke Allamanda. Namun setibanya di rumah Jiyong, gadis itu meninggalkan putrinya. Jiyong ada di rumah sore ini. Sengaja tetap tinggal, karena Alice akan datang. "Eomma harus pulang ke Bellis hari ini, kau di sini bersama ayahmu saja, ya?" kata Lisa di tempat parkir, sebelum putrinya turun dari mobil.

"Apa yang akan eomma lakukan di rumah?"

"Mencuci, merapikan rumah, mencari sekolah baru untukmu, bekerja, banyak hal," jawab Lisa dan putrinya mengangguk.

"Kalau begitu aku akan pulang hari Senin, bye bye, eomma! Aku akan meneleponmu!" seru Alice, lantas melompat turun dari mobil itu, lalu berlari kecil ke arah gedung tempat ayahnya tinggal.

Alice melambai ke atas, melihat Jiyong yang menunggunya di depan pintu unit apartemennya. Pria itu pun melambai, menyapa putrinya yang berlari kecil, akan segera menghampirinya. Sedang Lisa hanya melihat mereka, sembari tetap duduk di dalam mobilnya.

Jiyong tidak bertemu lagi dengan Lisa setelahnya. Bahkan di hari Senin, saat ia mengantar Alice pulang ke Bellis, pria itu mengantar Alice ke rumah neneknya. Baik Alice maupun dirinya, tidak ada yang bertemu Lisa di sana.

Baru pada Senin siang, Jiyong bertemu dengan wanita itu. Mereka bertemu di restoran depan kantor polisi. Lisa bersama Bobby dan Jannie baru saja datang untuk makan siang. Sedang Jiyong akan pergi setelah makanannya habis.

"Bicara sebentar denganku," kata Jiyong, yang baru saja berdiri sementara Lisa akan duduk di tempatnya. Restoran itu penuh, dan karena Jiyong akan pergi, pramusajinya menyuruh Lisa dan rekan-rekannya untuk duduk di sana.

Sembari mengusap bibirnya dengan tisu, Jiyong melangkah ke kasir. Ia bayar makanannya di sana dan Lisa mengekor di belakangnya. Bobby dan Jennie sudah lebih dulu duduk, memperhatikan Lisa yang sekarang berdiri di luar restoran, bersama mantan suaminya.

"Ibumu memberitahuku, dia ingin pergi ke panti werdha," kata Jiyong memulai pembicaraan. Sembari bicara, ia membuka bungkus permen yang tadi diberikan kasir restorannya. Ia makan permen itu, sembari menundukan kepalanya, menatap pada ujung kakinya yang mengusap-usap trotoar.

Lisa memperhatikan pria itu. Melihat betapa inginnya Jiyong merahasiakan pembicaraan mereka. "Minggu ini dia masih bisa menjaga Alice. Tapi minggu depan dia sudah pergi ke panti werdha," katanya.

"Lalu?"

"Tinggal saja di sini. Untuk apa pulang pergi ke Bellis setiap hari. Di Bellis juga tidak ada yang menjaga Alice," kata Jiyong.

"Bagaimana kita akan menjelaskan pada Alice? Kenapa orangtuanya tinggal terpisah padahal ada di kota yang sama?"

Sebentar Jiyong terdiam. Ia menarik nafas dalam-dalam, seakan perlu meyakinkan dirinya sendiri kalau ia bisa mengatakannya. Seakan perlu menguatkan dirinya sendiri. "Tinggal lah di rumahku," kata Jiyong kemudian. "Aku tidak setiap hari pulang ke rumah, aku bisa menginap di kantor dan pulang ke rumah saat akhir pekan. Kau bisa pergi saat akhir pekan jadi kita tidak perlu bertemu," ucapnya.

Lisa tidak langsung menyetujuinya. Tapi Jiyong bilang, wanita itu bisa langsung ke rumahnya kalau dirinya setuju. Lisa bisa langsung datang ke rumahnya, membawa serta barang-barangnya. Lalu pria itu melangkah lebih dulu, meninggalkan Lisa yang masih menimbang-nimbang di depan restoran.

Jiyong melangkah menyebrangi jalan, melambai pada seorang kenalannya di depan kantor polisi lalu melangkah masuk. Pria itu menghilang dari pandangan Lisa setelah melewati gerbang kantor polisi. Maka melangkah Lisa kembali ke dalam restoran, duduk di tempat yang rekan-rekannya pilih, dan sudah ada semangkuk sup di sana. "Tanpa nasi, seperti biasanya," kata Bobby, yang memesankan sup itu.

Dalam diam, Lisa menikmati makan siangnya. Masih sembari menimbang-nimbang tawaran mantan suaminya tadi. Tidak seorang pun bertanya, alasan Jiyong perlu bicara dengan Lisa. Meski penasaran, Bobby juga Jennie menahan diri mereka, sebab Lisa tidak terlihat menunjukan ekspresi apapun saat masuk tadi. Seolah memberi tanda kalau ia tidak ingin ditanyai.

***

Ex-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang