Sekitar pukul sepuluh malam Levitra sudah kembali kerumahnya sendirian, ia pulang lebih awal karena menurutnya tidak ada yang menarik di sana.
Melihat sosok putrinya melangkah memasuki rumah, Anjani lantas tersenyum kecil. "Gimana tadi, senang?" tanyanya dengan antusias.
"Wahhh senang banget," sahut Levitra berakting gembira, sejurus kemudian ekspresinya berubah menjadi datar. "Capek tau enggak liat orang pacaran, Lev kan juga pengen. Tuh papa enggak kasih izin padahal umur Lev udah mau dua puluh," keluhnya dan menyandarkan punggungnya ke sofa dengan kesal.
Di tambah lagi tadi sempat ada perdebatan antara dia dengan anak sang duda. Itu membuat dirinya semakin bertambah kesal. Tidak ada yang menyenangkan sama sekali di sana.
Kenzie yang tengah bermain ponsel segera mematikan ponselnya dan meletakkanya di atas meja. "Itu karena papa sayang sama Lev, Papa enggak mau Lev sakit hati cuma gara-gara cowo," jelasnya agar Levitra mengerti apa alasan dibalik ia melarang gadis itu berpacaran.
"Berarti papa enggak sayang sama abang?"
"Sayang, dong."
"Terus kenapa abang boleh pacaran? Lev enggak boleh?" tanyanya dengan lesu.
"Udah selayaknya Lev, abang kamu udah tua. Udah waktunya dia mencari pasangan hidup," ujar Kenzie memberi pengertian. Namun, reaksi Levitra semakin menunjukkan ia tidak puas dengan jawaban sang papa.
"Tapi-"
"Udah terserah Lev! Mau pacaran-pacaran sana," potong Kenzie dengan cepat, ia kemudian berdiri dari duduknya dan pergi dengan wajah kesalnya.
Levitra tertunduk lemas dan memilin baju daster Anjani kemudian berbisik pelan. "Papa marah, ya, Ma?"
"Kayaknya. Gih, bujuk," suruh Anjani.
Levitra semakin menundukkan kepalanya, lalu sejurus kemudian menatap punggung sang papa yang mulai keluar rumah dengan sendu. "Mama tunggu sini, Lev mau minta maaf sama papa," ucapnya dengan senyum yang lebar.
"Semangat sayang."
***
Dasya yang baru saja pulang, melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah dengan langkah cepat. "Gue mau cerai!" ucapnya dengan nada tegas begitu bertemu dengan Sherlin dan suaminya yang tengah duduk bersantai di ruang depan.
Sherlin yang sedang mengobrol lantas kaget mendengar pernyataan itu, sorot matanya memandang Dasya dengan bingung, "Kenapa?" tanyanya dengan lembut bercampur binggung.
Apa yang sedang terjadi? Padahal ia baru saja tiba di rumah beberapa jam yang lalu dan kini Dasya malah mengucapkan pernyataan yang cukup konyol menurutnya.
"Karena gue capek berbagi suami," keluh Dasya dan menghempaskan bokongnya dengan kasar di sofa kosong yang berada disebelah Sherlin, "Lo mah enak, tiap hari ngintilin suami lo kerja, sedangkan gue kayak baby sister jagain anak lo mulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Levitra
Teen FictionIni adalah cerita tentang keluarga birawa dengan versi yang berbeda dan juga alur cerita yang berbeda. tapi tokohnya tetap sama. *** Memiliki sosok Levitra di dalam sebuah keluarga memang sangat memusingkan. Ada saja tingkah yang dilakukan oleh gadi...