Kalau bersama, waktu tak terasa. Padahal mati sudah menanti
Sudah lebih dari 2 bulan, ketiganya berkelana di hutan. Mencari makanan seadanya dari hutan dan pakaian yang sudah lusuh karena dipakai berulang kali. Dengan segala keterbatasannya, Karina masih bisa mendirikan pondok dari kayu di tepi sungai yang ia temukan. Kini, hidup mereka tergantung pada sungai. Belum pernah ada tanda tanda manusia lain di kediaman mereka.
"Aku merasa seperti hidup di zaman purba bu.."
"Bukankah tarzan lebih tepat?" Tawa kedua wanita itu menghiasi pagi mereka.
Ikan panggang hasil tangkapan Karina dan buah yang ia dapat dari hutan jadi makanan mereka pagi ini. Menjelang siang, ia harus pergi lebih jauh ke dalam hutan untuk mencari bahan makanan. Memasuki musim hujan, membuat mereka kesulitan menemukan makanan.
"Ayahh..ibu..aku akan mencari bahan makanan lagi..kumohon tetaplah berhati hati..."
"Iya nak, jangan khawatir justru kau yang harus berhati hati.."
"Jangan khawatir ayah..hewan dihutan ini sudah bersahabat denganku.." ucap Karina dengan senyum nya yang masih menawan meninggalkan ayah dan ibunya dengan perasaan yang tidak pernah tenang. Jujur saja, bayang bayang kejadian berbulan bulan yang lalu masih menghantuinya. Ia bahkan penasaran dimana Lily saat ini, apakah ia bahagia sekarang. Karina memilih lebih bahagia jika Lily hidup bahagia juga. Sekalipun Lily mengkhianati dirinya.
Hutan yang lembab dan basah membuat perjalanan nya sedikit lebih sulit. Melewati batu batuan di sungai dan tanah yang sedikit belumpur membuat langkah Karina lebih lambat dari biasanya. Ia bahkan harus melangkah lebih jauh lagi karena bahan makanan disekitar pondok mereka tidak banyak lagi.
Senyum Karina terbit kala ia menemukan buah buahan liar. Pengetahuannya ketika menjadi anggota pramuka sangat menguntungkannya saat ini.
"Tidak sia sia aku ikut klub pramuka...sepertinya hanya itu klub yang masuk akal di sekolahku dulu..."
Selesai dengan buah buahan , Karina mencoba mencari tumbuhan yang bisa ia gunakan sebagai sayuran entah itu lalapan atau bukan. Tanpa sadar, Karina sudah semakin jauh dari tempat awalnya. Bahkan ia menaiki bukit yang membuatnya melihat laut di ujung sungai. Sungai yang menjadi tempat tinggalnya selama ini.
Karina sempat berpikir untuk berjalan menyusuri aliran sungai hingga sampai ke lautan, dan mencoba mencari pertolongan disana. Tapi itu sama saja dengan menyerahkan diri.
Merasa cukup dengan hasil perburuannya, Karina menuruni bukit yang tidak terlalu terjal itu. Ia harus cepat cepat kembali.
"Kau siapa?"
"AARHHHHHHHHH"
Seorang pria yang entah darimana mengejutkan Karina. Bahkan Karina sudah berlari menjauh dari pria itu. Mungkin saja itu adalah utusan negaranya untuk mencari kediaman Karina dan orang tuanya.
"Hey kau mau kemana..."
Lari pria itu begitu cepat, hingga membuat Karina heran. Bahkan ranting pepohonan lebat dan tanah yang basah tidak menghalanginya berlari lebih cepat.
Grepppp
Sekali hentakan, pria itu berhasil meraih lengan Kecil Karina.
"Arhhh lepaskan...pria gila..kau siapa heh? Apa negara mengutusmu kesini? Asal kau tahu aku itu harta negara jangan coba coba menyakitiku..."
Karina berusaha melepaskan genggaman pria itu namun gagal.
"Kau..bukankah kau yang diutus negara mencari kami?"
Karina berhenti memberontak, bingung dengan ucapan pria itu. Keduanya jelas salah paham saat ini.
"Kau terlihat sangat sempurna..tipe yang disukai pemerintahan negara..untuk apa kau disini kalau bukan memata matai kami?" Ucap pria itu masih menggenggam tangan Karina erat.
"Aku yag seharusnya curiga padamu...kau terlihat lebih sempurna dariku ..bukankah kau lebih mencurigakan-_ hmmpp"
Ucapan Karina terpotong saat pria itu malah menangkup wajah kecil Karina dengan kedua tangannya dan mendekatkan wajahnya, membuat Karina menahan nafas nya menyadari posisi mereka terlalu dekat.
"Lihat mataku baik baik...keduanya berbeda.."
Karina yang matanya tidak fokus kini melihat ke arah bola mata pria itu. Jelas bola mata itu begitu cantik, hanya saja warna nya berbeda. Mata kanan biru, dan mata kiri coklat. Sebuah kelainan yang langka.
"Bi..bisa kau lepaskan.."
"Tidak...kau harus tunjukkan kenapa kau ada dihutan ini.."
Karina mencoba menjauhkan wajahnya dan melepaskan kedua tangan pria itu dari wajahnya.
"Ti..tidak ada..sudah kubilang aku harta negara, aku ikon kesempurnaan tahun ini..."
"Sudah kuduga.."
Tanpa mendengar penjelasan lagi, pria itu menyeret Karina kasar hingga membuat buah dan berbagai hasil buruan Karina terjatuh berserakan di tanah.
"Heii lepaskan..aku harus kembali..memangnya kau siapa menarikku seenaknya hehh..." Karina mencoba memberontak walau rasanya mustahil. Pria itu sangat berotot, otot yang terbentuk alami karena hidup di hutan. Pasti ia sudah lebih lama tinggal di hutan dibanding Karina. Bahkan dia tidak menggunakan atasan apapun, hanya kalung yang bertengger di lehernya.
"Kumohon lepaskan...kemana kau akan membawaku...aku harus kembali..orangtuaku menungguku.."
Pria itu berbalik, melepaskan genggamannya.
"Orangtuamu?"
#################################
Thank you buat yang sudah mampir ya..
Mohon bantuan vote dan comment nya ya untuk cerita lebih lanjutTerimakasihh 🤗🫰
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect
Fantasy#Fiksi Remaja# #beststory# Karina seorang gadis yang lahir di dunia yang menuntut kesempurnaan. Beruntungnya dia adalah makhluk paling sempurna saat ini. Semua bahkan tak berkutik saat melihatnya kecantikannya, kecerdasannya dan semua yang ia miliki...