"God, Om. Enak banget." Aku meracau penuh kenikmatan ketika mulut Om Matthias melumat payudaraku.
Di film ini, diceritakan kami terjebak di dalam hutan selama berhari-hari. Itu alasan Om Matthias membiarkan cambangnya tumbuh. Cambangnya yang lebat itu kini menggelitik kulitku, meninggalkan rasa perih berpadu kenikmatan saat mulutnya dengan lahap melumatku.
Om Matthias menindihku. Dia menggerakkan tubuhnya di atasku. Meski masih terhalang oleh pakaiannya, aku bisa merasakan betapa besarnya dia.
"Lagi, Om. Jangan berhenti." Kalau perlu, aku akan memohon di depannya agar tidak berhenti menyetubuhiku.
Teriakanku teredam ketika Om Matthias menciumku. Sekarang dia melumatku. Lidahnya membelitku, membungkam semua kata-kataku.
Tubuhnya yang besar membuatku tenggelam saat berada di bawahnya. Dia terlihat begitu menguasaiku.
Om Matthias menggulingkan tubuhnya hingga berbaring, lalu menarikku hingga mengangkangi tubuhnya. Dia tidak menolak ketika aku menarik lepas kaus yang dipakainya.
Fuck.
Aku tidak mempercayai apa yang kulihat. Tubuh berotot dan kulit kecokelatan akibat sering beraktivitas di luar rumah. Aku menyukai bentuk tubuhnya, yang liat dan keras. Ada bekas luka di sekujur tubuhnya, yang kuyakin didapatkan dari hasil olahraga ekstrem yang dilakoninya.
"Om masih belum selesai menghukummu," bisiknya.
Om Matthias menarik tubuhku hingga payudaraku berada di depan wajahnya. Mulutnya kembali menyerbuku. Kali ini lebih liar dan kasar. Serangannya membuatku lupa akan sekitar, bahkan aku tidak bisa membentuk kata-kata yang jelas di benakku.
Hanya erangan yang keluar dari mulutku, memancing Om Matthias yang semakin liar mencumbuku.
Dia menyudahi siksaan itu dengan gigitan di putingku lalu meremas payudaraku.
"Sit on my face," ujarnya.
Aku beringsut hingga kewanitaanku berada di wajahnya. Om Matthias menangkup bokongku dan menahan tubuhku, sementara lidahnya dengan buas menguasaiku.
"Om, geli..." Aku terdengar seperti orang bodoh.
Aku menekan dinding erat-erat untuk meningkahi sensasi yang menguasai tubuhku. Lidah Om Matthias menguasaiku. Dia menyesapku, membuat tubuhku mengejang akibat sensasi yang diberikannya.
Aku hanya bisa mengerang penuh kenikmatan setiap kali Om Matthias melumatku dengan lidahnya. Sesekali dia mengisap klitorisku. Aku yakin sudah sangat basah sekarang, dan rangsangan Om Matthias hanya membuatku semakin bernafsu.
"Om..." pekikku saat Om Matthias melesakkan lidahnya ke dalam tubuhku.
Aku menengadah dengan napas tersengal-sengal. Rasanya sangat intens. Belum pernah aku merasa seintim ini saat bersama seseorang.
Tubuhku mulai memberikan reaksi atas rangsangan yang diberikan Om Matthias. Napasku makin tak terkendali. Seolah ada yang memilin perutku dan siap melemparkan serangan dahsyat dari dalam tubuhku.
Om Matthias semakin menjadi-jadi. Berkali-kali dia menampar dan meremas bokongku sementara lidahnya semakin menguasaiku.
Aku tak bisa menahan diri kebih lama lagi.
Ini pengalaman pertamaku. Menggapai orgasme lewat serangan lidah.
"Om Matthias.. " jeritku ketika aku pasrah menerima serangan orgasme tersebut. Aku harus menekan dinding keras-keras agar tidak jatuh menimpa Om Matthias.
Lidahnya saja sudah mampu membuatku merasakan orgasme hebat seperti ini.
Bagaimana dengan penisnya?
Oh my God. Memikirkannya saja sudah membuatku terangsang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Woman's Need
RomanceKumpulan cerita pendek Only for 21+++ Disclaimer: adult romance, mature, sex scene