Satu hari sebelum hari-h, sekolah ngadain bersih-bersih. Ada yang bersih-bersih ruang kelas, lorong sekolah, ada juga yang nyapu-nyapu luar gedung.
Nayla ada di taman bersama beberapa siswi lain. Ngerawat bunga-bungaan dalam pot-pot kecil. Semua berjalan biasa aja, sampai Zayn tiba-tiba datang. Berjongkok di sebelah Nayla. Membantu Nayla memetiki daun kering.
"Masih marah?" tanya Zayn. Karena Nayla menutup rapat bibirnya. Bahkan, sama sekali nggak mau natap Zayn.
"Maaf kalau perkataan gue kemarin itu ngeselin. Gue cuma nggak mau lo jauhin gue terus. Capek, La. Gue nggak kuat." Zayn menaruh fokus pada gadis di sampingnya itu. "Jauh-jauh dari lo bikin gue kekurangan glukosa." Zayn harap Nayla cukup cerdas untuk menangkap ucapannya.
Masa udah susah-susah mikir buat ngegombal, Nayla malah nggak paham. Mau ditaruh di mana harga diri Zayn nanti?
Nayla menoleh, menatap Zayn. "Nggak lucu." Nayla melempar daun kering ke seragam Zayn. Lalu, bangkit dan meninggalkan taman. Zayn ngejar dia.
"Gue serius, La."
"I don't care." Nayla berharap Zayn berhenti ngikutin dia. Nggak enak tahu dilihatin orang-orang. Udah kayak drama suami istri aja.
Tapi, Zayn ini emang nggak peka. Bukannya berhenti, Zayn malah narik tangan Nayla.
Karena tangannya ditarik, kontan tubuh Nayla ketarik ke belakang pula. Nubruk badannya Zayn. Nayla megang jidatnya yang kebentur dada Zayn. Heran, deh, dada cowok kok bisa sekokoh itu, ya? Terbuat dari apa, sih?
"I miss you."
Nayla memandang Zayn kayak macan yang udah siap ngeluarin taringnya. "I'm not," balasnya, kembali meninggalkan Zayn yang jadi diam di tempat.
Baru kali ini Zayn ditolak mentah-mentah. Mana nggak pake dipikirin dulu. Padahal, Zayn udah kasih waktu. Ini Zayn yang keterlaluan nggak peka atau Nayla yang standarnya ketinggian?
"Nyesek banget, udah ditolak, dicuekin pula." Jay sengaja berdiri di samping Zayn sambil sedekap. Geleng-geleng kepala miris. Sebenarnya, puas banget bisa ngeledekin ketos satu ini.
Nggak inget kisah cintanya sendiri yang belum tentu.
"Berisik." Daripada ngeladenin omongan Jay, Zayn memilih pergi. Bantu-bantu masang tenda di lapangan sama yang lain. Karena Nayla lagi ke kamar mandi. Nggak mungkin Zayn ngikutin tu cewek. Bisa-bisa dicakar nanti.
.
.
.***
.
.
."Gue ditembak sama Zayn."
Zizah berhenti di poros tempatnya berdiri. Mulutnya mangap, nggak jadi menjemput keripik kentang yang udah ada di genggaman.
Lepas bel pulang bunyi, Zizah sama Nayla jalan bareng keluar gedung sekolah.
Nayla ikut berhenti. Merhatiin Zizah yang udah kayak tikus ketangkep nyolong beras.
"Serius lo? Kapan?" saat Zizah mendapatkan kesadarannya lagi, mereka lanjut jalan.
"Beberapa hari lalu."
"Terus, lo bilang apa?"
"Nggak bilang apa-apa."
Zizah melongo lagi. "Lo tolak?"
"Enggak." Sebenarnya, Nayla bahkan belum ngasih jawaban, karena Zayn udah keburu meluk dia duluan, lalu pamit pulang. Ya, gimana Nayla bisa jawab kalau Zaynnya aja udah pesimis dari awal?
"Tapi, nggak diterima?"
Nayla ngangguk, membuat Zizah menghela napas. Ini anak emang goblok banget masalah percintaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi, Amberlyyn! (✓)
RomanceGimana rasanya dicintai sama makhluk ajaib? Ketua OSIS yang songong dan kejam kayak psikopat. Ketua geng motor yang kalau gabut kerjaannya gibahin orang. Mana yang akan kamu pilih? _______ Jul 2023, IshtarWinter