🦉Dua Puluh Tiga🦉
- Pretty Savage -"Benci?" Freyya mengulang perkataan Gallan. "Gue rasa itu bukan kata yang tepat. Gue cuma nggak suka dengan cara lo yang menempatkan diri lo di atas orang lain."
"Maksudnya?" Dahi Gallan berkerut. Dari sekian banyak orang yang menganggapnya sebagai pemimpin yang baik dan sosok yang bijaksana, ternyata masih ada satu orang seperti Freyya yang menilai dirinya dari sudut pandang yang tidak dia duga.
"Lo inget nggak ketika lo pernah ngospek mahasiswa baru, di tahun kedua kita kuliah? Kalau nggak salah, lo jadi koordinator aksi atau semacamnya waktu itu." Freyya ingin mencoba memberikan contoh langsung.
Gallan sampai mengerjap-ngerjapkan matanya, cukup kaget karena Freyya, istilahnya, tiba-tiba mengangkat sebuah 'studi kasus' soal perilaku dirinya di masa lalu. "Wait ... okay. Gue cukup ingat momen itu. So?"
"Lo ngata-ngatain para adek tingkat yang cowok pada lemah dan nggak jantan karena mereka pada nggak mau ikutan demo ke kantor DPR," cetus Freyya dengan cepat. "Kemudian lo paksa mereka biar ikut jadi massa aksi yang ending-nya demonstrasi itu malah berakhir ricuh, chaos karena adu keras kepala sama pihak aparat. Udah gitu, bukannya merangkul junior yang hampir babak belur, yang cowok khususnya, lo malah ngatain mereka dengan bilang ini nggak ada apa-apanya, ini yang namanya uji mental, jadi cowok harus berani, ambil resiko, mereka nggak boleh ngeluh dan nggak boleh takut. Gue bahkan masih inget gaya lo ngatain mereka waktu itu dan jujur aja seketika gue langsung ilfeel sama lo."
Freyya sampai sedikit meninggikan nadanya karena akhirnya dia bisa mengeluarkan uneg-uneg kerisihannya dengan gaya kepemimpinan seorang Gallan. "Lo sadar nggak sih kalau lo itu tipikal orang yang suka memaksakan kehendak akan bagaimana orang-orang harus bersikap. Seolah lo itu punya hak ikut campur atas pilihan orang lain apalagi pada mereka yang posisinya lebih lemah dari lo," tambahnya.
"Lo tuh kayak nentuin standar kalau cowok tuh harus begini-begitu, maskulinitas, nggak boleh lemah, harus dikasi uji mental, dan semua cowok harus ngikutin standar maskulin yang lo bikin sendiri. Padahal, di dunia ini nggak ada yang namanya standar untuk menjadi laki-laki, begitu pun dengan perempuan. Gue gak mau komen dulu soal cara lo memperlakukan para cewek karena pembahasan itu bisa panjang. Tapi yang bikin gue miris secara general ya cara lo mendominasi dengan memaksakan standar yang lo anggep sempurna, padahal belum tentu semua orang mau memenuhinya and they don't have to," tutur Freyya lagi dengan lugas.
Sungguh, ucapan Freyya cukup membuat Gallan tertohok bak dadanya dihantam berkali-kali. Rasanya, lelaki itu belum pernah mendapatkan kritikan sepedas ini.
Selama ini Gallan hanya menerima berbagai pujian dan kekaguman dari orang-orang, sebab dia pintar, berprestasi, punya karakter pemimpin yang bagus, dan berkharisma. Ada pun kritik, yang dikritik adalah kinerja kepengurusannya, bukan menjurus langsung tentang kepribadiannya dan bagaimana cara dia selama ini bertindak.
Tapi akhirnya, baru kali ini ada orang yang dengan lantang mengutarakan ketidaksukaannya pada sesuatu hal yang tidak dia sangka. Seorang Freyya ternyata memperhatikannya sebegitu detail dan memiliki sudut pandang yang berbeda terhadap dirinya dibandingkan orang lain.
'Nih, cewek bener-bener sesuatu,' batin Gallan dengan hati berdesir.
"Jadi, mumpung gue lagi ngomongin ini ke lo, please stop being a judges from the others. Lo bukan nabi yang konsepnya harus diikutin dan dipedomani. Stop forcing your fucking personal man standard for people that weaker than you. It's annoying, you know. And it's sad to see how they just remain silent to accept your words, padahal mereka nggak harus menjadi seperti elo atau memenuhi standar lo itu," tambah Freyya dengan satu tarikan napas.
Freyya benar-benar mencecar Gallan habis-habisan, padahal sebetulnya ini belum semuanya. Ini baru sebagian kecil dari pandangannya pada lelaki itu.
Selama Freyya berargumen, Gallan hanya bisa diam memandangi gadis itu dengan penuh simak. Bukannya tersindir, pikirannya justru malah terbuka karena ucapan Freyya, kekaguman pun juga melanda. Betapa savage-nya gadis ini.
Untuk pertama kali dalam hidupnya, Louise Gallan sang Ketua BEM FEB merasa hatinya telah terketuk dan didobrak secara brutal oleh gadis bernama Rebecca Freyya. Padahal sindiran Freyya sudah se-savage itu tapi yang ada jantung Gallan malah berdebar tak karuan. Ini benar-benar aneh dan seharusnya tidak begini!
"Freyy, lo bisa jangan bikin adrenalin gue terangsang gini, nggak?" celetuk Gallan pelan.
~o0O0o~Gallan dicecar habis2an sama Freyya
Tapi justru itu bikin jantungnya kayak habis lari sprint.This is one of my favorite part, guys
Pretty Savage
Like the title of the biggest girl group in the world BLACKPINK.
.
.
.VOTE AND COMMENT
If you mind to follow me, I will really appreciate it😘
.
.
.
.Love Di Udara💕
Ranne Ruby
KAMU SEDANG MEMBACA
THE REBELLOUSE! (On Going)
RomanceEmang boleh se-bjir ini? Freyya tiba-tiba disuruh mengikuti blind date dengan Ketua BEM yang ternyata sangat problematik. Semakin Freyya mencoba untuk menjauh, semakin dalam pula gadis itu terlibat dalam kehidupan seorang Louise Gallan yang kontrove...