Octagon 3 - 523 : 26 Agustus 2023 Pt. 1

Mulai dari awal
                                    

Jadi apa arti dari, "bisakah kamu datang ke Khatulistiwa sekarang? Aku sudah tidak tahan lagi. Aku butuh bantuan."

Hongjoong merasa... hal ini akan benar-benar menyulitkan.

Bagi dirinya, keluarganya, dan sepertinya... orang-orang di sekitarnya.

.

.

.

Di dalam kamarnya, di rumahnya bersama Hajoon, San menempelkan telinganya pada pintunya, sembari mencoba untuk tidak membuat suara sama sekali. Memang, saat San pulang--sesuai janjinya pada Hajoon untuk bertukar informasi di malam hari--dirinya memilih untuk langsung masuk ke kamar untuk beristirahat dulu--toh Hajoon belum pulang saat pukul 10 malam lalu.

Sekarang sudah jam 2 pagi.

San terbangun, dan mendapati percakapan yang cukup menekan, dari suara yang ia perkirakan berasal dari Changmin--walau pasti benar karena namanya disebut sebelumnya--dan juga Hajoon sendiri.

Dikarenakan rumah yang mereka tempat hanya satu lantai, jelas tak ada banyak ruang juga.

Entah mengapa pada akhirnya, mereka berbicara, di tempat yang justru dekat dengan kamar San.

"Tenang, Norman. Tenang. Sejak tadi kamu kacau, ya? Laporan apa tadi di rumah sakit? Kamu nyaris mendapatkan surat peringatan, jika saja, Hyunyoung tidak membela kamu. Namun tetap, dalam tiga hari ini kamu tidak boleh turun ke meja operasi. Lihat, sekacau apa?"

"Kamu dengar masalah saya tadi."

"Jangan dulu pikirkan Kantata, paham? Semua fokus akan tertuju, di hari ini, untuk peresmian. Konon, Kantata juga akan turun langsung hari ini--untuk menggantikan posisi Rastafara, sebagai ketua kelipatan 25."

"Kita harus bagaimana jika semua sekacau ini?"

"Banyak pihak menuduh pada Sadewa, tapi tampaknya beliau belum bisa dihubungi. Terakhir saya dengar, dia pergi keluar pulau."

San semakin menempelkan telinganya pada pintu--mendengarkan seluruhnya dengan hati-hati, walau tak bisa mengintip untuk melihat ekspresi mereka. San tak ingin mengambil risiko, jadi dirinya hanya diam, tak bergerak, bahkan sesekali juga menahan napasnya secara tak sadar.

"Tanah benar, sepertinya ada fitnah antar fitnah."

"Kamu percaya itu?"

"Bukankah sudah jadi topik utama setiap kali alumni ketua di atas 40 berkumpul? Seluruhnya tanpa 10 termuda? Sudah jelas bukan, topik kita selama ini?"

"Rasa tak terima karena ada darah Prananto, alias Bahuwirya, di lingkaran dalam."

"Rastafara tiba dan mengubah segalanya." Ada jeda sesaat, seperti desahan napas cukup kasar. "Tjokro bahkan harus bertanggung jawab, padahal Tjokro juga bekerja sama dengan beberapa pihak, untuk tetap membuat Rastafara masuk, bukan?"

"Bukankah memang Rastafara diinginkan untuk melawan keluarganya sendiri?"

"Bukankah itu semua hanya bualan menyedihkan, dari kekalahan kita, padahal kita semua tahu, siapapun akan memilih keluarga mereka, bukan?"

"Entah untuk itu, Norman..."

"Langkah awal pun sudah salah. Adanya Rastafara di lingkaran dalam, takkan membuat kita aman dari keluarga besar itu, dengan merasa memegang anaknya. Rastafara adalah bumerang yang kita lemparkan, untuk diri kita sendiri."

Masih di posisinya, San mengeraskan rahangnya dalam kebingungan.

Sedikit yang dirinya tahu saja, sepertinya di dalam lingkaran dalam tengah benar-benar kacau seakrang. Jadi sekiranya, apa yang akan terjadi selanjutnya? San benar-benar khawatir--bagaimana kelanjutan kehidupan mereka setelah ini?

✔️ OCTAGON 3: THE INNER CIRCLE PT. 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang