Hyei berlari, lalu masuk ke kamarnya. Dia bersandar di balik pintu. Napasnya memburu seakan-akan dia baru saja lari maraton. Jantungnya berdebar kencang. Sesaat setelahnya, dia berjalan menuju meja rias dan bercermin di sana.
Perlahan Hyei melepas piyamanya hingga piyama itu jatuh mengenaskan di lantai. Hyei menyentuh bibirnya mengingat kembali ciuman Hoseok barusan, lalu tangan Hyei menyentuh dadanya.
"Sshh ... aaah ... Appa." Mata Hyei terpejam membayangkan sentuhan Hoseok barusan.
Telapak tangan Hoseok yang halus dan lembut menciptakan desiran aneh yang menggila dalam diri Hyei. Dia menegang, karena itulah dia mencari alasan untuk melarikan diri. Dia sudah berjanji pada dirinya bahwa dia hanya akan menyerahkan mahkotanya di malam pertama pernikahan mereka. Dia takut sentuhan Hoseok akan membuatnya terkapar kelelahan di detik itu juga. Jika itu terjadi, harapannya hanya akan sia-sia. Terlebih dia belum tahu apa Hoseok akan mencintainya atau tidak, juga reaksi tubuhnya yang ketakutan tiap kali Hoseok ingin bercinta dengannya, dia harus belajar mengatasi itu semua.
Hyei melangkah menuju pembaringan, lalu mencoba menyamankan posisi sebelum terlelap menjemput mimpi.
***
"Pagi," sapa Hyei saat Hoseok keluar dari kamar tidurnya. Wangi citrus mint yang segar menyapa hidung gadis itu. Hoseok tampak bugar dengan balutan kaos grey dan celana pendek warna hitam.
"Pagi," balas Hoseok serta mengikuti Hyei melangkah menuju dapur.
"Cuaca sedang dingin, kau mau minum apa? Coklat hangat atau coffee," tanya Hyei yang sedang mengambil beberapa bahan makanan dari dalam kulkas.
"Bagaimana kalau minum susu? Fresh from the oven." Hoseok menutup pintu kulkas dan memerangkap Hyei di dalam kungkungannya.
"Masih pagi, jangan berulah." Hyei mendorong tubuh Hoseok. "Aku harus masak agar kau bisa sarapan sebelum bekerja."
Hoseok mencomot kacang bawang dari dalam toples yang dibawa Hyei, lalu memakannya. "Minum susumu kurasa sudah cukup!"
"Begitukah?" Hyei menatap Hoseok dengan tatapan nakal. Satu tangan dia lingkarkan di leher pria itu hingga sapuan napasnya menyapa wajah Hoseok. "Apa kau masih belum puas bermain dengan sabun?"
Hoseok mendorong Hyei hingga punggungnya menabrak pintu kulkas. "Lainkali, jangan biarkan aku main sendiri. Setidaknya kau bisa membantuku," ucap Hoseok setengah berbisik. Dia menyusupkan jemari di rambut Hyei kemudian sedikit menarik ke belakang kepala gadis itu. Hoseok pun mendaratkan kecupan di leher sang gadis.
"Appa ... hhh ...," desah Hyei dengan mata terpejam. Lehernya sedikit nyeri saat Hoseok menyesapnya. Nyeri yang mengalirkan rasa nikmat ke sekujur tubuhnya. Wangi lembut vanilla di tubuh Hyei membuat Hoseok terbius, selalu terpancing ingin bermesraan dengan gadisnya.
"Semalam kau membuatku hampir mati karena harus menuntaskan semuanya sendiri," ucap Hoseok. Tangannya menyusup masuk ke dalam baju gadis itu. "Bukankah itu terlalu kejam, Hyei?" Hoseok berhasil melepas kait bra gadis itu, tapi saat dia akan menyentuh payudara sang gadis, Hyei menahannya.
"Jangan, Appa ...," ucap Hyei memelas.
Hoseok pun menatap gadisnya memastikan gadis itu tak bergetar ketakutan. "Kenapa? Apa aku menakutimu lagi?"
Hyei menggeleng.
"Lalu?"
"Itu, pancinya terbakar," ucap Hyei pelan dan sensual.
Hoseok terkesiap, lalu menoleh ke arah kompor. Benar saja api sudah melobangi panci dan berkobar-kobar di atas kompor.
"Ash, sial!" Hoseok segera berlari menyalakan alarm kebakaran yang seketika membuka alat pemadam kebakaran di plafon dapur. Air pun menyembur dari sana dan berputar-putar menyiram apa saja yang ada di bawahnya.
Hyei hanya bisa tertawa. Hoseok yang geram menyugar rambutnya yang basah ke belakang, lalu menarik tangan Hyei membuatnya turut bermandikan air yang turun deras bagai hujan. Hoseok meletakkan kacang dan beberapa sayuran yang di bawa Hyei ke meja pantry, lalu membuka bajunya sendiri yang telah basah hingga dadanya yang kekar tampak begitu sexy. Dengan gerakan cepat dia mengangkat Hyei dan mendudukkannya di meja dapur.
Hoseok menarik tengkuk gadis itu dan menyatukan keningnya. "Hyei ... menikahlah denganku. Aku tak ingin kehilanganmu," bisiknya mesra.
"Apa kau mencintaiku, Appa?" tanya Hyei ragu.
"Apa kau tak bisa merasakannya, heum?" Hoseok menyentuh pipi kanan gadis itu. "Apa masih harus aju jelaskan seberapa besar cintaku padamu?"
"Kau ... kau tak berkata seperti itu hanya karena ...."
Hoseok langsung membungkam suara Hyei dengan mengunci bibir gadis itu dalam ciuman. Dia menyesap dan melumat dengan sedikit lebih ganas membuat Hyei sedikit kesusahan mengimbanginya. Dengan serta merta Hoseok mengangkat tubuh Hyei membuat gadis itu melingkarkan kaki di pinggangnya.
Hoseok membawa Hyei menjauhi dapur, tanpa melepaskan pagutannya. Sampai di sofa ruang tengah dia melepaskan baju Hyei, juga bra yang dipakainya, bra yang kaitnya sudah terlepas itu serasa menganggu. Hoseok menindih gadis itu menyatukan dada mereka.
"Aaahhh ...." Hyei mengerang tertahan. Lumatan Hoseok tak melepaskan bibirnya. Malah kian memburu membuatnya hampir gila. Hyei menjambak rambut pria itu.
"Izinkan aku, Sayang ...," ucap Hoseok, lalu mendaratkan kecupan di dada kanan sang gadis. Hyei menggigit bibir merasakan sensasi basah dari lidah Hoseok yang kini bermain di pucuk dadanya.
Hoseok melirik gadisnya memastikan tak ada masalah dengan mental Hyei saat ini. Saat dilihatnya Hyei terbelenggu nafsu yang sama, dia pun menyesap dada gadis itu dengan rakus. Sementara dada kanan Hyei memenuhi mulutnya, tangan kanan Hoseok bergerak meremas dada kiri gadis itu.
Kali ini Hyei tak menolak. Padahal di awal dia sedikit takut saat Hoseok melepaskan bajunya, tapi karena perlakuan lembut pria itu mampu menghapus ketakutanny, Hyei pun menikmati tarian lidah Hoseok di payudaranya.
Napas keduanya terengah-engah. Hoseok melepas celana pendeknya dan hanya menyisakan boxer yang menutupi bagian bawahnya. Batangnya menegang membuat boxernya menggelembung. Dia mengabaikan rasa malunya, lalu kembali mencumbu Hyei.
Hoseok menarik Hyei duduk di pangkuannya, tangannya meraba punggung gadis itu, sementara lidahnya masih bermain penuh gairah di kedua dada Hyei.
Hyei menghentikan gerakan Hoseok. Dia menangkup wajah pria itu, lalu mencium bibirnya. Hoseok sangat bahagia mendapati Hyei yang tak mau kalah. Hoseok pun berdiri dan mengangkat Hyei dengan menyilangkan kedua kaki gadis itu. Dia ingin membawa Hyei ke dalam kamar, tapi denting bel pintu membuyarkan niatnya.
"Appa ...," Hyei menatap panik. Dia segera melompat turun dari gendongan Hoseok dan berlari ke kamarnya.
Hoseok mengacak rambutnya kasar, lalu segera memakai celananya. Dia mengambil pakain dan bra Hyei dan memasukkannya ke bawah sofa.
Suara bel pintu kembali berdentang bertubi-tubi. "Sebentar," ucap pria itu, lalu melihat intercom guna siapa gerangan yang datang.
Anak-anak bangtan berdiri di depan pintu. "Mau apa mereka kemari?" Hoseok bergumam, lalu membuka pintu.
"Hobi!" Teriak Namjoon, lalu memeluk pria itu membuat Hoseok berjengit mundur satu langkah. Sementara member yang lain sudah masuk dan memencar. Taehyung dan Jimin langsung menjatuhkan diri di sofa, sedangkan Jungkook dan Seokjin pergi ke dapur. Yoongi melangkah tak acuh menuju kulkas.
"Rumahmu kenapa, Hyung?" tanya Jungkook setelah ada di dapur. Dia memungut baju Hoseok yang basah yang masih teronggok di lantai. Sementara Seokjin mengambil panci yang telah berlubang dilalap api. Suasana dapur itu juga basah dan berantakan.
"Itu ... itu tadi, aku ingin membuat kopi, tapi malah kebelet pipis, jadi aku tinggal sebentar dan pancinya sudah terbakar." Hoseok terpaksa mengarang cerita.
Jimin dan Taehyung merasakan keanehan pada sofa yang basah. Taehyung menangkap sesuatu berwarna merah di bawah di bawah sofa. Dia menariknya, lalu mengangkatnya tinggi-tinggi. "Apa ini bagian dari kebakaran itu?"
Semua member menoleh dan membelalak menatap kutang di tangan Taehyung. Setelah itu semua menoleh ke arah pintu yang terbuka, Hyei keluar dari sana. Hening sesaat membius rumah itu. Hyei menoleh ke arah bra merah yang berkibar di tangan Taehyung.
"Kyaaa!!! Apa yang kau lakukan?!" Hyei berlari menyambar bra itu, lalu membalik badan ingin kembali ke kamarnya, tapi suara Jimin menghentikan langkahnya.
"Mmm ... maaf, ini satu lagi." Jimin mengangkat baju Hyei yang teronggok basah.
"Appaaaa ...!!!" jerit Hyei menahan malu. Dia menyambar baju di tangan Jimin, lalu masuk ke kamarnya.
Hoseok memalingkan wajah karena malu. Dia menepuk gidatnya. "Duh, sial," ucapnya.
Yoongi menepuk bahu pria itu, lalu berkata. "Kau memakai celana terbalik," ucapnya dan berlalu pergi, duduk di sofa bergabung dengan Jimin dan Taehyung.
Hoseok melirik celananya, lalu berlari ke kamarnya. Tawa semua member pun meledak memenuhi rumah itu. Sementara Hoseok dan Hyei merutuki diri mereka sendiri di kamar masing-masing.
Tbc